BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alam menyediakan berbagai sumber energi tak terbarukan. Antara lain panas bumi, minyak dan gas bumi serta batubara. Padakala teknologi belum maju seperti saat ini, batubara merupakan sumber energi yang lebih awal ditemukan, merupakan pilihan utama. Kemudian disusul minyak bumi yang ditemukan kemudian dan ternyata lebih praktis (Sukandarrumidi, 2005).
Namun, kebutuhan energi dewasa ini sangat meningkat, terutama ketergantungan akan pemakaian minyak bumi. Menjelang akhir tahun 2005, harga minyak mentah melabung tidak terkendali hingga mencapai 60 dollar/barrel. Untuk Indonesia harga tersebut tidak pernah terbayangkan, sehingga pemerintah Indonesia terpaksa menyesuaikan harga bahan bakar minyak. Penyesuaian bahan bakar minyak, berakibat naiknya biaya produksi industri dan sarana transportasi serta rumah tangga. Sebagai akibat selanjutnya, masyarakat industri dan rumah tangga mulai menyesuaikan diri, yang semula menggunakan bahan energi minyak, beralih menggunaan sumber energi alternatif yang dianggap lebih murah. Salah satu diantaranya adalah batubara, dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang sangat berpotensi karena banyak tersebar di Indonesia (Sukandarrumidi, 2005).
Dari beberapa penelitian terdahulu, diketahui bahwa di daerah Banjarnegara berpotensi menghasilkan batubara yang memiliki nilai ekonomis. Namun kendala yang dihadapi saat ini adalah kualitas dan kuantitas batubara di daerah tersebut yang belum diketahui nilai kelayakannya karena minimnya data-data yang tersedia dan belum banyaknya penelitian mengenai batubara di daerah Banjarnegara ini.
Beberapa penelitian mengenai analisis kandungan endapan bitumen di daerah Banjarnegara yang pernah dilakukan belum mendapatkan kesimpulan yang pasti mengenai nilai keekonomisan endapan bitumen batubara yang ada di daerah Banjarnegara sehingga sampai saat kini baik masyarakat maupun perusahaan belum ada yang mau mencoba menambang hasil alam berupa batubara ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai jumlah kandungan batubara di daerah Banjarnegara agar dapat diketahui nilai ekonomis dari endapan bitumen tersebut.
Hipotesa
Dugaan sementara untuk menjawab permasalahan dari latar belakang di atas adalah: Jumlah cadangan batubara di daerah Banjarnegara sangat bernilai ekonomis karena sebarannya cukup luas.
Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian adanya batubara di wilayah Kabupaten Banjarnegara yaitu:
Untuk menyelidiki sebaran endapan batuan serpih yang diperkirakan mengandung batubara di daerah Kabupaten Banjarnegara.
Tujuan penelitian untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat tentang keterdapatan batubara guna mendapatkan gambaran yang lebih detail mengenai kualitas dan kuantitas batubara.
Untuk mengetahui penyebaran batubara yang ada di Kabupaten Banjarnegara.
Menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan batubara yang tersebar di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEADAAN GEOLOGI
Geologi daerah penyelidikan tepatnya terletak pada jalur Pegunungan Serayu Utara, yaitu pada lereng bagian selatan dari Gunung Api Rogojembangan, Dieng dan Gunung Sundoro, serta terletak pada bagian utara dari aliran Sungai Serayu yang mengalir dari Timur ke arah Barat. Tidak semua formasi batuan Tersier yang tersingkap di daerah penyelidikan, sehingga akan mempunyai kenampakan dan ciri khusus mengenai morfologi, stratigrafi dan keadaan struktur di daeah tersebut.
Morfologi Daerah Penyelidikan
Morfologi daerah penyelidikan umumnya dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan morfologi yaitu :
Satuan morfologi dataran.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang.
Satuan morfologi perbukitan terjal.
Satuan morfologi dataran, umumnya terdapat pada bagian selatan, yang menempati sekitar 15% daerah penyelidikan, menyebar memanjang hampir berarah Timur-Barat, yaitu disekitar bantaran aliran Sungai Serayu, yang tediri dari endapan aluvial dan undak sungai, umumnya merupakan lahan persawahan dan tempat pemukiman penduduk. Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar 100 sampai 500 meter dari permukaan laut.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang, umumnya terdapat pada bagian tengah yang menyebar memanjang hampir berarah Timur-Barat, menempati sekitar 40% daerah penyelidikan, terletak di sekitar tekuk lereng kaki gunung, terdiri dari endapan batuan sedimen dan sebagian endapan batuan gunung api, umumnya berupa lahan perkebunan dan sedikit persawahan serta pemukiman penduduk. Mempunyai rata-rata ketinggian sekitar 500 sampai 1000 meter dari permukaan laut.
