Makalah Anemia



 BAB I
 PENDAHULUAN

       Anemia adalah kurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau kurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cell volume) dalam 100 ml darah . Keadaan ini terdiri dari beberapa jenis, salah satunya anemia defisiensi besi ( Ngatiyah 2005 ).
       Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah normal. Keadaan ini merupakan anemia yang paling sering menyerang semua umur baik pada ibu hamil, balita, anak usia sekolah, remaja, maupun lansia ( Brunert and Suddarths, 2002 ). Anemia defisiensi besi ini dapat mengakibatkan terjadinya pengecilan ukuran hemoglobin, sehingga kandungan hemoglobin rendah, diikuti dengan terjadinya pengurangan jumlah sel darah merah ( Pusponegoro,2006 ). Keadaan ini jangan dianggap tidak berbahaya karena anemia in dapat menimbulkan gangguan pada pembentukan mielin, sehingga anak akan menunjukan keterlambatan motorik, pendengaran dan penglihatan ( Pusponegoro, 2006 ). Akibat lain dari anemia defisiensi besi adalah bisa terlihat pada kemampuan memecahkan masalah yang rendah, gangguan prilaku dan tingkat IQ yang rendah. Keadaan ini pada anak sekolah dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuh menurun ( Soedjatmoko, 2008 ).
       Kebutuhan zat besi pada anak-anak usia sekolah rata-rata 5 mg/hari. Jumlah tersebut akan bertambah hingga 10 mg/hari jika mereka terkena infeksi ( Pusponegoro, 2006 ).Gejala yang timbul akibat anemia defisiensi besi adalah lemah letih lalai dan capek. Kusnadi (2008) mengatakan bahwa kebanyakan keluarga tidak menyadari bahwa anaknya menderita anemia.
       WHO menjelaskan, 30 % ( 2 miliar ) penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50 % penderita ini adalah anemia defisiensi besi, terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia keadaan ini merupakan masalah gizi utama disamping kekurangan kalori protein,  vitamin A dan Yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi anemia defisiensi besi pada anak balita sekitar 30% - 40%, pada anak sekolah 25% - 35%, hal ini disebabkan oleh kemiskinan, malnutrisi, defisiensi vitamin A dan asam folat ( Kodiyat, 1995 ).
       Penelitian yang dilakukan oleh Pusponegoro (2006) menemukan anemia pada balita 40.5%, usia sekolah 47.2%, remaja putri 57.1% dan ibu hamil 50.9%. Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ), 2001 mendapatkan prevalensi anemia pada  anak 0 – 5 tahun 47%, anak sekolah dan remaja 26.5%, dan wanita usia subur 40%.
  Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2007 dari 1.000 anak sekolah pada 11 provinsi di Indonesia menunjukan prevalensi anemia sebanyak 20% -25% dan jumlah anak yang mengalami defisiensi besi tanpa anemia jauh lebih banyak.
       Survey yang dilakukan oleh Mercy Cups tahun 2005  di 4 provinsi ( Sumbar, Riau, Bengkulu dan Lampung ) ditemukan bahwa anak usia sekolah yang menderita anemia sebanyak 45.31%,  mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak, seperti tumbuh kembang, daya tahan tubuh,dan kemampuan belajar, sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
         Majia dkk (1977) mengatakan adanya korelasi kejadian di lapangan antara defisiensi vitamin A dengan anemia, dan dilaporkan juga sukarelawan yang menjadi anemik karena diitnya sengaja dikurangi vitamin A dan tidak dapat sembuh dari anemia waktu diberi suplemen besi, tetapi dapat naik Hb nya setelah diberi vitamin A.  Muhilal dan D. Karyadi dalam INACG Meeting ( International Nutritional Consultative Group ) di Rio De Janeiro, 1978 melaporkan adanya korelasi antara defisiensi vitamin A dan anemia gizi. Intervensi dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi selain meningkatkan vitamin A juga menaikkan kadar Hb secara bermakna.
       Menurut dinas pendidikan Padang, saat ini pemerintah telah mencanangkan pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah atau dikenal dengan PMTAS (Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah ) dan 3 B ( Beragam, Bergizi dan Berimbang ) untuk mengurangi masalah kurang gizi pada anak usia sekolah, seperti masalah anemia defisiensi besi.
       Sekolah Dasar Negeri42 Beringin kelurahan Air Dingin Padang merupakan SD yang menjadi sasaran untuk pemberian PMTAS dan 3 B. Sekolah ini dipilih karena tempatnya yang masih tertinggal, mayoritas penghasilan orang tua  banyak yang rendah, sehingga menjadi kendala dalam mencukupi gizi anak. Saat dilakukan wawancara dengan guru  SD tersebut, mereka mengatakan setelah diberi program makana 3 B dan PMTAS berat badan murid mereka sedikit bertambah, namun mereka mengakui murid mereka masih banyak yang mengantuk, lesu, letih dan sedikit pucat saat proses belajar mengajar berlangsung.
      
Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Fe + Vitamin A Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Anak Usia Sekolah SD yang Mengalami Anemia yaitu SD 42 Beringin, Kelurahan Air Dingin Padang.

PERUMUSAN MASALAH

        Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan apakah ada pengaruh pemberian Fe + Vitamin A Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Anemia Di SD 42 Beringin, Kelurahan Air Dingin Padang.

BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

2.1. Anemia.
       Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan anemia bila Hb < 14 g///dl pada pria atau Hb < 12g/dl pada wanita. Menurut WHO pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun  dikatakan anemia bila jumlah Hb <11g/dl dan pada usia 6 tahun keatas <12g/dl.

2.2  Anemia defisiensi besi.
        Anemia defisiensi besi merupakan keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal.Anemia ini merupakan jenis anemia yang paling sering menyerang semua umur. Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini  hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 4 – 5 g, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kgBB pada wanita. Lebih dari dua pertiga besi terdapat di dalam hemoglobin.
       2.3. Dampak Anemia Defisiensi Besi pada Anak Usia Sekolah :
              a. Produktifitas kerja rendah
              b. Daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun
              c. Kemampuan belajar rendah
              d. Anak lebih mudah stres
              e. Kekurangan neotransmitan menyebabkan anak menjadi hiperaktif
              f. Perkembangan terlambat atau mengalami gangguan tumbah kembang
              

              g. Anak yang pernah mengalami defisiensi besi menunjukan skor motorik, IQ
                  verbal dan IQ keseluruhan lebih rendah pada umur 11-14 tahun ( karena
                  transfer oksigen terhambat, kecepatan impuls syaraf terganggu ).
              h. Gangguan perilaku dan konsentrasi.
              i. Mudah infeksi

2.4.Terapi Anemia Defisiensi Besi
Zat besi yang diberikan berupa garam besi yaitu ferro Sulfat ( Fe SO4) sebanyak 10 mg/hari. Vitamin A pada anak usia 9-12 tahun diberikan dosis 1500 -3500 iu ( Ernes, 1991).

2.5.Fe
Fe adalah suatu mikroprptein penting dalam tubuh yang berfungsi membentuk sel-sel darah.(Budiyanto,2004).Sumber Fe dalam kelompok lauk pauk adalah telur, daging, ikan, hati, dari kelompok zat tepung adalah tepung, gandum, roti, jagung dll, dari kelompok sayuran adalah bayam, kacang-kacangan,tahu dan dari kelompok buah-buahan adalah apel, jambu, pepaya, belimbing dll.(Tri Wahyuni, 2008).

