MAKALAH
MANFAAT KURKUMIN PADA KUNYIT UNTUK MENAHAN LAJU PERTUMBUHAN KANKER DAN
MENANGKAL RADIKAL BEBAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Saat
ini kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Tubuh yang
sehat akan menunjang kita sehingga dapat menjalankan segala rutinitas serta
aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, banyak orang yang rela menghabiskan
banyak uang hanya untuk mendapatkan jasmani yang sehat.
Dalam
dasa warsa terakhir, industri dan perdagangan produk herbal dan suplemen diet
dari bahan alami cenderung meningkat di seluruh dunia. Cina dikenal sebagai
pusat produksi obat herbal di dunia. Di Indonesia, pemanfaatan tumbuhan sebagai
obat sudah dikenal sejak lama. Hal ini diikuti dengan tumbuh kembangnya
industri jamu, makanan dan minuman kesehatan, obat herbal, serta kosmetik yang
berbasis bahan baku alami.
Tradisi
nenek moyang kita memang hebat. Entah apa yang menggerakkan pikiran mereka
sehingga mereka dapat dikatakan pandai dan berbudaya tinggi termasuk dalam soal
pengobatan dan kesehatan. Kita sekarang lebih mengenal obat-obat sintetik
dibandingkan obat dari bahan alami padahal ternyata alam telah menyediakan
semua kebutuhan jika kita bisa mengolahnya.
Salah satu
tanaman obat yang banyak digunakan dalam
industri obat asli Indonesia (OAI), kosmetik
maupun makanan dan minuman adalah kunyit. Rimpang kunyit bermanfaat antara lain untuk mengobati gusi bengkak, luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus buntu, encok, gangguan pencernaan, perut kembung, serta menurunkan tekanan darah. Rimpang kunyit
juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna,
campuran dalam kosmetik, bakterisida,
fungisida, dan stimulan. Baru-baru
ini dihasilkan penelitian yang benar-benar melengkapi deretan manfaat kunyit
yang telah lama diketahui bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu senyawa aktif
yang terkandung di kunyit yaitu kurkumin ternyata mampu menahan laju
pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka
permasalahan pokok yang akan dikaji dalam makalah ini adalah manfaat kurkumin
pada kunyit untuk menahan laju pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas.
Untuk dapat melakukan kajian secara empiris, maka perumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah senyawa
kurkumin pada kunyit dapat menahan laju
pertumbuhan kanker?
2. Apakah senyawa
kurkumin pada kunyit dapat menangkal
radikal bebas?
C.
Kegunaan
Penulisan
Hasil penulisan makalah mengenai manfaat
kurkumin pada kunyit untuk menahan laju pertumbuhan kanker dan menangkal
radikal bebas diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
Kegunaan
penulisan makalah ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan tambahan
wawasan dalam dunia kesehatan untuk melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam
terhadap senyawa kurkumin yang terdapat dalam kunyit, khususnya untuk menahan
laju pertumbuhan kanker dan menangkal radikal bebas.
2. Secara Praktis
Kegunaan
penulisan makalah ini secara praktis diharapkan dapat yaitu dapat digunakan
sebagai obat penahan laju kanker dan penangkal radikal bebas.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman berupa semak dan bersifat
tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit
tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas kebun. Tanaman ini
diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 300-1600 m dpl, ada juga yang
mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa
Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut
tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit
pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan
khususnya di India, Cina, Taiwan, Indonesia, dan Filipina.
Klasifikasi tanaman kunyit sesuai
dengan urutan taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus
: Curcuma
Species : Curcuma Longa Linn
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan
tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang
dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun
tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang
berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota
sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal
daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga
kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
Kunyit merupakan rempah-rempah yang
sering digunakan, terutama untuk kari. Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan
sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan,
menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit,
yaitu sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik,
bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu
juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah
kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta
sebagai pembersih darah.
Zat warna kuning pada kunyit (berkode
E100) dimanfaatkan untuk melindungi produk makanan terhadap kerusakan akibat
sinar matahari. Bila digunakan bersama zat warna lain, yakni annatto (E160b),
kunyit dapat dimanfaatkan untuk memberi warna pada keju, yogurt, mentega, dan
margarin.
