PENGARUH MUSIK TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL ANAK
I.
JUDUL
“PENGARUH
MUSIK TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL ANAK.”
(Studi Korelasi di
Kelas I SDN Cilangkap II).
II.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Musik
merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena musik dapat
menjadikan orang merasa senang, gembira dan nyaman. Musik bisa menjadi efektif
di bidang akademis dengan membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan
dan menangkal kebisingan eksternal yang mengganggu. Musik juga dapat membantu
kita merasa bertenaga, percaya diri, mengurangi kesedihan, menghapus kemarahan,
melepaskan stress serta mengurangi rasa takut dan cemas.
Musik
harus dikenalkan sedini mungkin pada anak bahkan sejak dalam kandungan anak
sudah dirangsang dengan jenis musik yang dapat mengembangkan kecerdasan anak
yaitu jenis musik klasik. Memperdengarkan musik atau suara lain yang
menyenangkan bagi bayi yang masih dalam kandungan ternyata bisa menstimulasi
sistem pendengaran mereka dan berpengaruh positif pada respons mereka terhadap
musik dan suara-suara lain setelah mereka lahir. Bayi-bayi ketika di dalam
kandungan mendengarkan musik yang rileks dan menenangkan ternyata tumbuh dan
bertambah berat badannya dengan mudah serta lebih damai dengan diri mereka
sendiri dan lingkungan sekitarnya, begitu mereka hadir di “dunia nyata” (John
M. Ortiz, 2002: 1).
Lingkungan
terutama orang tua berperan penting untuk menumbuh kembangkan kecerdasan emosional
anak yaitu salah satu diantaranya lewat musik. Seorang anak yang sejak kecil
terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosionalonalnya
dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Musik yang didengar
berupa irama dan nada-nada yang teratur dari perpaduan seimbang antara beat,
ritme dan harmoni (Bambang Sujiono dan Nurani Yuliani, 2005: 119).
Sebagai
orang tua harus memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih sendiri musik
yang ingin ia dengarkan di waktu-waktu luang dan mengizinkan anak untuk
menggunakan kebebasan berekspresi dalam batas-batas tertentu, akan memberi
pelajaran mengenai rasa tanggung jawab sekaligus menumbuhkan kemampuan
mengendalikan diri. Disamping itu, orang tua harus memonitor jenis musik pilihan
anak untuk memastikan agar pilihan musik tersebut bisa diterima oleh sistem
kepercayaan dan standar keluarga.
Orang
tua seringkali beranggapan bidang musik termasuk salah satu bidang yang bila
ditekuni tidak bisa menjamin masa depan. Oleh karena itu, orang tua lebih
cenderung mengarahkan anak pada bidang-bidang ilmu kognitif dan beranggapan
bahwa dengan menguasai ilmu kognitif seseorang mudah mencapai keberhasilan
serta derajat terpandang dalam masyarakat. Padahal sebetulnya dengan musik anak
akan dapat mencurahkan pikiran, rasa dan karsa dalam setiap aktivitasnya.
Selain
kenyataan di atas, orang tua juga belum memahami cara menumbuhkembangkan
kecerdasan emosional anak. Seorang anak yang tidak bisa mengendalikan emosionalnya
dengan baik seringkali dikarenakan orang tua kurang bisa memahami perasaan dan
kehendak si anak. Luapan emosional yang tidak terungkap secara fokus dan jelas
dapat mengarah pada perilaku destruktif (merusak). Sebagai contoh, anak yang
tidak bisa mengungkapkan bahwa dirinya sesungguhnya merasa cemburu karena
mainan adiknya lebih bagus mungkin akan bertindak agresif dengan merusakkan
mainan adiknya atau memukul adiknya.
Musik
harus dikenalkan sedini mungkin pada anak-anak agar anak dapat meluapkan emosionalnya
lewat musik tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak orang tua
yang belum memahami bahwa pengenalan musik sejak dini dapat menumbuhkembangkan
kecerdasan emosional anak. Selain itu, ada juga orang tua yang memaksakan
anaknya untuk dapat memainkan jenis alat musik tertentu. Sebagai orang tua
harus memahami kesiapan anak untuk belajar musik. Misalnya kemampuan fisik dan
mental anak.
B. Identifikasi
Masalah
Masalah
yang dapat diidentifikasi dari latar belakang di atas antara lain:
1.
Musik membantu pembentukan
pola pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa;
2.
Tingkat kecerdasan
emosional anak berbeda-beda;
3.
Pengaruh musik
klasik dengan perkembangan kecerdasan anak;
4.
Anak
yang terbiasa
mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosionalonalnya.
C. Batasan
Masalah
Agar
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam dan adanya keterbatasan waktu,
tenaga dan biaya, maka tidak semua masalah yang telah diidentifikasikan akan
diteliti. Penulis memberi batasan terhadap masalah tersebut.
Adapun
masalah yang akan diteliti yaitu:
1.
Pembentukan pola
pembelajaran dan mengatasi kebosanan belajar dengan musik di kelas I SDN
Cilangkap II;
2.