2.6.Kebutuhan Fe yang dibutuhkan /hari menurut Widya Karya Pangan Dan gizi tahun 1998 :
Bayi                          : 3-5 mg
Balita                        : 8 -9 mg
Anak sekolah            : 10 mg
Remaja laki-laki        : 14-17 mg
Remaja perempuan    : 14-25 mg
Dewasa laki-laki        : 13 mg
Dewasa perempuan    : 14-26 mg
Ibu hamil                    : + 20 mg
Ibu menyusui              : + 2mg
                                                                                ( Almatsier, 2004 )

 
2.7.Fungsi Fe.
a.       Untuk pembentukan hemoglobin baru
b.      Untuk mengembalikan hemoglobin pada nilai normalnya setelah terjadi perdarahan.
c.       Untuk mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara spontan dikeluarkan oleh tubuh, terutama lewat urin, feses dan keringat.
d.      Untuk menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh.
               ( Budiyono,2008).
     Menurut Kustoro,2008 peran zat besi penting dalam tubuh, antara  pada       sintesa DNA, fungsi mitokondria, transportasi oksigen, produksi ATP, pelindung sel dari kerusakan akibat oksidasi, dan berperan dalm sintesis neurotransmitter serotonin, dopamin, epinefri serta norepinefrin. 
2.8.Interaksi Antara Fe, Vitamin A dalam Peningkatan Hemoglobin.
Pembentukan hemoglobin dipengaruhi oleh vitamin A, karena vitamin A berperan dalam pembentukan sel darah merah, sehingga dapat berinteraksi dengan zat besi ( Almatsier, 2004 ).Hubungan vitamin A dengan peningkatan Hb sangat penting, karena zat besi dan vitamin A pada sebagian makanan sangat baik untuk memelihara kesehatan jaringan epitel termasuk endotelium pada pembuluh darah. Kedua zat gizi tersebut membantu mencegah kerusakan pembuluh darah dan dikatakan oleh beberapa ahli bahwa vitamin A dan besisecara signifikanmembantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ( Kodiyat, 1995 ). Kadar vitamin A yang rendah membuat tubuh rentan terhadap serangan infeksi ( virus, bakteri maupun mikroorganisme berbahaya). Selain itu kekurangan vitamin Ajuga dapat menyebabkan terjadinya npenyakit autonium. Secara sinergis besi dan vitamin A dapat melindungi sel darah putih dari kerusakan akibat serangan radikal bebas ( Kodiyat, 1998 ).
Vitamin A juga memiliki interaksi dengan besi . Nilai  hemoglobin berkurang dengan pola yang sama dengan plasma. Vitamin A yang cukup akan dapat meningkatkan nilai hemoglobin seiring dengan kenaikan vitamin A. Mekanisme interaksi antara vitamin A dan besi adalah terjadinya gangguan mobilisasi pada besi dari hati atau penggabungan besi ke eritrosit bila terjadi defisiensi vitamin A (Machlin dan Langseth,1998). Vitamin A dan  - karoten dapat membentuk suatu kompleks dengan besi untuk membuatnya tetap larut dalam lumen usu dan mencegah efek penghambat dari fitat dan polifenol  pada absorpsi besi ( Carcia Casal, et.al,1998 ).

TUJUAN  PENELITIAN
       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Fe + Vitamin A Terhadap Peningkatan Hemoglobin Pada Anak Usia Sekolah Yang mengalimi Anemia Di SD 42 Beringin Kelurahan Air Dingin Padang.

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain Penelitian ini adalah rancangan penelitian Eksperiment sederhana (randomized control trial),  Sudigdo, 2006.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 42 Beringin, kelurahan Air Dingin Padang mulai  Maret  2009.
C.  Populasi dan Sampel
1.    Populasi
           Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV dan  V SDN 42 Beringin, Kelurahan Air Dingin Padang tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah lebih kurang 74 Orang.
2.    Sampel
           Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV dan V SDN 42 Beringin, Kelurahan Air Dingin Padang tahun ajaran 2008/2009 yang mengalami anemia ( total sampling), kemudian sample akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok control ( yang diberi tablet Fe saja) dan kelompok intervensi ( yang diberi tablet Fe dan Vitamin A( 1x selama masa penelitian )), yang dilakukan dengan cara random alokasi.
Sampel harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
1.      Anak sekolah  usia 9-12 tahun
2.    Hb dibawah 12 mg/dl pada pria dan wanita dibawah 11 mg/dl ( menderita anemia)
3.    Anak harus sehat jasmani dan rohani
4.     Bersedia mengkonsumsi tablet besi  dan Vitamin A sesuai saran ( bersedia menjadi responden)
 kriteria eklusi :
1.        Tidak bersedia untuk diteliti
2.        Sakit
3.        Menstruasi

D.    Defenisi operasional variable dan Klarifikasi Variabel
1.                                                                                                                            Variabel Independent
Variabel independen dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang mendapat Fe + Vitamin A

2.                                                                                                                            Variabel Dependent
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kadar hemoglobin.