Komposisi
utama penyusun kunyit yaitu minyak atsiri (volatil oil), furmerol, sineol,
zingiberin, borneol, karvon, dan kurkuminoid. Kandungan terbesar dari kunyit
adalah zat warna kurkumoid. Kurkumoid sendiri terdiri dari kurkumin,
dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin. Kurkumin
(sejenis senyawa polifenol) merupakan senyawa aktif pada kunyit, yang terdapat
dalam dua bentuk tautomer, yakni bentuk keto pada fase padat dan bentuk enol
pada fase larutan.
B.
Radikal
Bebas
Radikal bebas
merupakan suatu molekul yang relatif tidak stabil dengan atom yang pada orbit
terluarnya memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Karena
kehilangan pasangannya itu, molekul menjadi tidak stabil dan radikal. Supaya
stabil molekul ini selalu berusaha mencari pasangan elektronnya, yaitu dengan
cara merebut elektron dari molekul lain secara membabi buta. Karena itulah dia
disebut radikal bebas.
Jika sudah
merebut elektron molekul lain, akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan
radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah. Perebutan elektron oleh
radikal bebas, berakibat tidak baik pada molekul yang elektronnya dicuri.
Molekul ini akan mengalami kerusakan molekul makro pembentuk sel, yaitu
protein, polisakarida, lemak, dan deoxyribo nucleic acid (DNA).
Sel yang
elektronnya diambil oleh radikal bebas akan rusak, mati atau bermutasi. Tak
heran bila radikal bebas dikenal sebagai zat berbahaya yang dapat merusak
kesehatan manusia.
Sumber radikal
bebas, baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi. Yang pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan
atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi),
yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif.
Penjelasan
mengenai sumber radikal bebas endogenus ini sangat bervariasi. Sumber endogenus
dapat melewati autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi,
transpor elektron di mitokondria, oksidasi ion-ion logam transisi, atau melalui
ischemic. Autoksidasi adalah senyawa yang mengandung ikatan rangkap, hidrogen
alilik, benzilik atau tersier yang rentan terhadap oksidasi oleh udara.
Contohnya lemak yang memproduksi asam butanoat, berbau tengik setelah bereaksi
dengan udara. Oksidasi enzimatik menghasilkan oksidan asam hipoklorit. Di mana
sekitar 70-90 % konsumsi O2 oleh sel fagosit diubah menjadi
superoksida dan bersama dengan `OH serta HOCl membentuk H2O2
dengan bantuan bakteri. Oksigen dalam sistem transpor elektron menerima 1
elektron membentuk superoksida. Ion logam transisi, yaitu Co dan Fe
memfasilitasi produksi singlet oksigen dan pembentukan radikal `OH melalui
reaksi Haber-Weiss: H2O2 + Fe2+ —> `OH + OH-
+ Fe3 +. Secara singkat, xantin oksida selama ischemic menghasilkan
superoksida dan xantin. Xantin yang mengalami produksi lebih lanjut menyebabkan
asam urat.
Sedangkan
sumber eksogenus radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh,
diantaranya sinar UV. Sinar UVB merangsang melanosit memproduksi melanin
berlebihan dalam kulit, yang tidak hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan
juga berbintik hitam. Sinar UVA merusak kulit dengan menembus lapisan basal
yang menimbulkan kerutan.
Saat ini
ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai
penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki
pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu
bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal
bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.
Efek
oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid
yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida
karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun
disebabkan oleh oksigen reaktif yang intinya memacu zat karsinogenik, sebagai
faktor utama kanker. Selain itu, oksigen reaktif dapat meningkatkan kadar LDL
(low density lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan kolesterol
pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih
dikenal dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu penurunan suplai darah
atau ischemic karena penyumbatan pembuluh darah serta Parkinson yang diderita
Muhammad Ali menurut patologi juga dikarenakan radikal bebas.
Tipe radikal
bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif
ini mencakup superoksida (O`2), hidroksil (`OH), peroksil (ROO`),
hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (O2),
oksida nitrit (NO`), peroksinitrit (ONOO`) dan asam hipoklorit (HOCl).
