BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap kali
mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang cepat
dan ada yang lambat. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau
fase perkembangan, hal ini berarti bahwa menjalanihidupnya yang normal dan
berusia panjang akan mengalami fase-fase perkembangan yaitu : Bayi,
Kanak-kanak, Anak, Remaja, Dewasa, dan Masa tua.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai tahapan atau
pembentukan tentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri
khusus atau pola tingkah laku tertentu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
perkembangan?
2.
Apa sajakah tahapan-tahapan
perkembangan manusia?
3.
Bagaimana tahapan-tahapan
perkembangan manusia?
C.
Tujuan
1.
Agar kita mengetahui
bagaimana cara perkembangan manusia.
2.
Mengetahui makna
perkembangan pada manusia.
3.
Dapat mengetahui tahapan
apa saja yang berada pada perkembangan manusia.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan
Perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan
dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan juga sebagai perubahan-perubahan yang dialami
individu menuju kedewasaan dan kematangan. Perkembangan secara Sistemetis
adalah bahwa perubahan dalam perkembangan yang bersifat saling ketergantungan
atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya, baik fisik
maupun psikisdan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Perkembangan yang
bersifat agresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju,meningkat dan
meluas, baik secara kuantitatif (fisik) dan kualitatif (psikis).
B.
Tahapan-Tahapan
Perkembangan
1.
Perkembangan pada masa Orok
Masa orok ini ialah
masa yang paling terpendek dalam kehidupan seorang manusia, yakni dimulai sejak
lahir sampai usia dua minggu. Masa Orok biasanya dibagi pada dua masa, yaitu:
masa pertunate yang berlangsung selama 15-30 menit pertama sejak lahir sampai
tali pusatnya di gunting, dan masa neonate, yakni sejak pengguntingan tali
pusat sampai usia dua minggu.
Pada fase ini, masa Orok memiliki karaktristik
perkembangan sebagai berikut:
1)
Perkembangan FisikSaat
lahir, pada umumnya berat badan orok kira-kira 3,5 kg dan panjangnya 50 cm.
Laki-laki biasanya lebih berat dari pada wanita, kepalanya kira-kira ¼ dari
panjang badannya. Pernapasan, makan, dan pembuangan selama lahir melalui plasenta.
Dengan jerit dan tangis pada waktu kelahiran, maka paru-paru berkembang dan
pernapasan pun dimulai. Pada waktu lahir, kecepatan pulsa/ketukan antara
130-150 denyutan per mernit tetapi turun sampai 118 denyutan per menit beberapa
hari setelah kelahiran.
2)
Kegiatan-kegiatan Orok
a.
Kegiatan menyeluruh
Kegiatan
yang mencakup kegiatan-kegiatan umum dari seluruh badan.
b.
Kegiatan khusus
Kegiatan
yang mencakup kegiatan-kegiatan refleks yang merupakan respons (reaksi) yang
tidaak disadari terhadap perangsang-perangsang tertentu, kebanyakan
refleks-refleks tersebut bersifat jasmaniah.
3)
Vokalisasi
Perkembangan
vokal (suara) anak dimulai dengan menangis yang biasanya dimulai pada waktu
lahir. Maksud tangisan kelahiran adalah untuk mengembangkan paru-paru sehingga
memungkinkan pernapasan dan penyediaan oksigen yang cukup bagi darah. Selain
itu, bayi yang baru lahir sekali-kali mengeluarkan sura yang menyerupai
pernapasan yang berat, perlahan-lahan menjadi lebih kuat dan berkembang menjadi
mengoceh yang selanjutnya akan menjadi becakap.
4)
Perkembangan kepribadian
Dasar-dasar
kpibadian seperti halnya sifat-sifat fisik dan psikis lainnya berasal dari
sifat-sifat kebakaan yang menjadi matang. Selain faktor tersebut juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama kasih sayang ibu.
2.
Fase Bayi
Masa
bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua dari
kehidupan. Masa bayi ini memiliki perkembangan fisik, intelegensi, emosi,
bahasa, bermain, pengertian, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
1)
Perkembangan Fisik
a.
Pada tahun pertama
pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan tahum kedua mengendur.
b.
Pola perkembangan bayi pria
dan wanita sama.
c.
Tinggi badan secara
proposional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan selama tahun pertama dan
lebih cepat pada tahun kedua.
d.