Tabel 2. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

Variabel
Defenisi
Alat Ukur
Skala

Cara PPengukurann
Hasil
Variabel independent


: adalah anak usia sekolah yang mendapat Fe 





Vitamin A




Variabel dependen : hemoglobin











Dosis 60 mg. (1x seminggu) selama 1 bulan)

200000 iu ( 1 kapsul selama penelitian)

Peningkatan kadar hemoglobin dilihat setelah pengukuran Hemoglobin




















Cyan methemoglobin











nominal










Rasio






















Postest dan pretest























Kadar Hb


 
D.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Cyan methemoglobin tablet zat besi.dan Vitamin A.

F.    Prosedur penelitian
1.    Siswa kelas IV dan IV dikumpulkan dalam 1 lokal
2.    Siswa kelas IV dan V dilakukan pemeriksaan Hb, kemudian dipisah bagi siswa yang mengalami kadar Hb dibawah 12 mg/dl.Setelah didapatkan siswa yang mengalami kadar Hb dibawah 12 mg/dl ( anemia), dilakukan random alokasi yaitu pemisahan kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tanpa peneliti mengetahui siapa yang menjadi kelompok kontrol atai intervensi ( Kelompok kontrol dan intervensi hanya diketahui oleh guru yang mengajar dikelas IV dan V).
3.    Pada kelompok kontrol hanya diberi Tablet besi selama 1 bulan dengan dosis 60 mg/minggu.  Sementara kelompok intervensi diberikan tablet besi ( 60 mg/minggu dan vitamin A dengan dosis 200.000 iu ( 1 kali selama penelitian. Pengawasan pemberian tablet besi ini dengan memberikan sebuah lembaran yang telah diisi perintah. Pemberian tablet Fe dan vitamin A ini dilakukan dibawah pengawasan puskesmas beringin Padang .
4.    Selanjutnya setelah 1 bulan dilakukan pemeriksaan Hb kembali dengan menggunakan alat Cyan methemoglobin
5.    Dilakukan pengolahan data. 

G.    Cara pengumpulan data
Data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil adalah dengan cara mengukur secara langsung jumlah hemoglobin dengan menggunakan Cyan methemoglobin serta data lain pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin. Hasil pengukuran akan dicatat dalam lembaran hasil pengukuran yang telah disediakan.


Kerangka Operasional Penelitian
30 hari
 
H. Langkah Pengumpulan Data
1.     Anak SD kelas V yang mempunyai Hb dibawah 12 mg/dl ( dengan gejala anemia), dikelola oleh peneliti dan diorientasikan terhadap tujuan penelitian. Vitamin A diberikan pada awal penelitian pada laki-laki dan perempuan.
2.      Anak SD kelas V yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan sebagai sampel untuk kelompok perlakuan setelah menyetujui lembar persetujuan orang tua yang diajukan peneliti.
3.      Mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan dan memastikan bahwa alat-alat bekerja dengan baik.
4.      Minta sampel kontrol untuk makan tablet besi ( 60 mg/minggu selama 4 minggu) dan kelompok eksperiment juga makan tablet besi (60 mg/ minggu selama 4 minggu ) setelah diberikan vitamin A ( 1 kali selama penelitian ) .
5.      Pastikan sampel  kontrol dan  eksperiment minum tablet fe selama 4 minggu secara teratur setiap hari rabu jam 10 pagi.
6.      Dilakukan Pengecekan Jumlah Hb pada sampel kontrol dan eksperiment ( postest) setelah 1 bulan serta hasil tersebut dicatat dalam lembar hasil pengukuran.

