Berikut ini adalah Contoh Makalah Komunikasi Bisnis, sebagai penunjang untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi dan Manageman.
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu
berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat istiadat, norma,
pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Pada kenyataanya seringkali kita
tidak bisa menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan
perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut, seperti masalah
perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda
asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma)
dari suatu daerah sementara kita berasal dari daerah lain. Dari sebuah hubungan
interaksi sosial itu menimbulkan suatu budaya baru yang berawal dari sebuah
proses akulturasi budaya.
Beraneka ragam dan corak pada setiap kebudayaan
daerah menjadikan sebuah ciri khas tersendiri bagi setiap manusia di muka bumi
ini, berbagai macam perbedaan budaya tersebut antara lain dapat dilihat dari
bentuk pakaian, bahasa, postur tubuh, aneka macam makanan, adat istiadat yang
mengatur pada suatu daerah tertentu dan masih banyak lagi. Terkadang kita
dihadapkan pada sebuah realitas yang sedikit berbeda dengan budaya kita,
sehingga kita merasa asing ketika berada pada suatu wilayah tertentu. Pada
mulanya ketika seseorang dihadapkan pada posisi demikian, ia akan beranggapan
bahwa ia merasa dikucilkan oleh orang-orang yang tinggal di lingkungannya.
Namun seiring berjalannya waktu, dan seringnya intensitas seseorang
berinteraksi dengan orang-orang baru dilingkungannya, maka ia akan menemukan
sebuah kenyamanan dan bahkan bisa mengadopsi budaya baru yang ada di lingkungan
baru tersebut.
Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu
bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola
komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan.
Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial
dan budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang
perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu. Banyak pembahasan komunikasi
lintas budaya yang berkisar pada perbandingan perilaku komunikasi antar budaya
dengan menunjukkan perbedaan dan persamaan sebagai berikut:
1.
Persepsi, yaitu sifat dasar
persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap
pembentukan persepsi
2.
Kognisi, yang terdiri dari
unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan cara berpikir.
3.
Sosialisasi, berhubungan dengan
masalah sosialisasi universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi;
dan
4.
Kepribadian, misalnya tipe-tipe
budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi karakter atau watak bangsa.
Jika komunikasi
lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi
diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi
antarbudaya lebih mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya. Aspek utama
dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara
komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda.
Bagi para pelaku
bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu daerah, wilayah atau
negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan organisasi bisnis.
Secara sederhana, komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang digunakan
dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal dengan memperhatikan
faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah atau negara. Pengertian lintas
budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (internasional), tetapi
juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah suatu
negara.
Indonesia
sebagai salah satu negara yang sangat kaya dengan aneka macam budaya merupakan
salah satu contoh yang sangat berharga bagi para pelaku bisnis dalam menerapkan
komunikasi bisnis lintas budaya. Sebagaimana diketahui, setiapa daerah yang ada
di Indonesia memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya,
seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana
menghargai orang lain, bagaimana mereka meyakini atau mempercayai sesuatu yang
sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka berpakaian, dan
bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.
Apabila pelaku
bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke negara lain,
pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting
artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di suatu negara. Hal
ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang dapat
mengakibatkan kegagalan bisnis. Pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya bagi
para pengambil keputusan terutama manajemen puncak dalam mengantisipasi era
perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini. Dengan semakin luasnya berbagai
produk dan jasa termasuk teknologi komunikasi menyebabkan pertukaran informasi
dari suatu negara ke negara lain semakin leluasa, sehingga seolah dunia ini
tidak lagi terikat dengan sekat-sekat yang membatasi wilayah suatu negara.
Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih
dalam melakukan komunikasi bisnis lintas budaya, baik melalui tulisan (termasuk
komunikasi lewat internet) maupun lisan.
Munculnya
Kesalahpahaman Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Pemilik
perusahaan kayu Kalimantan yang memiliki latar belakang orang Jawa Tengah akan
bekerjasama dengan orang medan.
Saat rapat di ruangan negosiasi,
direktur, manajer,
dan calon investor orang Batak ini saling berkomunikasi,
namun dilihat dari logat bicara orang Batak
yang
temperamen dan cenderung keras
maka direktur pemilik perusahaan
kayu Kalimantan tersebut merasa tidak nyaman, dan akhirnya kerjasama ini tidak dapat dilanjutkan
lagi.
Dari contoh
kasus tersebut dapat dilihat bahwa dalam sebuah komunikasi antar budaya terjadi
sebuah gangguan (noice) yang dapat
berakibat fatal. Sebenarnya tata bahasa yang dilakukan oleh orang Batak tersebut biasa saja
menurut mereka, namun untuk pemilik perusahaan kayu Kalimantan yaitu orang Jawa
Tengah yang kebanyakan halus tutur katanya, bahasa orang Batak tersebut dianggap
kasar dan terlalu emosional.