C.
Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau
mencegah proses oksidasi. Zat ini secara
nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang
mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai
didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang
melindungi sel dari efek
berbahaya radikal
bebas
oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal
dari metabolisme tubuh maupun
faktor eksternal lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa
golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan
pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
Antioksidan
diharapkan aman dalam penggunaan atau tidak toksik, efektif pada konsentrasi
rendah (0,01-0,02%), tersedia dengan harga cukup terjangkau, dan tahan terhadap
proses pengolahan produk . Antioksidan penting dalam melawan radikal bebas,
tetapi dalam kapasitas berlebih
menyebabkan kerusakan sel.
Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas
antioksigen yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh
(eksogen). Adakalanya sistem antioksidan endogen tidak cukup mampu
mengatasi stres oksidatif yang berlebihan. Stres oksidatif merupakan keadaan
saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi oksigen reaktif. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari
luar (eksogen) untuk mengatasinya.
Antioksidan alami biasanya lebih diminati,
karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang
makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan
alami dapat ditemukan pada sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu.
Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid.
Quezada et al. (2004) menyatakan bahwa fraksi alkaloid pada daun “Peumus boldus”
dapat berperan sebagai antioksidan. Zin “et al”. (2002) menyatakan bahwa
golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun
mengkudu berasal dari golongan flavonoid. Gingseng yang berperan sebagai
antioksidan, antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, mengandung saponin glikosida (steroid glikosida). Uji aktivitas antioksidan yang
dilakukan pada daun “Ipomea pescaprae” menunjukkan keberadaan senyawa kuinon, kumarin, dan
furanokumarin. Tanin yang banyak terdapat pada teh dipercaya
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Sementara itu, Iwalokum
“et al”.(2007)menyatakan bahwa “Pleurotus ostreatus” yang mengandung
triterpenoid, tanin, dan sterois glikosida dapat berperan sebagai antioksidan
dan antimikrob.
Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi antioksidan primer yang dapat
bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil ,
Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase. Antioksidan sekunder atau antioksidan
preventif yang dapat mengurangi laju awal reaksi rantai, Contoh antioksidan
sekunder diantaranya yaitu vitamin
E, Vitamin
C, dan β-karoten. Antioksidan tersier yang berfungsi
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas,
Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin
sulfoksida reduktase. Mekanisme kerja antioksidan selular menurut Ong et al.
(1995) antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal;
mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif; mengubah jenis oksigen rekatif
menjadi kurang toksik; mencegah kemampuan oksigen reaktif;
dan memperbaiki kerusakan yang timbul.
D. Kanker
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
menimbulkan kemampuan sel untuk :
- tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
- menyerang jaringan biologis di dekatnya.
- bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.
Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak.
Sebagian besar kanker membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia.
Kanker dapat
menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter
keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan
pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.
Kebanyakan kanker
menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara
berkembang. Kebanyakan kanker
dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak
awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya
bisa dihindari. Merokok dapat menyebabkan banyak kanker daripada faktor
lingkungan lainnya. Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat
berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak
bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya
ataupun bermetastasis. Kanker dapat menyebar melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh
darah ke organ lain.
Pada umumnya, kanker
dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus
besar, sedangkan kanker
yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum,
misalnya:
- Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma anal, kanker esofageal, karsinoma hepatoselular, kanker laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker testiskular dan kanker tiroid.
- Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang rawan seperti kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan adiposa, pembuluh darah dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya.
- Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang berkembang di dalam sumsum tulang dan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi di dalam sirkulasi darah.
- Limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh
Kondisi-kondisi yang
dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah hiperplasia,
displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam
jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi
ketika sel berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan
pada nukleusnya. Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas sitoplasma yang
berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan kondisi
sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan memiliki
sifat invasif.
Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan
untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan kanker :
1.