 I. Pengolahan  Data
Pengolahan dilakukan dengan menggunakan computer dengan tahapan sebagai berikut :
a.             Editing
Editing  dilakukan untuk menilai kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian nilai jumlah Hb dalam lembar hasil pengukuran penelitian.

b.             Coding
Setelah Hb didapat kemudian diidentifikasi, diklasifikasikan kemudian diberi kode.
c.              Entry Data
                Memasukkan data yang telah diberi kode pada lembar hasil pengukuran untuk diproses secara komputerisasi.
d.             Cleaning
Yaitu pembersihan data dari kesalahan-kesalahan selama mengentri data .
e.              Tabulasi Data
Setelah instrumen diisi dengan baik, maka data kemudian ditabulasi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

 J. Analisa Data
a)      Univariat
Meneliti setiap tabel yang diperiksa.( Sudigdo, 2002)
b)     Bivariat
Data yang sudah dianalisa diuji dengan menggunakan Uji T Dependen, karena kedua kelompok sampel yang dibandingkan mempunyai subjek yang sama yaitu menggunakan teknik pre dan post ( Sudigdo, 2002).

HASIL PENELITIAN
      
1.     Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan pada masing-masing variabel penelitian yang akan menghasilkan data dalam bentuk distribusi Frekuensi. Analisa ini disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan dalam bentuk narasi.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan persentase Kenaikan nilai Hb dari kelompok eksperiment dan Kontrol di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009

Kelompok
Kadar Hb (mg/dl)
Frekuensi (N)
Persetase (%)

Perlakuan 1


Naik

Tidak Naik

20

-

100

0

Perlakuan 2


Naik

Tidak Naik

17

3


85

15


            Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 20 orang anak yang diberikan tablet besi dan kapsul vitamin A seluruhnya mengalami peningkatan nilai Hb ( 100%),dan sebaliknya kelompok yang hanya diberi Fe kadar Hbnya meningkat sebagian besar (85%).
 

Tabel 2.  Kadar Nilai Hb Responden Sebelum diberi perlakuan di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009

Kelompok
Jumlah  Responden
Mean
(mg/dl)

Minimum
(mg/dl)

Maksimum
(mg/dl)

Standar Deviasi
Perlakuan 1
20
9,5
8,9
10,0
0,33
Perlakuan 2
20
10,9
10,3
11,8
0,50

Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan 1 sebelum dilakukan intervensi rata-rata kadar Hb nya adalah 9,5 mg/dl, sementara kelompokperlakuan 2 sebelum dilakukan intervensi nilai Hb nya rata-rata 10,9 mg/dl.

Tabel 3.  Kadar Nilai Hb Responden Sesudah diberi perlakuan di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009

Kelompok
Jumlah  Sampel (N)
Mean
(mg/dl)

Minimum
(mg/dl)
Maksimum
(mg/dl)
Standar Deviasi
Perlakuan 1
20
11,6
9,0
12,4
0,80
Perlakuan 2
20
12,1
10,3
13,9
0,91

Berdasarkan tabel 3. dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan 1 sesudah dilakukan intervensi rata-rata kadar Hb nya naik yaitu 11,6 mg/dl, sementara kelompok perlakuan 2 sesudah dilakukan intervensi nilai Hbnya meningkat rata-rata 12,1 mg/dl.
 
Tabel 4. Kadar peningkatan nilai Hb rata-rata kelompok perlakuan 1dan perlakuan 2 sebelum dan sesudah dilakukan intervensi di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009

Kelompok
Mean Pre Eksperiment (mg/dl)

Mean Post Eksperiment
(mg/dl)

Jumlah rata- rata Peningkatan

Perlakuan 1
9,5
11,2
1,7
Perlakuan 2
10,9
12,1
1,13

Berdasarkan tabel 4.diatas terlihat bahwa peningkatan rata-rata nilai Hb kelompok perlakuan 1 lebih tinggi dari kelompok perlakuan 2.
       2. Analisa Bivariat ( Uji Dependen dan Independen )
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Fe + Vitamin A terhadap Kadar Hb pada Kelompok perlakuan 1 di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009