Tingkat
kecerdasan emosional kelas I SDN Cilangkap II;
3.
Pengaruh musik
terhadap kecerdasan emosional kelas I SDN Cilangkap II.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi permasalahan serta telah diberikan batasan pada masalah tersebut,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimana pembentukan
pola pembelajaran dan mengatasi kebosanan belajar dengan musik di kelas I SDN
Cilangkap II?
2.
Bagaimana tingkat
kecerdasan emosional kelas I SDN Cilangkap II?
3.
Bagaimana pengaruh musik terhadap perkembangan kecerdasan
emosional anak?
E. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
penelitiannya antara lain:
1.
Mengetahui pembentukan
pola pembelajaran dan mengatasi kebosanan belajar dengan musik di kelas I SDN
Cilangkap II?
2.
Mengetahui tingkat
kecerdasan emosional kelas I SDN Cilangkap II?
3.
Mengetahui pengaruh
musik terhadap perkembangan kecerdasan
emosional anak?
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini adalah untuk
menambah cakrawala / khasanah pengetahuan tentang pengaruh musik terhadap
perkembangan kecerdasan emosional anak.
2. Manfaat praktis
a) Bagi
peneliti Ingin mencari pemecahan masalah tentang pengaruh musik terhadap
perkembangan kecerdasan emosional anak.
b)
Bagi guru Diharapkan
memberikan pembelajaran musik sesuai dengan perkembangan anak.
c) Bagi
orang tua Diharapkan memperkenalkan musik sedini mungkin kepada anak dan orang
tua juga memahami kesiapan anak untuk belajar musik.
III.
LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERPIKIR, ASUMSI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan
Teori
Definisi kecerdasan emosional
pertama kali disebutkan dalam majalah Time edisi Oktober 1995 oleh psikolog
Peter Salovey dari Universitas Yale dan John Mayer dari Universitas Hampshire.
Kecerdasan emosional adalah sebuah konsep untuk memahami perasaan seseorang,
memahami empati seseorang terhadap perasaan orang lain dan memahami “bagaimana emosional
sampai pada tahap tertentu menggairahkan hidup” (Kumpulan artikel Kompas, 2001:
181).
Psikolog
Danrel Goleman dari Universitas Harvard dalam buku “Emotional Inteligence”
(1994) menyatakan bahwa “Kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya
sekitar 20% dan sisanya yang 80% ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang
disebut kecerdasan emosionalonal”. (Kumpulan artikel Kompas, 2001: 182).
Kecerdasan emosionalonal (EQ) adalah proses pembelajaran yang berlangsung
seumur hidup. Memang ada temperamen khusus yang dibawa seorang anak sejak ia
dilahirkan, tetapi pola asuh orang tua dan pengaruh lingkungan akan membentuk
“cetakan emosional seorang anak yang akan berpengaruh besar pada perilakunya
sehari-hari” (Bambang Sujiono dan Yuliani Nurani Sujiono, 2005: 115).
B.
Kerangka
Berpikir
“Musik sangat
mempengaruhi manusia”, ujar EV. Andreas Christanday seorang musikus dalam suatu
ceramah musik. “Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni
mempengaruhi roh”. Sementara apabila hati sedang susah, mencoba mendengarkan
musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan akan
menjadi lebih enak dan enteng.
Musik adalah bahasa dunia dan tidak
perlu diterjemahkan. Musik memerlukan tangan, kepala serta hati bergandengan
bersama-sama. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling menakjubkan, semua
dasar-dasar pertumbuhan berkembang pada masa ini. Musik bagi anak dapat
berperan sebagai wahana yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan. Dapat
berwujud pernyataan atau pesan dan memiliki daya yang dapat menggerakkan hati,
berwawasan citarasa keindahan.
Musik melalui nyanyian dapat
menyalurkan, mengendalikan, menimbulkan perasaan tertentu seperti rasa senang,
lucu, haru dan kagum. Hal ini sangat erat berkaitan dengan perkembangan emosional,
perkembangan psikomotorik anak juga dapat berkembang melalui musik, misalnya
pada saat anak senam. Kemampuan anak dalam mengungkapkan pikiran melalui nada, emosional
(rasa) dan gerak dapat dikembangkan melalui musik. Pada hakekatnya musik
merupakan bahasa nada karena musik dapat didengar, dikomunikasikan melalui
nada. Musik juga merupakan bahasa emosional karena dapat mengungkapkan perasaan
tertentu seperti senang, lucu, haru atau kagum.
Kerangka
berpikir yang dihasilkan yaitu jika anak terbiasa mendengarkan
musik maka kecerdasan emosionalnya akan
lebih berkembang. Dan
jika anak tidak terbiasa
mendengarkan musik maka kecerdasan emosionalnya
kurang berkembang.
C. Anggapan
Dasar (Asumsi)
Asumsi
adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena
dianggap benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga:2001). Jadi, asumsi
merupakan latar belakang jalur pemikiran atau anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan
bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi penelitian ini adalah:
1.