Bahan Kimia
Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal sebagai mutagen, dan mutagen yang
menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen. Ada beberapa
zat khusus yang terkait dengan jenis kanker tertentu. Rokok tembakau dihubungkan dengan banyak jenis kanker, dan penyebab dari 90% kanker
paru-paru. Keterpaparan secara
terus-menerus terhadap serat asbestos dikaitkan
dengan mesothelioma. Banyak mutagen adalah juga karsinogen. Tetapi, beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh bahan kimia bersifat karsinogen yang bukan mutagen. Bahan
kimia seperti ini bisa menyebabkan kanker dengan menstimulasi tingkat
pembelahan sel. Tingkat replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan sedikit
waktu bagi enzim-enzim untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi. Riset selama
beberapa dekade menunjukkan keterkaitan antara penggunaan tembakau dan kanker pada paru-paru, laring, kepala, leher, perut, kandung kemih, ginjal, esofagus, dan pankreas. Asap tembakau memiliki lebih dari lima puluh jenis karsinogen yang sudah
dikenali termasuk nitrosamines dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
2.
Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan kanker. Keterpaparan terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya. Diperkirakan 2% dari penyakit
kanker di masa yang akan datang dikarenakan CT Scan di saat ini. Radiasi dari frekuensi radio tak berion dari telepon
seluler dan sumber-sumber
radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai penyebab kanker, tetapi saat
ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.
3.
Infeksi
Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan
saja berlaku pada binatang-binatang seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus
ini berperan hingga 20% terhadap terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh
dunia. Virus-virus ini termasuk papillomavirus pada manusia
(kanker
serviks), poliomavirus pada manusia (mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr (penyakit
limfoproliferatif sel-B dan kanker
nasofaring), virus herpes
penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer), virus-virus hepatitis B dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis (leukemia sel T), dan helicobacter pylori (kanker
lambung). Jenis tumor yang
ditimbulkan virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang bertransformasi
secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada virus yang
bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang terlalu aktif
yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi bertransformasi
segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang bertransformasi
secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto di dalam genom
induk.
4.
Ketidakseimbangan Metabolisme
Senyawa formaldehid yang disintesis di dalam tubuh, seringkali terbentuk dari lintasan metabolisme senyawa xenobiotik, dapat membentuk ikatan
kovalen dengan DNA, atau mengikat pada serum albumin dan gugus valina dari hemoglobin, dan menginduksi lintasan karsinogenesis.
5.
Ketidakseimbangan Hormonal
Tingginya rasio plasma hormon TGF-β, yang merupakan regulator pada proses penyembuhan luka, akan meningkatkan
produksi ROS pada fibroblas, serta diferensiasi fibroblas menuju fenotipe miofibroblas.
6.
Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan
kanker. Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah
penyebab kanker adalah mutasi DNA yang memang diturunkan dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi tidak
semua jenis kanker dapat diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada DNA yang dialami dan juga genotipe dari mutasi yang terjadi.
BAB III
PEMBAHASAN
Kunyit
(Curcuma longa Linn) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat herbal asli
dari wilayah Asia Selatan. Sejak dulu, kunyit sudah dimanfaatkan sebagai obat
herbal untuk berbagai penyakit. Hal ini tak lepas dari kandungan kunyit berupa
kurkuminoid, minyak atisiri, mineral, dan zat-zait lain yang memiliki manfaat
terhadap dunia medis. Kandungan terbesar dari kunyit adalah zat warna
kurkumoid. Kurkumoid sendiri terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin,
desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin.
Pertengahan tahun 2009, tim riset hasil kolaborasi beberapa universitas dan badan riset di Korea Selatan, membuktikan secara in vitro dengan analisa SPR (Surface Plasmon Resonance) maupun in vivo dengan analisa APN-specific antibody competition, bahwa salah satu senyawa aktif yang terkandung di kunyit ternyata mampu menahan laju pertumbuhan kanker. Seperti dugaan para ahli sebelumnya, kurkumin (senyawa fenolik alam), yang memiliki potensi dalam pengobatan kanker. Penelitian tersebut melibatkan proses pengujian atau dikenal sebagai ‘screening process’ terhadap kurang lebih 3000 jenis senyawa yang diperkirakan aktif menghambat pertumbuhan sel kanker dan akhirnya diperoleh fakta bahwa senyawa kurkumin memiliki aktivitas kemopreventif.