Kelompok
Perlakuan 1
Mean
(mg/dl)
Standar Deviasi
Median
(mg/dl)
Minimum
(mg/dl)
Maksimum
(mg/dl)
P
Pre eksperiment

0,95
0,33
9,5
8,9
10,0


0,000
Post Eksperiment
11,2
0,80
11,4
9,0
12,4


            Pada tabel 5. terlihat bahwa secara statistik terjadi peningkatan kadar Hb secara signifikan pada kelompok yang diberi Fe + vitamin A yaitu nilai p = 0,000 ( p< 0,05)
Tabel 6. Pengaruh pemberian Fe terhadap Kadar Hb pada kelompok Perlakuan 2 di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009

Kelompok
Perlakuan 2
Mean
(mg/dl)
Standar Deviasi
Median
(mg/dl)
Minimum
(mg/dl)
Maksimum
(mg/dl)
P
pre eksperiment

10,9
0,50
10,9
10,3
11,8


0,000
Post Eksperiment
12,1
0,91
12,2
10,3
13,9


Pada tabel 6. terlihat bahwa secara statistik terjadi peningkatan kadar Hb secara signifikan pada kelompok yang diberi Fe yaitu nilai p = 0,000 ( p< 0,05)

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Fe+ Vit A Terhadap Peningkatan Hemoglobin pada Anak Usia Sekolah Di SDN No 42 Beringin Padang Tahun 2009 berdasarkan uji T- Independent

Kelompok (post Eksperiment)

Mean
(mg/dl)
Standar Deviasi
Median
(mg/dl)
Minimum
(mg/dl)
Maksimum
(mg/dl)
P
Perlakuan 1