Satuan morfologi perbukitan terjal, umumnya terdapat pada bagian utara dan tengah yang menyebar tidak merata, menempati sekitar 45% daerah penyelidikan, terletak di sekitar lereng gunung, terdiri dari batuan gunung api, batuan terobosan dan endapan batugamping serta batupasir, umumnya berupa hutan, baik hutan industri, hutan lindung dan hutan konservasi, tidak ditempati penduduk, mempunai rata-rata ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut.
Stratigrafi Daerah Penyelidikan
Formasi batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan adalah Formasi Totogan, berumur Oligosen, yang diendapkan selaras di atas endapan batugamping terumbu. Batuan dari Formasi Totogan terdiri dari : Breksi, batulempung, napal, batupasir, konglomerat dan tufa. Bagian bawah satuan ini terdiri dari perselingan tak teratur dari breksi aneka bahan, batulempung dan konglomerat berkomponen basal yang terpilah buruk. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 150 meter dan menipis ke arah Selatan, yang diendapkan dalam lingkungan batial atas dan merupakan endapan olistostrom.
Formasi Rambatan, berumur Miosen Awal sampai Tengah, diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Totogan, terdiri dari satuan batuan serpih, napal dan batupasir gampingan mengandung foraminifera kecil, tebal formasi ini diperkirakan lebih dari 370 meter dan diendapkan dalam lingkungan laut terbuka. Pada Formasi Rambatan terdapat Anggota Sigugur yang berupa endapan batugamping terumbu, mengandung foraminifera besar dan mempunyai ketebalan beberapa ratus meter. Di atas formasi ini diendapkan secara selaras satuan batuan dari Formasi Halang dan Formasi Kumbang.
Formasi Halang, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal, terdiri dari satuan batupasir tufaan, konglomerat, napal dan batulempung yang mengandung fosil Globigerina dan foraminifera kecil, bagian bawah berupa batuan breksi andesit. Tebal formasi ini bervariasi dari 200 meter sampai 500 meter dan menipis ke arah Timur. Formasi ini diendapkan sebagai endapan turbidit dalam lingkungan batial atas dan diendapkan menjemari dengan satuan batuan Formsi Kumbang.
Formasi Kumbang, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal, terdiri dari dari satuan batuan lava andesit yang mengaca, basal, breksi, tufa dan sisipan napal yang mengandung fosil Globigerina, diendapkan dalam lingkungan laut dan diendapkan menjemari dengan satuan batuan Formasi Halang. Ketebalan formasi ini sekitar 2000 meter yang menipis ke arah Timur. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Tapak.
Formasi Tapak, berumur Pliosen, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kumbang dan menjemari dengan Formasi Kalibiuk, terdiri dari satuan batupasir gampingan dan napal berwarna hijau mengandung pecahan molusca. Pada formasi ini terdapat Anggota Batugamping dari batugamping terumbu yang mengandung koral dan foraminifera besar, napal dan batupasir yang mengandung molusca. Selain itu terdapat juga Anggota Breksi yang terdiri dari breksi gunung api yang bersusunan andesit dan batupasir tufaan yang sebagian mengandung sisa tumbuhan. Ketebalan formasi ini sekitar 500 meter, yang diendapkan dalam lingkungan peralihan sampai laut.
Formasi Kalibiuk, berumur Pliosen, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kumbang dan menjemari dengan Anggota Breksi Formasi Tapak, terdiri dari satuan batuan napal dan batulempung, bersisipan tipis tufa pasiran. Napal dan batulempung berwarna abu-abu kebiruan, kaya fosil molusca. Tebal Formasi Kalibiuk diperkirakan sampai 3000 meter yang diendapkan dalam lingkungan pasang surut. Di atas formasi ini diendapkan satuan batuan dari Formasi Ligung.
Anggota Breksi Formasi Ligung, berumur Plistosen, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Kalibiuk, terdiri dari satuan batuan breksi gunung api (aglomerat) yang bersusunan andesit, lava andesit hornblenda dan tufa. Di atas Formasi Ligung diendapkan endapan undak sungai berupa pasir, lanau, tufa, konglomerat dan breksi tufaan yang tersebar di sepanjang lembah Sungai Serayu.