Pembentukan pola
pembelajaran dan mengatasi kebosanan belajar dengan musik di kelas I SDN
Cilangkap II;
2.
Tingkat
kecerdasan emosional kelas I SDN Cilangkap II;
3. Pengaruh musik terhadap perkembangan kecerdasan
emosional anak.
D. Hipotesis
Menurut
Sugiyono (2010: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah dalam penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan. Penelitian ini menyoroti dua variabel pokok, yaitu musik, menempati variabel
independen (variabel X), sedangkan kecerdasan
emosionalonal menempati variabel dependen (variabel
Y).Dari kedua variabel, secara teoritik dapat diduga bahwa musik mempengaruhi kecerdasan emosionalonal anak.
Maka,
hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang positif anak yang mendengar musik
dengan kecerdasan emosionalonal anak”
di kelas I
SDN Cilangkap II Kab.
Tasikmalaya.
IV.
PROSEDUR PENELITIAN
A.
METODE
PENULISAN
Spesifikasi Penelitian
Dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambar-kan keadaan
sesuatu atau status fenomena. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang
pengaruh musik terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak kelas I Sekolah Dasar.
B. Definisi
Operasional
Musik adalah bagian dari kehidupan dan perkembangan
jiwa manusia. Sejak anak dilahirkan, dia telah memiliki aspek tertentu dari
musik yang menjadi bagian pengalaman
alami dari kehidupannya”. (2005 : 9) The starting time for learning
about music is the same as the starting time for any learning (Wikipedia
Indonesia, Copyright @ 2006, www.google.com). Saat mulai belajar tentang musik
sama dengan saat mulai belajar apa saja. Musik adalah wadah segala jenis
pendidikan anak. Hal itu muncul secara alami menjadi kebutuhan anak.
Menurut Allegory of musik karya Lorenzo Lippi, musik adalah bunyi yang diterima oleh
individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera
seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam. Menurut
Aristoteles (Wikipedia Indonesia, copyright @ 2006, www. Google.com). musik
yaitu mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, jiwa patriotisme.
Mendengarkan musik dapat membantu mengurangi sedikit beban pikiran melalui
bernyanyi dapat mencurahkan perasaan yang ada dalam hati.
Sementara itu, definisi
kecerdasan emosional pertama kali disebutkan dalam majalah Time edisi Oktober
1995 oleh psikolog Peter Salovey dari Universitas Yale dan John Mayer dari
Universitas Hampshire. Kecerdasan emosional adalah sebuah konsep untuk memahami
perasaan seseorang, memahami empati seseorang terhadap perasaan orang lain dan
memahami “bagaimana emosional sampai pada tahap tertentu menggairahkan hidup”
(Kumpulan artikel Kompas, 2001: 181).
Namun konsep kecerdasan emosional baru memasuki
forum publik setelah psikolog Danrel Goleman dari Universitas Harvard dalam
buku “Emotional Inteligence” (1994) menyatakan bahwa “Kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang 80% ditentukan oleh
serumpun faktor-faktor yang disebut kecerdasan emosionalonal”. (Kumpulan
artikel Kompas, 2001: 182). Kecerdasan emosionalonal (EQ) adalah proses
pembelajaran yang berlangsung seumur hidup. Memang ada temperamen khusus yang
dibawa seorang anak sejak ia dilahirkan, tetapi pola asuh orang tua dan
pengaruh lingkungan akan membentuk “cetakan emosional seorang anak yang akan
berpengaruh besar pada perilakunya sehari-hari” (Bambang Sujiono dan Yuliani
Nurani Sujiono, 2005: 115).
C.
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I
SDN Cilangkap II Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 20 orang.
b. Sampel
Dikarenakan
jumlah
populasi relatif kecil yaitu kurang
dari 30 orang, maka peneliti menggunakan
teknik sensus atau sampling jenuh.
D.
Instrumen
Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variable yang akan diteliti, yaitu musik, menempati variabel
independen (variabel X) dan kecerdasan emosionalonal
menempati
variabel dependen (variabel Y).
Maka, instrument untuk mengukur variable X digunakan angket dan untuk mengukur
variable Y digunakan angket (untuk siswa) dan wawancara ( untuk guru).
E. Teknik
Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan data,
maka peneliti meminta bantuan
kepada guru untuk membagikan angket serta mengumpulkan
kembali. Angket tersebut
dibagikan kepada responden yang bersangkutan.
F. Analisis
Data
Penelitian
ini merupakan penelitian dengan variabel bebas yaitu perhatian orang tua (X)
dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa (Y), yang dalam
statistik lebih dikenal dengan sebuah uji korelasi.
Uji
korelasi (uji validitas) adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh
atau pengaruh variabel dengan variabel
lain. Nilai uji korelasi tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
G. Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Minggu
ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Seminar Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penentuan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengolahan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penulisan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Seminar
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hatimah, Ihat, dkk. 2009. Penelitian
Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Sugiyono. 2009.
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Uman. 2008. Memahami Karakteristik Individu. Bandung: UPI Press.
Slameto. 2003. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.