Kurkumin
merupakan bagian terbesar pigmen kuning yang terdapat pada rimpang kunyit
(Curcuma Longa Linn). Kurkumin ( 1,7-bis(4′ hidroksi-3 metoksifenil )-1,6
heptadien, 3,5-dion merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn.
Kandungan kimia yang memberikan warna kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan
Pan et al., 1999). Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur
kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan sebagai penguat rasa pada
industri makanan.
Kurkumin
tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO).
Degradasi kurkumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi
netral-basa (Aggarwal et al., 2003a). Struktur kimia kurkumin
[1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion].
STRUKTUR KURKUMIN
Memang, selama dua dekade belakangan ini,
penelitian tentang kurkumin sebagai bahan aktif untuk beberapa penyakit telah
banyak dilakukan. Di antara penelitian-peneitian tersebut antara lain, kurkumin
memiliki kemampuan sebagai antioksidan (Rao, 1997. , Majeed et al. , 1995),
antiinflamasi (Van der Goot, 1997. , Sardjiman, 1997), antikolesterol (Bourne
et al., 1998), antikanker (Huang et al., 1997. , Singletang et al., 1998. ,
Huang et al., 1998), dan antiHIV (Mazumder et al., 1997. , Bartholerny et al. ,
1998).
Mekanisme kerja kurkumin sebagai antikanker
merupakan hal yang sangat kompleks, dikarenakan adanya kemampuannya berikatan
dengan enzim aminopeptidase N. (APN) dan menghambat aktivitas enzimatiknya. APN
adalah suatu enzim yang terdapat pada jaringan membran di dalam tubuh (dikenal
sebagai zinc-dependent metalloproteinase) dan bertanggung jawab terhadap
angiogenesis dan pertumbuhan tumor.
APN tersebut yang berfungsi membongkar protein pada permukaan sel jaringan tubuh sehingga sel kanker dapat mengambil alih kedudukan sel jaringan tadi dan tumbuh tak terkendali. Dugaan sementara, kemungkinan besar ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara tak dapat balik (irreversible).
APN tersebut yang berfungsi membongkar protein pada permukaan sel jaringan tubuh sehingga sel kanker dapat mengambil alih kedudukan sel jaringan tadi dan tumbuh tak terkendali. Dugaan sementara, kemungkinan besar ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara tak dapat balik (irreversible).
Aktivitas antioksidan dan penangkap radikal
bebas pada kurkumin terdokumentasi dengan baik dan mengindikasikan hubungannya
sebagai penghambat proses karsinogenesis kanker. Aktivitasnya sebagai
antiplamasi yaitu sebagai inhibitor asam sikloorgenase memiliki kaitan dengan
aktifitasnya sebagai antikanker terutama kanker kolon. Peranan kurkumin pada
kunyit sebagai antioksidan yang menangkal radikal bebas tidak lepas dari
struktur senyawa kurkumin yang mengandung gugus fenolik. Gugus fenolik dapat
digunakan sebagai antioksidan karena bereaksi dengan radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk selanjutnya distabilkan karena banyaknya resonansi pada
cincin aromatik, sehingga radikal bebas ini tidak dapat menyerang senyawa kimia
lain dalam tubuh. Pada struktur senyawa kurkumin terdapat 2 gugus fenolik,
sehingga 1 molekul kurkumin dapat menangkal 2 radikal bebas. Mekanisme radikal
bebas oleh gugus fenolik pada kurkumin dapat dilihat pada gambar berikut :
MEKANISME
PENANGKALAN RADIKAL BEBAS PADA KURKUMIN
Kurkumin juga aktif dalam menghambat proses
karsinogenesis pada tahap inisiasi dan promosi atau progresi. Kurkumin juga
memiliki efek memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel
dalam rangka mempertahankan integritas sel secara keseluruhan. Penelitian lain
menunjukkan bahwa kurkumin mampu menghambat proliferasi sel dan menginduksi
perubahan siklus sel pada colon adenocarcinoma celf lines tanpa tergantung
jalur prostagiandio (Hanif et al. , 1997). Kurkumin juga mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker payudara manusia tanpa tergantung ekspresi reseptor
estrogen (Verma et al., 1998).