Dari 20 gigi seri,
kira-kira 16 telah tumbuh selama masa bayi berakhir.
e.
Pertumbuhan otak tampak
dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala.
f.
Organ keindraan berkembang
cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi.
g.
Fungsi-fungsi fisiologis.
h.
Perkembangan penguasaan
otot-otot
2)
Perkembangan Inteligensi
Sejak
setahun pertama dari usia anak, fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam
tingkah lakunya. Anak yang cerdas menunjukkan gerakan-gerakan yang lancar,
serasi, dan koordinasi. Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya
kaku, dan kurang terkoordinasi. Perkembangan kemampuan motorik (berjalan) pada
anak yang cerdas dimulai pada usia 12 bulan, anak yang sedang pada usia 15
bulan, yang moron 22 bulan, dan yang idiot 30 bulan. Dalam perkembangan bahasa
(berbicara), anak yang cerdas mulai berbicara pada usia 16 bulan, moron 34
bulan, dan idiot 51 bulan.
3)
Perkembangan Emosi
a.
Usia 0,0-8 minggu:
kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif). Emosi anak sangat
bertalian dengan perasaan indrawi (fisik).
b.
Usia 8 minggu-1 tahun: pada
fase ini, perasaan anak mengalami diferensiasi (penguraian), yaitu dari
perasaan senang dan tidak senang jasmaniah menjadi perasaan-perasaan: senang,
jengkel, terkejut, dan takut.
c.
Usia 1,0 tahun-3,0 tahun
gejala-gejala perkembangan emosi, sebagai berikut:
-
Emosinya sudah mulai
terarah pada sesuatu.
-
Sejajar dengan perkembangan
bahasa yang sudah dimulai sejak usia 2 tahun maka anak sudah dapat menyatakan
perasaannya dengan menggunakan bahasa.
-
Sifat-sifat perasaan anak
pada fase ini:
a)
Labil, artinya mudah
kembali berubah.
b)
Mudah “tersulut”
(dipengaruhi) tetapi tidak bertahan lama dan sifatnya dangkal.
4)
Perkembangan Bahasa
Ada
3 bentuk prabahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni
menangis, mengoceh, dan isyarat.
Menangis
adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan bahasa yang
sebenarnya. Isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa. Karena bahasa
dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperoleh model atau contoh
yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
5)
Perkembangan Bermain
Pada
masa ini bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai dengan tidak adanya
aturan dan lebih bersifat bermain sendiri dari padadengan orang lain. pada masa
anak mencapai usia 3 bulan, penguasaan tangannya telah sedemikian berkembang
sehingga memungkinkan dia dapat bermain dengan boneka, atau mainan lainnya.
Pada usia ini anak juga merasakan kegembiraan dengan membalikkan badan dari
satu sisi ke sisi lainnya, menendang-nendang, dan memperhatikan gerkan-gerakan
tangannya. Pada usia tahun kedua, permainannya sudah mulai teratur dan boneka
dipakai untuk berbagai macam kegiatan permainan. Ciri khas pada usia ini ialah
permainannya banak melibatkan kegiatan berjalan, melemparkan dan memungut
kembali, dan memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari tempatnya.
6)
Perkembangan Pengertian
Seorang
bayi memperoleh pengertian tentang apa yang diamatinya melalui kematangan dan
belajar. Pada awal tahun pertama, tinkah laku bayi menunjukkan bahwa ia
menafsirkan hal-hal yang baru berdasarkan yang lama. Pada usia 2 tahun, ia
telah mampu membuat kesimpulan sedarhana yang berdasarkan pengalaman-pengalaman
serupa yang dilihat ada hubungannya. Pengertian pertamabagi bayi tentang objek
diperoleh melalui penjelasan sensorinya (pengindraannya): melihat, meraba,
mencium, dan mengecap.
7)
Perkembangan Kepripadian
Pada
masa ini masih berkembang sikap egosentris (aku dipusat). Ia hanya mementingkan
dirinya sendiri dan menghiraukan kepentingan orang lan. Ia adalah raja (ratu)
kecil yang hanya memerintah dunia sekitarnya. Sikap egosentrisini mempengaruhi
sikap sosialnya, seperti (a) semua orang harus melayani dirinya, (b) semua
orang harus tunduk pada kehendaknya, dan (c) segala sesuatu yang dikehendakinya
harus ada dan harus dipenuhinya.