Hal tersebut sangat dipengaruhi adanya perbedaan antara kultur budaya pada
suatu daerah tertentu. Apabila
pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya
ke daerah lain atau negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting
agar tidak terjadi kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis
khususnya bidang pertanian.
Memahami Budaya dan Perbedaannya
1. Definisi Budaya
Budaya dapat didefinisikan bermacam-macam
tergantung pada sudut pandang setiap ahli. Berikut ini adalah beberapa definisi tentang budaya.
a. Menurut Lehman, Himstreet dan Baty. Budaya diartikan sebagai
sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.
Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah banyak dan variatif, termasuk
di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu
sendiri.
b. Menurut Hofstede, budaya diartikan sebagai
pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu
kategori orang dari kategori lainnya. Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman
kolektif yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera
setelah kita lahir di dunia ini. Sebagai contoh, di Jepang karika seorang bayi
baru lahir, untuk beberapa tahun awal si bayi tidur di kamar orang tuanya.
Sedangkan di Inggris dan Amerika, bayi yang baru lahir ditempatkan di kamar
yang berbeda beberapa minggu atau bulan kemudian.
c. Menurut Bovee dan Thill, budaya adalah system
sharing atas simbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma
untuk berperilaku.
Dalam hal ini, semua anggota dalam budaya memiliki
asumsi-asumsi tersebut. Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang berbeda-beda
dan terpisah, tetapi ada juga yang memiliki kecenderungan homohgen. Kelompok berbeda
(distinct group) yang ada dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai subbudaya
(subcultures). Indonesia adalah sebuah contoh negara yang memiliki subbudaya
yang sangat beragam baik etnis maupun agama. Hal ini berbeda dengan Jepang yang
hanya memiliki beberapa subbudaya dan cenderung bersifat homogen.
d. Menurut Murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai
tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian tersebut juga
mengindikasikan bahwa komunikasi
verbal dan nonverbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok
tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.
e. Menurut Mitchel, budaya merupakan
seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral, hukum,
dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat, yang
menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya
serta orang lain. Budaya
suatu masyarakat disampaikan dari generasi ke generasi dan aspek-aspek seperti
bahasa, kepercayaan/keyakinan, adat, dan hukum, akan saling berkaitan dan
membentuk pandangan masyarakat akan otoritas, moral, dan etika. Pada akhirnya budaya akan bermanifestasi
ke dalam bagaimana seseorang menjalankan bisnis, menegosiasikan kontrak atau menangani hubungan bisnis potensial.
2. Komponen Budaya
Menurut
Lehman, Himstreet dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa komponen
utamanya, yaitu: nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau ditolak),
norma-norma (tertulis dan tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo suatu
perusahaan), bahasa, dan pengetahuan. Menurut Mitchell, komponen budaya mencakup anatara
lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan, sopan santun, adat istiadat, seni,
pendidikan, humor, dan organisasi sosial. Menurut Cateora, budaya memiliki beberapa
elemen, yaitu budaya
material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
Budaya material (material culture)
dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup
teknik atau cara yang digunakan untuk mengubah atau membentuk material menjadi
suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. Pendududk di
negara maju dan mempunyai tingkat teknologi tinggi akan lebih mudah mengadopsi
teknologi baru dibandingkan penduduk di negara dengan tingkat teknologi rendah.
Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara orang menggunakan segala
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain. Termasuk di dalamnya adalah segala bentuk kegiatan yang
menghasilkan barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara pertukaran, dan
penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi.
Organisasi
sosial (social institution) dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan
dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan
kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan
mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya. Kedudukan pria
dan wanita dalam suatu masyarakat, keluarga, kelas sosial, dan kelompok umur
dapat ditafsirkan secara berbeda/berlainan dalam setiap budaya. Pada masa lalu dalam masyarakat
tertentu, kaum wanita cenderung memiliki posisi yang relatif lemah daripada
pria. Namun, kini tanggapan seperti itu sudah tidak berlaku lagi. Pria dan
wanita memiliki kedudukan yang seimbang dalam meniti karier masing-masing.
Sistem
kepercayaan atau keyakinan (belief system)
yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang
ada di masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga
akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka memandang hidup
dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi dan cara bagaimana mereka
membelisuatu produk. Bahkan jenis pakaian yang dikenakan, jenis makanan yang
dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap harinya, sebenarnya juga tidak lepas
dari pengaruh yang kuat atas keyakinan atau kepercayaan yang dianut seseorang.
