Contoh Makalah Pengembangan Kurikulum di SD

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Keberhasilan suatu kurikulum itu sangat tergantung kepada bagaimana kurikulum itu dilaksanakan  atau di implementasikan. Sebaik apa pun kurikulum secara tertulis itu dirancang, namun apabila dalam pelaksanaanya tidak didukung oleh berbagai unsur  maka kurikulum itu akan sulit mencapai hasil yang diharapkan. Untuk memahami dan menganalisi menganai praktis atau implementasi pengembangan kurikulum  kita diharapkan  memiliki kemampuan menganalisis tahap-tahap pengembangan kurikulum.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam menyusun makalah ini mengambil judul “ TAHAPAN PENGEMBANGAN KURIKULUM”.

B.     Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1.      Untuk memahami salah satu tugas mata kuliah  Kurikulum dan Pembelajaran
2.      Untuk lebih memahami tahap-tahap pengembangan kurikulum.


BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM


A.      Tahap Pengembangan Kurikulum
Melihat perkembangan kurikulum tahun-tahun sebelumnya, terutama kurikulum tahun 1968, 1975, dan 1984 ternyata pendekatan pengembangan kurikulum di Indonesia bersifat sentralistik pada kurikulum nasional. Pada kurikulum 1994 sesuai dengan munculnya UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, kebijakan pengembangan kurikulum terbagi dua, yaitu kurikulum nasional dan muatan lokal. Kurikulum nasional adalah kurikulum yang isi dan bahan pelajarannya ditetapkan secara nasional dan wajib dipelajari oleh semua siswa diseluruh indonesia termasuk sekolah indonesia yang berada di luar negeri. Sedangkan kurikulum muatan lokal adalah kurikulum yang isi dan bahan kajiannya ditetapkan dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya serta kebutuhan pembangunan daerah.
Dari kebijakan pengembangan kurikulum yang berdasar UU dan Peraturan pemerintah, akan ditemukan beberapa klausul yang diantaranya :
a)      Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pengembangan nasional, perkembangan IPTEK dan kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (UU nomor 2 tahun 1989 pasal 37)
b)      Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan yang disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan (UU nomor 2 tahun 1089 pasal 38 ayat 1)
c)      Kurikulum yang berlaku secara nasional ditetapkan oleh menteri atau menteri lain, atau pimpinan lembaga pemerintahan non-departemen berdasarkan pelimpahan wewenang dari menteri ( UU nomor 2 tahun         1989 pasal 38lfyat 2)
d)     Satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional (UU nomor 28 tahun 1990 pasal 14 ayat 3)
e)      Satuan pendidikan dasar dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat (PP nomor 28 tahun 1990 pasal 14 ayat 4)  Pemerkaya bahan kajian ini dapat dilakukanpada  berbagai tingkat, yakni:
Selain kebijakan diatas, terdapat pula tahap-tahap pengembangan kurikulum, diantaranya :
a)      Pengembangan Kurikulum pada Tahap Makro
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum dikaji dalam lingkup nasional baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Secara vertikal berkaitan dalam rangka kontinuitas pengembangan kurikulum dalam berbagaji tingkatan institusi pendidikan, secara horizontal berkaitan dengan pengembangan kurikulum pada tingkatan pendidikan yang sama walaupun jenis pendidikan yang berbeda.
b)      Pengembangan Kurikulum pada Tahap Institusi
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum dilakukan disetiap lembaga pendidikan. Aspek yang dikembangkan diantaranya tujuan lembaga, mata pelajaran yang dipelajari, serta fasilitas yang dibutuhkan termasuk media dan alat pembelajaran.
c)      Pengembangan Kurikulum padaTahap Mata Pelajaran
Pada tahap ini pengembangan kurikulum diwujudkan dalam bentuk GBPP untuk masing-masing mata pelajaran. Dari GBPP tersebut dijabarkan oleh guru menjadi program semester yang merupakan program yang akan dilaksanakan pada periode belajar tertentu. Isi dari program semester ini adalah semua yang ada dalam GBPP suatu mata pelajaran, kemudian dilakukan pengaturan-pengaturan yang melengkapinya sehingga program tersebut membentuk suatu program kerja yang lengkap dengan penentuan alokasi waktu yang dibutuhkan serta waktu pelaksanaan pembelajaran.
d)     Pengembangan Kurikulum pada Tahap Program Pengajaran
Tahap ini merupakan pengembangan kurikulum pada level kelas. Dengan berpedoman pada GBPP dan program caturwulan atau semester kemudian guru menjabarkan dalam bentuk RPP.