Semua kemampuan kurkumin pada kunyit inilah
yang menyebabkan kunyit memiliki potensi yang tinggi sebagai obat herbal
antikanker. Yang diperlukan hanyalah pemahaman bagaimana mengoptimalkan
mendapatkan kandungan kurkumin yang maksimal setiap pengolahan kunyit agar efek
antikanker yang dirasakan pasien kanker semakin efektif.
Sebagai antikanker, aksi kurkumin dikaitkan dengan aktifitasnya sebagai senyawa antiinflamasi yaitu, sebagai inhibitor enzim sikloorgenase (suatu enzim yang mengkatalis pembentukan prostadonat), dan juga sebagai senyawa pemacu apoptosis. Kurkumin juga memiliki efek memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel dalam rangka mempertahankan integritas sel secara keseluruhan.
Sebagai antikanker, aksi kurkumin dikaitkan dengan aktifitasnya sebagai senyawa antiinflamasi yaitu, sebagai inhibitor enzim sikloorgenase (suatu enzim yang mengkatalis pembentukan prostadonat), dan juga sebagai senyawa pemacu apoptosis. Kurkumin juga memiliki efek memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel dalam rangka mempertahankan integritas sel secara keseluruhan.
Penelitian
lain menyebutkan bahwa Kurkumin, komponen utama dalam kunyit yang banyak digunakan dalam bumbu kari ternyata mampu
menekan jalur sinyal sel yang mendorong pertumbuhan kanker di kepala dan kanker leher. Kurkumin dapat bekerja
dalam mulut pasien penderita kanker ganas kepala dan leher, serta mengurangi pertumbuhan kanker.
Penelitian
ini menggunakan air liur manusia dan hasil penelitiannya telah dimuat pada 15
September 2011 dalam jurnal Clinical Cancer Research yang diterbitkan
oleh American Association of Cancer Research.
“Tak
hanya mempengaruhi kanker dengan menghambat jalur sel sinyalnya, kurkumin juga
mempengaruhi air liur dengan mengurangi enzim sitokin, penyebab radang yang ada
dalam air liur,” kata Dr. Marilene Wang peneliti di UCLA Jonsson
Comprehensive Cancer Center seperti dikutip dari ScienceDaily, Kamis
(15/9/2011).
Kunyit adalah rempah-rempah yang banyak
digunakan di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tengah untuk memasak dan telah
lama dikenal memiliki sifat obat, yaitu memiliki sifat anti radang. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
kurkumin dapat menekan pertumbuhan kanker tertentu. Selama bertahun-tahun, para
perempuan di India telah menggunakan kunyit sebagai obat oles anti penuaan, mengobati kram selama menstruasi dan sebagai tapal
pada kulit untuk mempercepat penyembuhan luka.
“Sebuah
penelitian tahun 2005 yang dilakukan oleh Dr. Wang dan timnya menunjukkan bahwa
kurkumin menekan pertumbuhan kanker kepala dan leher pada tikus. Dalam
penelitian hewan, kurkumin diterapkan langsung pada tumor dalam bentuk pasta.
Penelitian tahun 2010 yang juga dilakukan pada sel tikus menemukan bahwa
kurkumin menekan pertumbuhan kanker leher dan kepala dengan cara mengatur
siklus sel,” kata Eri Srivatsan, profesor bedah dan peneliti Jonsson Cancer
Center yang telah mempelajari kurkumin dan sifat anti-kankernya selama tujuh
tahun bersama Dr. Wang.
Kurkumin
mengikat dan mencegah enzim yang dikenal sebagai inhibitor kappa β kinase (IKK)
yang mendorong pertumbuhan kanker. Dalam penelitian ini, 21 pasien kanker
kepala dan leher memberikan sampel air liur mereka sebelum dan setelah
mengunyah dua tablet kurkumin 1.000 miligram. Satu jam kemudian, sampel air
liur diambil dan proteinnya diekstraksi untuk mengukur aktivitas kinase IKKβ.
Memakan
kurkumin tidak hanya membuatnya melakukan kontak dengan kanker, tetapi juga
dengan air liur, dan penelitian ini menunjukkan bahwa hal itu mengurangi
tingkat sitokin dalam memperparah kanker.