Estetika (aesthetics) berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama
dan tari-tarian. Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam
berbagai peran tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang
disampaikan mencapai sasaran secara efektif. Contoh sederhana, di kalangan
masyarakat Barat ada yang beranggapan angka 13 adalah angka yang akan membawa
kesialan sehingga angka 13 sering dilewati dan dijadikan 14A.
Bahasa
(language) adalah suatu cara yang
digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui simbol-simbol tertentu
kepada orang lain. Bahasa adalah suatu komponen budaya yang paling sulit dipahami. Meskipun
demikian, bahasa sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami dengan benar
sehingga melalui bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati dari orang
lain. Untuk dapat memahami bahasa asing secara baik dan benar diperukan
ketekunan, kesabaran, dan latihan yang cukup.
3. Tingkatan Budaya
Menurut
Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu:
a. Formal
Budaya pada tingkatan formal merupakan
sebuah tradisi satu kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan hal itu bersifat
formal/resmi. Dalam dunia pendidikan, tata bahasa Indonesia adalah termasuk
salah satu budaya
tingkat formal yang mempunyai suatu aturan yang bersifat formal dan terstruktur
dari dulu hingga sekarang. Contohnya, sebuah kalimat sebaiknya terdiri dari
subjek, predikat, objek. Dimensi waktu yang diukur dengan satuan tahun, bulan,
minggu, hari, jam, menit, dan detik juga termasuk bagian dari budaya tingkat formal.
b. Informal
Pada
tingkatan ini, budaya
lebih banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi
berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai (digunakan) dan
dilakukan, tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan. Contoh, mengapa
seseorang bersedia dipanggil dengan nama julukan bukan nama aslinya, hal
tersebut dilakukan karena dia tahu teman-temannya biasa memanggil dengan nama
julukan.
c. Teknis
Pada
tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturanmerupakan hal yang terpenting.
Terdapat suatu penjelasan yang logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang
lain tidak boleh dilakukan. Pada tingkat formal, pembelajaran dalam budaya mencakup
pembelajaran pola perilakunya, sedangkan pada tingkatan teknis,aturan-aturan
disampaikan secara logis dan tepat, seperti kapan suatu kegiatan tertentu dapat
diprediksi waktunya secara tepat, seperti kapan suatu kegiatan peluncuran roket
bisa dimulai. Pembelajaran secara teknis memiliki ketergantungan sangat tinggi
pada orang yang mampu memberikan alasan-alasan yang logis bagi suatu tindakan
tertentu.
4. Mengenal Perbedaan Budaya
a. Nilai-Nilai Sosial
Secara
umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatasi berbagai
masalah, kekayaan yang diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal
superioritas, dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada yang tidak
bekerja keras. Mereka juga benci terhadap kemiskinan dan menghargai kerja
keras. Di Indonesia, khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan
masih memiliki nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, sementara ada kecenderungan
bahwa nilai gotong royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan
semakin tingginya sikap individualistis.
b. Peran dan Status
Budaya menuntun peran yang akan dimainkan
seseorang, termasuk siapa berkomunikasi dengan siapa, apa yang mereka
komunikasikan, dan dengan cara bagaimana mereka berkomunikasi. Sebagai contoh,
di negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis marih relatif
rendah. Sementara, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa,
peran wanita di dunia bisnis
sudah cukup kuat.
Begitu
pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara negara yang
satu dengan negara yang lain. Kebanyakan status para eksekutif di Amerika
Serikat dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik. Status sebagai
seorang eksekutif ditandai dengan ruang sudut kantor yang luas, karpet mahal,
meja kerja eksekutif, dan sejumlah aksesoris yang menarik. Di Indonesia, status
seorang eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang terkesan luks dan
seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.
c. Pengambilan Keputusan
Di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif selalu
berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting.
Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu keputusan pokok atau utama,
sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manajer yang lebih bawa.
Lain halnya di Amerika Latin dan Jepang, proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh manajer puncak umumnya berjalan lambat dan bertele-tele.
d. Konsep Waktu
Sebagian
besar penduduk negara maju sudah menyadari bahwa waktu sangatlah berharga.
Untuk menghemat waktu, para eksekutif Amerika Serikat dan Jerman membuat
rencana bisnis
secara efisien dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode
tertentu. Oleh karena waktu sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka
cenderung langsung menuju pada pokok persoalan (to the point) dan cepat. Hal
ini berbeda dengan para eksekutif dari Amerika Latin dan Asia, yang umumnya memandang
waktu relatif luwes/fleksibel. Menurut mereka, menciptakan dasar-dasar hubungan
bisnis lebih penting
daripada sekedar dapat menyelesaikan suatu pekerjaan.
e. Konsep Jarak Komunikasi
Sebagaimana
masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk budaya yang berbeda. Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif
Amerika Serikat dan Kanada menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara.