8)
Perkembangan Moral
Pada
masa ini, anak cendurung suka mengalami perbuatan yang menyenangkan, dan tidak
mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan). Dengan melihat
kecendrunga perilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep moral pada
anak, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Berilah pujian, ganjaran
atau sesuatu yang menyenangkan apabila dia melaku -kan perbuatan yang baik. Ini
akan menjadi faktor penguat (reinforcement) bagi anak untuk mengulangi
perbuatan yang baik.
b.
Berilah hukuman, atau
sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia melakukan
perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement bagi
anak, untuk tidak mengulangi perbutan tersebut.
9)
Perkembangan Kesadaran
Beragama
Menurut
Arnold Gessel, anak pada usia bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan. Dalam
hal ini orang tualah sebagai lingkungan pertama bagi anak yang seogiyanya
melakukan hal hal-hal yang membantu perkembangan beragamanya, sebagaimana
berikut:
a.
Mengenalkan konsep-konsep atau
nilai-nilai beragama kepada anak melalui bahasa.
b.
Memperlakukan anak dengan
penuh kasih sayang.
c.
Memberikan contoh dalam
mengamalkan ajaran agama secara baik.
3.
Fase Prasekolah (
Usia Taman Kanak-kanak )
Anak
usia pasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar usia 2-6 tahun,
ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita,
dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa
yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).
a.
Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan
meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun
kekuatannya. Proporsi tubuhny berubah secara dramatis, seperti pada usia 3
tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg;
sedangkan pada usia 5 tahun, tingginya sudah mencapai sekitar 100-110 cm.
Pertumbuhan tulang-tulangnya semangkin besar dan kuat namun pertumbuhan
tengkoraknya tidak secepat usia sebelum-nya. Pertumbuhan otaknya pada usia lima
tahun sudah mencapai 75% dari ukuran orang dewasa, dan 90% pada usia 6
tahun.Untuk pertumbuhan fisik anak sangat diperlu-kan gizi yang cukup, baik
protein (untuk membangun sel-sel tubuh), vitamin dan mineral (untuk pertumbuhan
struktur tubuh), dan carbohydrat (untuk energi).
b.
Perkembangan Intelektual
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional
yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis.
Yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara
mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional,
atau “syimbolic function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk
mempresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol
(bahasa, gambar, tanda/isyarat benda, gesture, atau peristiwa). Kemampuan
berpikir memang dipandang lebih maju tetapi memiliki keterbatasan sebagai
berikut :
1)
Egosentrisme,yang maksudnya
bukan “selfishness” (egois), atau arogan (sombong), namun merujuk kepada (1)
diferensiasi diri, lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan (2)
kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan
sudut pandang sendiri.
2)
Kaku dalam berfikir
(rigidity of thought). Salah satu karakteristik berfikir preoperasional adalah
kaku (frozen).
3)
Semilogical reasoning.
Anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam yang misterius
yang dialaminya sehari-hari.
c.
Perkembangan Emosional
Pada
usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda
dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Kesedaran ini diperoleh dari
pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau
benda. Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai
berikut :
1)
Takut, yaitu perasaan
terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.
2)
Cemas, yaitu perasaan takut
yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
3)
Marah, merupakan perasaan
tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek
tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/ makian/sumpah
serapah), atau nonverbal(seperti mencubit, memukul, menampar, menendang, dan
merusak).
4)
Cemburu, yaitu perasaan
tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang
kepadanya.
5)
Kegembiraan, kesenangan,
kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
6)
Kasih sayang, yaitu
perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang
lain, hewan atau benda.
7)
Phobi, yaitu perasaan takut
terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang abnormal).
8)
Ingin tahu (curiosity),
yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek baik
yang bersifat fisik maupun nonfisik.
d.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan
bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasiakan ke dalam dua tahap
(sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya), yaitu:
1)
Masa ketiga (2,0-2,6) yang
bercirikan
1)
Anak sudah bisa menyusun
kalimat tunggal yang sempurna.
2)
Anak sudah mampu memahami
tentang perbandingan,
3)
Anak banyak menanyakan nama
dan tempat.
4)
Anak sudah banyak
menggunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
2)
Masa keempat (2,6-6,0) yang
bercirikan
1)
Anak sudah dapat
menggunakan kata-kata majmuk beserta anak kalimatnya.