11,2
0,80
11,4
9,0
12,4


0,003
Perlakuan 2
12,0
0,91
12,2
10,3
13,9


            Berdasarkan tabel 7. diatas terlihat bahwa terdapat pengaruh pemberian Fe + Vit A terhadap peningkatan hemoglobin, hal ini dibuktikan secara statistik dengan nilai P = 0,003 ( < 0,05)
 PEMBAHASAN
a.         Analisa Univariat
Gambaran Kenaikan nilai Hb pada kelompok perlakuan 1 dan Perlakuan 2
            Kenaikan nilai Hb sampel dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya memakan obat sesuai anjuran yaitu sesudah makan, mengkonsumsi makanan yang bergizi, menjaga kebersihan agar terhindar dari cacingan, sehingga kenaikan kadar Hb dapat optimal.
            Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 orang responden yang dijadikan kelompok perlakuan 1 terdapat semuanya (100%) mengalami peningkatan kadar Hb. Dari hasil penelitian kenaikan Hb tertutama terjadi karena responden bersedia mengkonsumsi tablet Fe dan Vit A sesuai anjuran yaitu sesudah makan.
            Alasan lain yang dapat meningkatkan kadar Hb responden adalah karena disamping responden memakan tablet Fe dan Vit A, responden juga tidak mengalami penyakit lain yang bisa menghambat peningkatan hemoglobin.
            Pada kelompok perlakuan 2 menunjukkan dari 20 orang responden yang diberikan tablet Fe menujukkan 17 orang mengalami peningkatan kadar Hb, sementara 2 orang responden lainya mengalami penurunan Hb, dan 1 orang lagi tidak mengalami perubahan kadar Hb.
        Tidak naiknya kadar Hb pada responden bisa disebabkan karena dari kecil responden kurang mendapatkan makanan yang bergizi, hal ini sejalan dengan pendapat Soedjatmoko (2004) yang mengatakan bahwa pemberian gizi yang cukup merupakan faktor utama yang bisa dilakukan untuk menghindari anemia, namun sebaiknya sejak anak berusia dini sehingga kecerdasan rendah pada anak usia sekolah tidak akan terjadi karena kurang zat besi bisa dihindari. Selain itu penyebab tidak meningkatnya kadar Hb pada responden akibat daya tahan tubuh anak menurun atau mengalami penyakit, sehingga pemberian Fe tidak dapat membantu kenaikan nilai Hb seorang anak.
B.    Analisa Bivariat
Pengaruh pemberian Fe + Vitamin A Terhadap Peningkatan Hemoglobin
            Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 sampel anak usia sekolah kelas IV dan V yang mengalami anemia (nilai Hb dibawah 12mg/dl) didapatkan terjadi peningkatan Hb secara signifikan. Hal ini berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji T independent, didapatkan nilai p = 0,003 (< 0,05). Hal ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian Fe + Vit A terhadap peningkatan Hemoglobin.
 Peningkatan hemoglobin pada responden dapat disebabkan oleh karena adanya hubungan pemberian fe dan vitamin A yang dapat meningkatkan nilai hemoglobin. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Siti Maryam (2003) dalam makalah sains bahwa vitamin A dan Fe cukup berinteraksi dengan cara melakukan mobilisasi pada besi dari hati .
            Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Widodo, tahun 2000 mengenai pengaruh Fe dan vitamin A pada anemia anak usia sekolah di tegal menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dalam peningkatan hemoglobin pada anak usia sekolah yang mengalami anemia dibandingkan dengan anak yang hanya diberi Fe.
Anak yang mengalami peningkatan hemoglobin disebabkan salah satunya karena responden tidak mengalami penyakit, sehingga Tablet Besi dan vitamin A dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Selain itu responden didukung dengan konsumsi gizi yang baik seperti makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin A sehingga nilai hemoglobin mengalami peningkatan.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
a.        Kesimpulan
Dari hasil penelitan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1.      Pada anak usia sekolah Kelas IV dan V yang diberi Fe + vitamin A selama 1 bulan terlihat  seluruhnya (100%) mengalami peningkatan nilai hemoglobin.
2.      Pada anak usia sekolah Kelas IV dan V yang diberi Fe saja selama 1 bulan terlihat sebagian besar (85%) mengalami peningkatan nilai hemoglobin.
3.       Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa kelompok perlakuan 1 yang diberi tablet Fe + Vitamin A, mengalami peningkatan hemoglobin lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan 2 yang hanya diberikan tablet Fe

b.       Saran
  1. Pada tenaga keperawatan khususnya yang bekerja di Puskesmas  di bagian UKS diharapkan terus memantau program kesehatan anak ,khususnya yang mengalami anemia pada anak usia sekolah, agar anak yang mengalami kelainan kesehatan dapat terdeteksi lebih awal.
  2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kriteria sampel yang lebih banyak dan metode yang berbeda untuk melihat pengaruh pemberian vitamin A terhadap peningkatan hemoglobin, dengan perlakuan yang juga berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
                                                                   
Almatsier, sunita ., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta
Apa dan Mengapa Tentang Vitamin A ,  Panduan Praktis untuk Praktisi Kesehatan 2005
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. EGC: Jakarta
Guyton, Arthur C , 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta
Hoffbrand, AV, 2005. Kapita Selekta Hematologi. EGC: Jakarta
Ilmu Gizi II , 2005, Dian Rakyat: Jakarta
Kodiyat, 2008. http://www.inspiredkidsmagazine.com/ Anakpun Terkena Anemia
Mutschler,Ernst, 1991. Dinamika Obat. EGC : Jakarta
Machlin,L,J&L.Langseth. Vitamin interactions. Dalam Bodwell,Ce,&J.W. eDW
Ngastyah.2002, Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak, 2007 . Kanisius: Yogyakarta
 Sudigdo, Sastroasmoro, 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung: Jakarta
Sylvia, 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. EGC: Jakarta
Soejatdmoko, 2008. http://okhealth.blogspot.com/2008/ Besi meningkatkan kecerdasan Anak
Wita, 2008. http:// anugerah.hendra.or.id/ permasalahan umum kesehatan anak usia sekolah