Batuan Gunung api Jembangan, berumur Plistosen, diendapkan bersamaan dengan endapan undak sungai, terdiri dari satuan batuan lava andesit hiperstein-augit, klastika gunung api, lahar dan aluvium.
Batuan Gunung api Dieng, berumur Plistosen, diendapkan di atas Batuan Gunung api Jembangan, terdiri dari satuan batuan lava andesit dan andesit-kuarsa serta batuan klastika gunung api, yang kemudian diatasnya diendapkan endapan aluvial.
Endapan aluvial, berumur Holosen, berupa endapan pasir, kerikil, lanau, lempung serta endapan sungai dan rawa, yang diendapkan tidak selaras di atas satuan batuan yang berada di bawahnya.
Di daerah penyelidikan, selain endapan batuan sedimen, terdapat juga batuan terobosan yang berkomposisi diorit, yang terjadi pada Kala Miosen dan Pliosen serta menembus sebaran endapan dari Formasi Rambatan dan Formasi Tapak.
Struktur Geologi Daerah Penyelidikan
Secara tektonik geologi, bahwasanya daerah penyelidikan terletak diantara jalur pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan, yaitu pada Zona Intramontain, yang mana terdapat sekitar empat buah patahan naik dan beberapa patahan normal yang membuat adanya block faulting di daerah tersebut, diperkirakan terjadi adanya kegiatan tektonik sekitar Mio-Pliosen yang dibarengi dengan munculnya batuan intrusi, sehingga banyak dijumpai kemiringan lapisan batuan hingga 700. Patahan naik dan patahan normal tersebut memotong di tengah daerah penyelidikan yang berarah Tenggara-Baratlaut, yaitu berkisar dari N 2850 E Sampai N 3150 E. Selain itu terdapat juga patahan geser atau mendatar yang berarah hampir arah Utara-Selatan, umumnya banyak terdapat pada bagian Tenggara dan bagian Baratlaut daerah penyelidikan, yang mengakibatkan adanya pergeseran dari sebaran Formasi Rambatan, Tapak dan Formasi Ligung. Selain itu juga mengakibatkan adanya pergeseran dan overlaping dari patahan-patahan naik dan patahan normal, yang diperkirakan terjadi akibat kegiatan tektonik disekitar Plio-Pleistosen. Struktur lipatan tidak dijumpai di daerah tersebut, umumnya banyak dijumpai lapisan batuan yang homoklin, miring ke arah Timurlaut.
INDIKASI BATUBARA
Pada umumnya lapisan batubara terdapat dalam endapan batuan serpih, dan berasosiasi dengan endapan batugamping terumbu dalam lingkungan laut dangkal atau lagoon. Mengingat bahwasanya pada Formasi Rambatan yang tersebar cukup luas di daerah penyelidikan, yang terdiri dari endapan batuan serpih dan batupasir gampingan, serta di beberapa tempat terdapat endapan batugamping yang diendapkan dalam lingkungan laut terbuka, maka di harapkan dapat ditemukan adanya batubara yang terkandung di dalam batuan serpih tersebut.
Pada bagian Baratdaya daerah penyelidikan, tepatnya di daerah Wangon, Kabupaten Banyumas, terdapat rembasan minyak pada lapisan batupasir Formasi Halang, yang diperkirakan batuan sumber (source rock) yang mengandung minyak tersebut berasal dari formasi batuan yang berada di bagian bawahnya, sedangkan posisi Formasi Rambatan persis berada dibawah Formasi Halang, maka diharapkan Formasi Rambatan tersebut mengandung batubara.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan dilaksanakan pada Minggu ketiga bulan Mei sampai Minggu Pertama bulan Juni 2009 untuk mencapai daerah penyelidikan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor dari Kota Purbalingga ke arah Utara menuju Kota Banjarnegara dengan jarak tempuh sekitar 40 Km, selanjutnya untuk menuju lokasi daerah sasaran utama yang meliputi kecamatan-kecamatan tersebut diatas yaitu berjarak tempuh sekitar 20 Km sampai 50 Km ke arah Utara Kota Banjarnegara.
Secara administratif, lokasi daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah, dengan daerah sasaran utama yaitu meliputi Kecamatan Pagentan, Wanayasa, Karangkobar dan Kecamatan Kalibening.