Selain kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, terdapat pula beberapa pandangan mengenai pengembangan kurikulum dari beberapa para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Unruh (1948:97): bahwasanya pengembangan kurikulum itu adalah    proses yang kompleks terdiri dari berbagai kegiatan mengacses kebutuhan, mengidentifikasi harapan hasil belajar,  mempersiapkan proses pembelajaran untuk mencapai harapan out come hasil belajar, dan menyesuaikan program pembelajaran dengan budaya, sosial, dan berbagai kehutuhan orang-orang yang untuk merekalah kurikulum tersebut disiapkan.
Beberapa aspek yang harus dianalisis dalam konteks pengembangan kurikulum tersebut antara lain adalah (Unruh, 1948:178-179):
1.      Kebijakan, yakni kebijakan pokok tentang kurikulum itu sendiri yang meliputi tujuan (kini dalam term kurikulum Indonesia menjadi kompetensi-kompetensi), stuktur kurikulumnya sendiri akan diubah atau tidak, dan kemudian prosedurnya. Dan untuk itu, kepala sekolah, guru, pegawai, serta perwakilan orang tua siswa harus duduk bersama membicarakan perubahan-perubahan kebijakannya itu.
2.      Standar kelulusan yang diharapkan serta pencapaiannya hari itu, keduanya harus dianalisis untuk mencari kesenjangan antara keduanya, dan kurikulum disusun untuk menutup dan mempersempit gap tersebut.
3.      Meng-ascses berbagai opsi rumusan tujuan (kompetensi) dengan orang-orang terkait dengan kepentingan kurikulum tersebut untuk menetapkan prioritas yang akan   dijadikan   rumusan   akhir   untuk   kurikulum   hasil   perbaikan   dan pengembangan.
Jhon I Goodlad sebagaimana dikutip oleh Walker mengemukakan, ada 3 Level penentu kurikulum, yakni intruksional, institusional, dan societal .Pada level instruksionaL kurikulum ditentukan bersama-sama antara guru, siswa dan orang-orang yang dapat membantu guru dari mereka yang memiliki pengalaman cukup baik dalam pembelajaran untuk mata pelajaran dan jenjang yang sama. Sedangkan pada level instutisonal, kurikulum disusun atas dasar hasil curah pandangan dan pendapat antara sekolah dengan komite sekolah, stakeholder dan user sekolah. Pada level societal, kurikulum ditinjau dan dikritis oleh unsur-unsur pemerintah yang mendanai pendidikan,atau oleh institusi yang mengeluarkan akreditasi dan yang sebangsanya (Walker, 1997:64).
Perumusan bahan ajar, dan pengorganisasian bahan ajar secara holistik integratif, serta penyusunan berbagai strategi agar pengalaman-pengalaman dapat tercapai untuk menjangkau kompetensi 1 deal.itulah inti kurikulum sekolah yang harus sengiti agaj dievaluasi dan dikembangkan secara reguler dan periodik. Terkait dengan itulah, Paul Westmeyer menekankan teorinya, bahwa dijandasj pada tinjauan psikologis dan analisis kebutuhan client (Westmeyer, 1981:39
Kemudian, Westmeyer juga menekankan bahwa pengembangan kurikulum itu harus didasarkan pada hasil analisis terhadap berbagai permintaan client Client utama sekolah adalah siswa, merekalah yang paling harus dipertimbangkan dalam dengan pengembangan kurikulum, dengan menganalisis tingkat usia, kemampuan intelegansia, later belakang yang terkait dengan pengembangan kurikulum pada mata pelajaran tertentu, arah kompetensi yang akan diberikan, cita-cita kedepan, apakah akan meneruskan ke perguruan tinggi atau memasuki lapangan pekerjaan, motivasi mempelajari mata pelajaran tersebut, serta berbagai permasalahan yang dihadapi siswa (Westmeyer, 1981:39)
Berikutnya adalah masyarakat, yang secara umum ada tiga kategori, yakni masyarakat yanglekat dengan  sekolah jaitu_ jarang tua siswa, kemudian masyarakat luas, yakni dunia profesi, unsur pendidikan lanjut, kalangan ilmuwan dan pemerhati pendidikan^serta pemerintah dan legislatif. Dan ketiga adalah kultur. Kendatipun demikian,    pengembangan kurikulum harus tetap memperhatikan aspek keilmuan. (Westmeyer, 1981: 39-41).
  
  
BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Sesuai dengan penyusunan pemerintah no. 28 tahun 1990 yaitu kebijakan pengembangan kurikulum terbagi 2 yaitu Kurikulum Nasional dan Muatan Lokal. Peraturan tersebut merupakan perkembangan kurikulum tahun-tahun sebelumnya.
Terdapat tahapan-tahapan pengembangan kurikulum yaitu pengembangan kurikulum pada tahap  makro, institusi, mata pelajaran, dan program pengajaran. Selain kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terdapat pula beberapa pandangan menganai pengembangan kurikulum dari beberapa ahli.
Dalam konteks pengembangan kurikulum terdapat beberapa aspek yang harus dianalisis yaitu kebijakan, standar kelulusan   dan mengkses berbagai opsi rumusan tujuan (kompetensi).


DAFTAR PUSTAKA



  • Heri H, Asep, dkk. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka
  • Rosyda, Dede. (2004). Peradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana
  • Sudjana, Nana. (2005). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
  • Sudjipto dan Basori Mukti. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.