2)
Tingkat berpikir anak sudah
lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu sebab akibat melalui
pertanyaan-pertanyaaan.
e.
Perkembangan Sosial
Pada
usia prasekolah (terutama mulai isia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah
tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman
sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada anak ini adalah:
1)
Anak mulai mengetahui
aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
2)
Sedikit demi sedikit anak
sudah mulai tunduk pada peraturan.
3)
Anak mulai menyadari hak
atau kepentingan orang lain.
4)
Anak mulai dapat bermain
bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group).
f.
Perkembangan Bermain
Usia
anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya
diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud dengan kegiatan bermain disini
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh
kesenangan. Menurut Abu Ahmadi, 1977 ada beberapa macam permainan anak:
1)
Permainan Fungsi (permainan
gerak).
2)
Permainan Fiksi.
3)
Permainan Reseptif atau
Apresiatif.
4)
Permainan Membentuk
(konstruksi).
5)
Permainan Prestasi.
g.
Perkembangan Kepribadian
Masa
ini lazim disebut masa Trotzalter, periode perlawanan atau masa krisis pertama.
Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia
mulai sadar akan Aku-nya. Aspek-aspek perkembangan kepribadian anak itu
meliputi hal-hal berikut:
1)
Dependency & Self-Image
Konsep
anak prasekolah tentang dirinya sulit dipahami dan dianalisis, karena
keterampilan bahasanya belum jelas, dan pandangannya terhadap orang lain masih
egosentris. Mereka memiliki sistem pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi
belum dapat menyatakan. Perkembangan sikap “independensi” dan kepercayaan diri
(self confidence).
2)
Initiative vs Guilt
Erik
Erikson mengemukakan suatu teori bahwa anak prasekolah mengalami satu krisis
perkembangan, karena mereka menjadi kurang dependen, dan mengalami konflik
antara “initiative dan guilt”.
h.
Perkembangan Moral
Pada
masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok
sosialnya (orangtua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi
dengan orang lain (orangtua, saudara, dan teman sebaya) anak belajar memahami
tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui atau
buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui.
i.
Perkembangan Kesadaran
Beragama
Kesadaran
beragaa pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Sikap keagamaannya bersifat
reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya.
2)
Pandangan ketuhanannya
bersifat anthopormorph (dipersonifikasikan).
3)
Penghayatan secara rohaniah
masih superficial (belum mendalam).
4)
Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic
(menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berfikirnya yang masih
bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
4.
Fase Anak Sekolah
(Usia Sekolah Dasar)
a.
Perkembangan Intelektual
Pada
usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rngsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampun
intelektual atau kemampuan kognitif. Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan
atau kecakapan baru, yaitu mengkelafikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau
mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
b.
Perkembangan Bahasa
Bahasa
adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. dalam pengertian ini tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakandalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,
kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata,dan pada masa akhir usia 11-12 tahun telah dapat
menguasai sekitar 50.000 kata. Terdapat 2 faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan bahasa, sebagai berikut:
1)
Proses jadi matang, dengan
perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah
berfungsi) untuk berkata-kata.
2)
Proses belajar, yang
berarti anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain
dengan jalan mengimitasi/meniru ucapan/kata-kata yang didengar-nya.
c.
Perkembangan Sosial
Maksud
perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosientris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).
d.
Perkembangan Emosi
Menginjak
usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pemgumgkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, ia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekpresi emosinya. Emosi merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula prilaku
belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat
atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya
dirinya terhadap aktivitas belajar. Maka sebaliknya apabila yang menyertai
proses itu emosi negatif, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam
arti individu tidak dapat memusatkan perhatian-nya untuk belajar sehingga
kemungkinan ia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
e.
Perkembangan Moral
Anak
mulai mengenal konsep moral (mengenal benar salah atau baik buruk) pertama kali
dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak
mengenai benar salah atau baik buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya
di kemudian hari. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua
atau lingkungan sosialnya.
f.
Perkembangan Penghayatan
Keagamaan
Pada
masa ini, perkembangan tersebut ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Sikap agama bersifat
reseptif disertai dengan pengertian.
2)
Pandangan dan paham
ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang
berpedoman pada indikator alam semesta.
3)
Penghayatan secara rohaniah
semangkin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan
moral.Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
g.
Perkembangan Motorik
Pada
masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.
Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan
yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis,
mengetik, berenang, main bola, dan atletik. Perkebangan fisik yang normal
merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam
bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik
sangat menunjang kepentingan belajar peserta didik.
5.
Fase Remaja
1)
Makna Remaja
Fase
remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali
dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Menurut Konopka (Pikunas,1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15
tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Dalam
membahas makna remaja ini, berikut dikemukakan beberapa tinjauan atau pandangan
dari para ahli lain:
1)
Persepektif Biososial
Persefektif
ini memfokuskan kajianna kepada hubungan antara mekanisme biologis dengan
pengalaman sosial. Tokoh-tokohnya adalah:
1.1
G. Stanley Hall
Ia
adalah ahli psikologi dan pendidikan yang merupakan salah seorang “Father of
Adolesence”.Melalui teori rekapitulasinya, Hall berkeyakinan bahwa perkembangan
setiap individu merupakan proses pembaruan sejarah kemanusiaan nya. Setiap
individu berkembang dari masa anak, sebagai periode “animal” yang primitif,
kemudian yang berkembang ke arah yang merefleksikan kehidupan yang berbudaya.
Hall berpendapat bahwa remaj merupakan masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai
periode yang berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan, asmara,
dan pemberontakan dengan otoriras orang dewasa.
1.2
Roger Barker
Baarker
menekankan orientasinya kepada sosio-psikologis. Karena masa remaja merupakan
periode pertumbuhan fisik yang cepat dan peningkatan dalam koordinasi, maka
remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa. Ia berpendapat
bahwa pertumbuhan fisik sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu, dari
mulai anak sampai dewasa.
2)
Persefektif Relasi
Interpersonal
Remaja
merupakan suatu periode yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang
ditandai dengan berkembangnya minat terhadap lawan jenis, atau pengalaman
pertama dalam bercinta. Adapun yang menjadi tokoh dalam persefektif ini adalah
sebagai berikut:
1.
George Levinger
a.
Berpendapat bahwa remaja
mulai mengenal minatnya terhadap lawan jenisnya, yang biasanya terjadi pada
saat kontak dengan kelompok. Dalam berinteraksi dengan kelompok, remaja mulai
tertarik pada anggotanya. Lovinger bersama koleganya mengajukan teori “Pair
Relatedness” yang menjelaskan hubungan akrab, diawali dengan pertemuan diantara
remaja dalam kelompok sosial yang sifatnya netral. Ada tiga tahapan antara
hubungan tersebut:
1.
Kesadarn untuk berhubungan
(Unilaterally Aware).kesadaran ini hanya terbatas pada informasi dan impresi
(kesan umum) tentang berdasarkan fisiknya.
2.
Kontak permulaan (Surface
Contact). Pada tahap kedua ini hubungan antara anggota kelompok atau antara dua
orang, frekuensinya sudah begitu sering untuk bertemu dan sudah terjalin sebuah
komunikasi meskipun belum intensif.
3.
Saling berhubungan
(Mutually = a Continuum). Pada tahap ini terjadi interdependensi di antara dua
orang yang berlainan jenis. Hubungan mereka menjadi begitu lebih akrab.
2.
Ellen Berschheid & Elaine walster
Mereka
berpendapat bahwa hubungan di antara dua remaja yang berbeda jenis kelamin
mendorong remaja ke arah percintaan (pacaran).
3)
Persepektif Sosiologis dan
Antropologis
Persepektif
ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya
dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak terhadap teknologi terhadap
perilaku remaja. Tokoh-tokohnya sebagai berikut:
1)
Kingsley Davis
Konflik
orangtua dengan remaja merupakan ilustrasi klasik dari teori besar perspektif
sosiologis. Yang menjadi dasar pemikiran tersebut adalah perkemba- ngan
masyarakat modern yang berubah begitu cepat, dan setiap generasi diasuh atau
dikembangkan dalam situasi lingkungan sosial yang berbeda dengan generasi
sebelumnya. Devis menyatakan bahwa terjadinya konflik antara orangtua dengan
anak disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (a) anak sedang mencapai puncak
pertumbuhan fisik dan energi; (b) sistem sosial orangtua kurang memberi peluang
kepada anak untuk mengembangkan diri; dan (c) remaja bersifat ideal, sementara
orangtua bersifat pragmatis.