“Sebuah
laboratorium independen di Maryland mengkonfirmasi bahwa sitokin dalam air liur
mendorong peradangan dan ikut membantu memberi makan kanker. Namun sitokin
berkurang pada pasien yang mengunyah kurkumin dan menghambat jalur sinyal sel
yang memicu pertumbuhan kanker,” kata Wang.
Kurkumin
memiliki efek penghambat yang signifikan, memblokir dua pemicu pertumbuhan
kanker kepala dan kanker leher yang berbeda. Para peneliti yakin bahwa kurkumin
dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemoterapi dan radiasi
untuk mengobati kanker kepala dan leher. Selain itu juga dapat diberikan kepada
pasien yang berisiko tinggi mengalami kanker kepala dan leher, yaitu para
perokok, mereka yang suka mengunyah tembakau, dan penderita infeksi virus HPV.
Agar
efektif dalam memerangi kanker, kurkumin harus digunakan dalam bentuk suplemen.
Meskipun kunyit digunakan dalam memasak, jumlah kurkumin yang diperlukan untuk
menghasilkan efek klinis jauh lebih besar. “Mengharapkan efek positif melalui
makan makanan yang dibumbui dengan kunyit tidaklah realistis,” kata Wang.
Langkah
berikutnya bagi Dr. Wang dan timnya adalah mengobati pasien dengan kurkumin
untuk waktu yang lebih lama dan melihat efek penghambatannya dapat meningkat.
Mereka berencana untuk mengobati pasien kanker yang dijadwalkan beberapa minggu
berikutnya akan mendapat operasi. Mereka akan melakukan biopsi sebelum
pemberian kurkumin dan pada saat operasi kemudian menganalisis jaringan untuk
mencari perbedaan efeknya.
“Ada
potensi untuk pengembangan kurkumin sebagai pengobatan pendukung untuk pasien
kanker. Kurkumin tidak beracun, ditoleransi dengan baik, murah dan mudah
diperoleh di toko makanan kesehatan. Meskipun penelitian ini cukup menjanjikan,
penting untuk memperluas penemuan sehingga lebih banyak pasien yang
mengkonfirmasi temuan kami,” jelas Dr Wang.
Para
peneliti sepakat bahwa kurkumin dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain
seperti kemoterapi dan radiasi untuk mengobati kanker kepala dan leher. Selain
itu juga dapat diberikan kepada pasien yang berisiko tinggi mengalami kanker
kepala dan leher, yaitu para perokok, mereka yang suka mengunyah tembakau, dan
penderita infeksi virus HPV.
.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Kurkumin memiliki
kemampuan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikolesterol, antikanker, dan
antiHIV.
2. Kurkumin tidak
larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO).
3. Degradasi
kurkumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi
netral-basa.
4. Gugus fenolik
pada kurkumin dapat menangkal radikal bebas karena terstabilkan oleh banyaknya
resonansi pada cincin aromatik.
5. Mekanisme kerja
kurkumin sebagai antikanker berikatan dengan enzim aminopeptidase N, ikatan tak
jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin
membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada
situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara irreversible.
6. Kurkumin dapat
memacu proses apotosis yaitu suatu proses alami kematian sel dalam rangka
mempertahankan integritas sel secara keseluruhan.
7. Kurkumin juga
mempengaruhi air liur dengan mengurangi enzim sitokin, penyebab radang yang ada
dalam air liur.
8. Kurkumin dapat
dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemoterapi dan radiasi untuk
mengobati kanker kepala dan leher.
B.
Saran
1. Agar kerja
kurkumin menjadi efektif, sebaiknya konsumsi kurkumin dalam bentuk suplemen.
2. Sebaiknya
diadakan sosialisasi mengenai manfaat kurkumin pada kunyit untuk menahan laju
pertumbuhan kanker karena masih sangat sedikit masyarakat yang mengetahui hal
ini.
3. Pengukuhan
mengenai manfaat kurkumin dapat dijadikan sebagai peluang bisnis obat herbal
bagi negara-negara Asia Selatan, khususnya India, Cina, Taiwan, Indonesia, dan Filipina
sebagai negara pembudidaya kunyit.