Secara geografis, daerah penyelidikan dibatasi oleh Koordinat 70100sampai 70250 Lintang Selatan dan 1090350 sampai 1090500 Bujur Timur, dengan luas daerah penyelidikan sekitar 756 Km2 (27,5 Km x 27,5 Km).
Metoda penyelidikan lapangan yaitu melakukan pemetaan batuan seperti pada umumnya, diawali dengan mengkalibrasi peralatan dan peta dasar, kemudian dilanjutkan dengan pencarian singkapan batuan yang umumnya terdapat pada tebing sungai dan jalan yang memotong arah jurus lapisan batuan. Setelah menemukan singkapan batuan dilanjutkan dengan tahapan pengamatan, pengukuran, pengambilan contoh, plotting di peta dan dilaporan atau pencatatan lengkap. Setibanya di base camp data lapangan tersebut dikaji dan dianalisis kelanjutannya. Adapun peralatan lapangan yang digunakan antara lain yaitu :
Peta geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan, sekala 1 : 100.000.
Peta topografi lembar Banjarnegara, Wonosobo, Karangkobar dan lembar Batur, sekala 1 : 50.000.
Palu geologi, Kompas, GPS 12XL, tali ukur, loupe, cairan HCl, kantong plastik, alat photo, alat tulis dan alat-alat penunjang lainnya.
Metoda analisis laboratorium
Analisis Laboratorium dilakukan pada minggu kedua sampai minggu keempat bulan Juni 2009. Analisis laboratorium dilakukan untuk meneliti Contoh batuan serpih dan batupasir di laboratorium fisika mineral Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung. Analisis tersebut yaitu meliputi jenis analisis petrografi batuan dan analisis bakar (retort analysis). Analisis petrografi batuan yaitu untuk melihat adanya zat organik (organik matter) dan tingkat kematangan dari kandungan minyak, yaitu dari hasil reflektan organik tersebut. Analisis bakar, yaitu untuk melihat jumlah kandungan minyak dan air yang terdapat dalam contoh batuan serpih. Kandungan minyak dalam batuan dinyatakan ekonomis jika dalam batuan tersebut mengandung 50 Liter minyak per Ton batuan.
V. BIODATA PELAKSANA PENELITIAN
Ketua Pelaksana Kegiatan
Nama Lengkap : Lulut Saputro
NIM : H1F007047
Fakultas/Program Studi : Sains dan Teknik/Teknik Geologi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Anggota Pelaksana I
Nama Lengkap : Ade Akhyar Nurdin
NIM : H1F007016
Fakultas/Program Studi : Sains dan Teknik/Teknik Geologi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Anggota Pelaksana II
Nama Lengkap : Denis Mararis
NIM : H1F007068
Fakultas/Program Studi : Sains dan Teknik/Teknik Geologi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
Anggota Pelaksana III
Nama Lengkap : Carmidi
NIM : H1F008063
Fakultas/Program Studi : Sains dan Teknik/Teknik Geologi
Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
VI. BIODATA DOSEN PENDAMPING
1. Nama Lengkap dan Gelar : Rachmad Setijadi, Ssi., Msi.
2. Golongan Pangkat dan NIP : Gol IIIb/ 132313846
3. Jabatan Fungsional : Kepala Laboratorium
4. Jabatan Struktural : Asisten Ahli
5. Fakultas/Program Studi : Sains dan Teknik/ Teknik Geologi
6. Perguruan Tinggi : Universitas Jenderal Soedirman
7. Bidang Keahlian : Mikropaleontologi (palinologi)
VII. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Bahan Habis Pakai
Kertas HVS 10 rim @ Rp. 27.000,-
Rp. 270.000,-
Kertas Manila 50 lbr @ Rp. 2000,-
Rp. 100.000,-
Cardtridge Komp 1 bh @ Rp 160.000,-
Rp. 160.000,-
Tinta Komputer 2 bh @ Rp 50.000,-
Rp. 100.000,-
CD RW 1 dos @ Rp 100.000,-
Rp. 100.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Condon W.H.; L. Pardyanto dkk, 1996, Peta Geologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Hutton A.C.; A.J. Kantsler; A.C. Cook; 1980, Organic Matter in Oil Shale, APEA, Jurnal Vol 20.
Mark P.; Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Publikasi Keilmuan Seri Geologi, Pusat Jawatan Geologi, Bandung.
Sukandarrumidi, 2005. Batubara dan Pemanfaatannya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Teh Fu Yen and George V. Chilingarian.;1976, Introduction to Oil Shale, Developments in Petroleum Science Vol 5, Amsterdam.