Namun, bagi para eksekutif Jerman atau Jepang, jarak komunikasi tersebut dirasakan kurang dekat.
Sementara itu, para eksekutif dari negara Timur Tengah mempunyai kecenderungan
untuk melakukan pembicaraan bisnis
dengan jarak komunikasi
yang relatif dekat
f. Konteks Budaya
Salah
satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain
sangat ditentukan konteks budaya.
Di dalam konteks budaya
tinggi seperti Korea Utara atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi
lebih banyak tergantung pada komunikasi nonverbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung
menyampaikan pesan-pesan secara tidak langsung (indirect) yang disertai dengan
ekspresi ataupun geraka-gerakan tubuh; dalam konteks budaya rendah, seperti Amerika Serikat dan
Jerman, orang sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi nonverbal. Jadi, dalam melakukan pembicaraan mereka
cenderung langsung pada persoalan atau disampaikan secara eksplisit tanpa basa
basi.
g. Bahasa Tubuh
Perbedaan
bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman berkomunikasi lintas budaya. Sering kali orang
perlu mewaspadai antara kata yang diucapkan dengan gerakan-gerakan tubuhnya
agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya. Contohnya, sinyal ”Tidak”
orang Amerika Serikat dan Kanada dengan mengerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
namun orang Bulgaria dengan menganggukkan kepala ke atas dan ke bawah atau
membungkukkan badan yang dilakukan di Jepang dapat dipandang oleh orang Amerika
Serikat sebagai sikap menjilat.
Bantuk
bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah satu bagian tubuh
yang sangat ekspresif. Orang-orang Mediterania menggunakan mata untuk berbagai
tujuan antara lain: membelalakkan mata (menyatakan kemarahan), mata berkedip
(menyatakan persengkongkolan), bulu mata bergetar (untuk memperkuat rayuan).
h. Perilaku Sosial
Apa
yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang sopan di negara
lain. Contohnya, di negara-negara Arab memberikan suatu hadiah kepada istri
orang lain dianggap tidak sopan, namun tidak demikian jika diberikan kepada
anak-anaknya.
i. Perilaku Etis
Perilaku
yang etis dan tidak etis antarnegara pun bisa berbeda. Di beberapa negara,
perusahaan diharapkan membayar sejumlah uang secara resmi untuk persetujuan
kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal yang rutin, namun
di negara Amerika Serikat dan Swedia hal tersebut dikategorikan sebagai bentuk
suap sehingga tidak etis dan ilegal.
j. Perbedaan Budaya Perusahaan
Budaya organisasi adalah cara perusahaan
dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, budaya organisasi mempengaruhi cara orang
bereaksi dengan orang lain. Ia juga dapat melihat bagaimana pekerja melakukan
tugasnya, bagaimana mereka menafsirkan dan bereaksi satu sama lainnya, dan
bagaimana mereka memandang perubahan. Saat ini, banyak perusahaan di Amerika
Serikat mencoba membuat aliansi strategis dengan perusahaan asing dan sebagian
mengalami kegagalan. Salah satu alasan kegagalannya adalah pertentangan budaya antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Negosiasi Lintas Budaya
Moran, Stahl & Boyer Internasional, sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang pelatihan lintas budaya
(cross-cultural training), membedakan
budaya dalam dua
kelompok yaitu budaya
permukaan (surface culture) seperti makanan, liburan, gaya hidup, dan budaya tinggi (deep culture), yang terdiri atas sikap
dan nilai-nilai yang menjadi dasar budaya tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda sering kali mempunyai pendekatan negosiasi
yang juga berbeda. Tingkat toleransi untuk suatu ketidaksetujuan pun
bervariasi. Contohnya, negosiator dari Amerika Serikat cenderung relatif impersonal
dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam sudut pandang
ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting di antara
mereka. Sebaliknya, para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka pada
suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi, Anda sebaiknya
bersikap bersabar dan menguasai bagaimana hubungan personal (pribadi) di Cina.
Anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal sebagai dasar membangun
kepercayaan dalam proses negosiasi.
Di Perancis, hubungannya relatif kurang personal dan
menyukai suasana yang formal dan dimulai dengan unsur ketidakpercayaan kepada
pihak lain.
Negosiator dari budaya yang berbeda mungkin menggunakan teknik pemecahan masalah
dan metode pengambilan keputusan yang berbeda. Jika mempelajari budaya partner Anda
sebelum bernegosiasi, Anda akan lebih mudah dalam memahami pandangan mereka.
Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat, sabar dan sikap bersahabat akan
membawa pengaruh yang baik bagi proses negosiasi yang sedang berjalan, yang
pada akhirnya dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.