2)
Ruth Benedict
Sebagai
seorang antropologis, ia berpendapat bahwa upaya mengasuh remaja sampai mampu
menempati posisi dewasa secara penuh merupakan masalah pokok dalam masyarakat.
Gejala diskontinuitas itu menyangkut sikap dan perlakuan orangtua yang kurang
memberikan peluang kepada anak atau remaja untuk mengembangkan dirinya searah
dengan peran-peran sosial yang akan diembannya dimasa depan.
d.
Persepektif Psikologis
Teori
psikologis dan psikososial menkaji hubungan antara mekanisme penyesuaian
psikologis dengan kondisi sosial yang mempengaruhinya. Erik H. Erikson berpen-
dapat bahwa remaja bukan sebagai periode konsolidasi kepribadian, tetapi
sebagai tahapa penting dlam siklus kehidupan. Masa remaja berkaitan erat dengan
perkem- bangan “sense of identity vs role confusion”, yaitu perasaan atau kesadarn
akan jati dirinya.
e.
Persepektif Belajar Sosial
Persepektif
ini menjelaskan tentang pentingnya prinsip-prinsip belajar yang dapat digunakan
untuk memahami tingkah laku remaja dalam berbagai status sosial. Beberapa ahli
teori belajar sosial adalah sebagai berikut:
C.
Karakteristik
Perkembangan
1.
Perkembangan Fisik
Masa
remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu,
dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Dalam perkembangan
seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan
sekunder:
1)
Ciri-ciri Seks Primer
Pada
masa remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada
tahun pertama dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai
ukuran matangnya pada usia 20-21 tahun. Matangnya organ-organ seks tersebut,
memungkinkan ramaja pria (sekitar usia 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”
(mimpi berhubungan seksual). Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya
ditandai dengan tumbuhnya rahim,vagina, dan ovarium (indung telur) secara
cepat. Pada masa ini juga sekitar (usia 11-15 tahun), untuk pertama kalinya
remaja wanita mengalami “manarche” (menstruasi pertama). Menstruasi awal sering
disertai dengan sakit kepala, sakit punggung, dan kadang-kadang kejang, serta
merasa lelah, depresi, mudah tersinggung.
2)
Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri
atau karakteristik seks sekunder pada masa remaja, baik pria maupun wanita,
adalah sebagai berikut:
WANITA
PRIA
Tumbuh
rambut publik atau bulu kapok disekitar
kemaluan dan ketiak; Bertambah besar buah dada; Bertambah besarnya
pinggul. Tumbuh rambut publik atau bulu
kapok disekitar kemaluan dan ketiak; Tumbuh kumis; Tumbuh gondok laki ( jakun);
Terjadi perubahan suara.
2.
Perkembangan Kognitif
(Intelektual)
Menurut
piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi=kegiatan
kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja secara mental telah dapat
berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak, serta sistematis dan
ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berpikir kongret. Sementara proses
pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan dari mulai usia 12-20 tahun. Pad amasa
remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang berfungsi
sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemampuan merumuskan
perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Keating (Adam & Gullota,
1983: 143) merumuskan 5 hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir
operasi formal, sebagai berikut:
1)
Remaja sudah bisa
membedakan antara yang nyata dan kongkret dengan yang abstrak dan mungkin.
2)
Munculnya kemampuan nalar
secara ilmiah melalui kemampuan menguji hipotesis.
3)
Remaja dapat memikirkan
tentang masa depan tentang membuat dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan
untuk mencapainya.
4)
4) Remaja menyadari tentang
aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau
tidak efisien.
5)
Berpikir operasi formal
memungkinkan terbukanya topik-topik baru, dan ekpansi (perluasan) berpikir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
merupakan perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri
individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat juga diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang dialami individu dalam menuju tinkat kedewasaan
ataupun kematangannya. Dari seluruh proses perkembangan tersebut pastilah tidak
berjalan dengan lurus ataupun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena
itu, sebagai orang yang lebih mengetahui atau dewasa diharapkan dapat membantu
proses selama perkembangan tersebut.
B.
Saran
Kami
sebagai penulis makalah mengakui masih banyak kekurangan atas makalah yang kami
selesaikan dikarenakan kurangnya pengalaman kami, oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah yang kami selesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465
www.blogspot.com/2010/02-fase-fase-perkembangan-pada-manusia.html
Nurhayati Eti. 2011. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Yusuf Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung : PT REMAJA ROSDA KARYA.