BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta prosedur yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut harus berisi informasi-informasi yang berguna dalam memantu pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, sesungguhnya kita telah menggunakan jasa akuntansi. Ketika seorang pemilik warung mencatat pembelian barag dagangannya, mencatat siapa saja yang berhutang da warungnya, memisahkan kotak antara uang yang masuk dari hasil penjualan dengan kotak uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan barang dagangan dan kebutuhan operasional di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik warung tadi telah menerpkan teknik akuntansi. Penerapan pengetahuan di bidang akuntansi tentu semakin luas dan kompleks jika dihadapkan pada bisnis dengan skala yang lebih besar.
Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu sendiri. Akan tetapi, baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang dengan sendirinya tanpa adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi tersebut berkembang dan bertahan hingga sekarang.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, penulis dapat mengangkat permasalahan dalam makalah ini yaitu “bagaimana sejarah perkembangan ilmu akuntansi dari pertama kali muncul hingga sekarang?”
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merasa perlu mencantumkan tujuan dalam penulisannya agar penulisan makalah ini lebih terarah pada sasaran yang akan dicapai. Tujuan penulisan tersebut yakni untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang sejarah perkembangan ilmu akuntansi dari sejak dahulu hingga sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi dan Double Entry
Penelitian terhadap sejarah akuntansi sudah semakin semarak dan publikasi yang khusus menganalisis dan mempelajari sejarah akuntansi ini dimuat melalui berbagai publikasi akuntansi umumnya dan dalam The Accouting Historia Journal khususnya yang merupakn jurnal publikasi ilmiah dari The Academy of accounting Historian. Mempelajari sejarah akutansi ini perlu untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu dan dengan pengetahuan apa yang terjadi pada masa lalu dan dengan pengetahuan ini diharapkan kita akn dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan sehingga dalam menghadapinya kita lebih siap dan mampu mengambil manfaat dari peluang yang ada.
Untuk mempeajari sejarah akuntansi kita harus dapat membedakan antara tiga hal yaitu:
1. Sejarah lainnya praktik akuntansi itu dalam kehidupan manusia.
2. Sestem pencatatan akuntansi itu sendiri sebagai pencatatan transaksi dengan sistem pembukuan yag sekarang dikenal dengan double entry accounting system.
3. Sejarah perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri, sejak ia merupakan satu bidang ilmu akuntansi umum kemudian berkembang manjadi berbagai subbidang yang sudah dikenal saat ini seperti akuntansi manajemen, akuntansi internasional, akuntansi sumber daya manusia, auditing, akuntansi perpajakan.
1. Praktik Akuntansi
Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 SM. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka-angka desimal arab dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu.
Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan suatu usaha, karena kehadirannya memerlukan pencatatan sehingga seluruh kegiatan akan tergambar di dalamnya. Pada abad ke-15 seorang ahli Matematika berkebangsaan Italia Luca Paciolo telah menyusun buku tentang akuntansi dengan judul “Tractatus de Cumputis at Scritorio” buku ini berorientasi pada pembukuan berpasangan. Pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) mencatat kedua aspek transaksi sedemikian rupa yang membentuk suatu pemikiran yang berimbang. Praktek pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan dengan bisnis sudah dimulai sejak adanya kejadian dalam double entry bookkeeping.
Menurut pendapat Mattessich (dalam Harahap, 1997) bahwa double entry sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu. Sedangkan selama ini kita kenal bahwa penemu sistem tata buku berpasangan ini maka dapat dikemukakan sebagai berikut. Double entry accounting system telah disepakati para ahli mula-mula diterbitkan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berisi 36 bab yang terbit pada tahun 1949 di Florence, Italia dengan judul “Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang berisi tentang palajaran ilmu pasti. Inoue (dalam Harahap, 1997) menyebutkan “Orang yang pertama-tama “menulis” (bukan menerbitkan seperti Pacioli) tentang double entry bookkeeping system
adalah Bonedetto Cotrugli pada 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun buku Benedetto Cotrugli ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku Pacioli terbit. Dengan demikian penjelasan ini maka pertentangan sebenarnya tidak ada.”
Jika kita kaji sejarah terutama sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbuhannya sudah ada sistem akuntansi. Akan tetapi, sayangnya literatur belum banyak menganalisis bagaimana rupa eksistensi akuntansi pada zaman itu (± 570 Masehi). Seperti yang dikemukakan oleh Russel (dalam Rosjidi, 1999) “Sebenarnya orang-orang Italia dalam abad ke-14 baru menerapkan sistem pembukuan berpasangan lengkap setelah terlebih dahulu digunakan oleh saudagar-saudagar Moslem (Moslem Merchants).”
Revolusi indusrti di Inggris pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap perkembangan akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang perusahaan yang pertama di Inggris dikeluarkan untuk mengatur tentang organisasi dan status perusahaan. Dalam undang-undang tersebut, diatur tentang kemungkinan perusahaan meminjam uang, mengeluarkan saham, membayar hutang, dan dapat bertindak sebagaimana halnya perorangan. Keadaaan-keadaaan inilah yang menimbulkan perlunya laporan baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.
Dalam artikelnya, Herbert (dalam Harahap, 1997) menjelaskan perkembangan akuntansi sebagai berikut.
Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry maupun double entry.
Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam perusahaan.
Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).
Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap lebih penting.
Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui ujian yang dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925 : banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:
Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan, akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
Laporan keuangan mulai diseragamkan;
Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya “punch card record”.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi, yaitu sebagai berikut.
Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan data.
Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai ditawarkan profesi akuntan.
Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan manajemen mulai dikenal dan berkembang cepat.
Muncul jasa-jasa manajemen seperti system perencanaan dan pengawasan.
Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.
Tahun 1975 : mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang lainnya, perkembangan itu antara lain:
Timbulnya management science yang mencakup analisis proses manajemen dan usaha-usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya;
Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan model-model organisasi, perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan analisis cost benefit;
Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics;
Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal; dan
Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.
Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747. Perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mangenai tanam paksa dihapuskan tahun 1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya. Sistem yang dianut oleh pengusaha Belanda ini adalah seperti yang diajarkan oleh Luca Pacioli.
Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (Anglo-Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo-Saxon).
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia tahun 1907, yaitu sejak seorang anggota NIVA, Van Schagen, menyusun dan mengontrol pembukuan perusaan. Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal dibukanya Jawatan Akuntan Negara (GAD – Government Accountant Dients) yang resmi didirikan pada tahun 1915. Akuntan public pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan kantornya di Indonesia tahun 1918.
Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di bidang akuntansi. Jabatan-jabatan pimpinan dib Jawatan Keuangan yang 90% dipegang oleh bangsa belanda, menjadi kosong. Dalam masa ini, atas prakarsa Mr. Slamet, didirikan kusus-kursus untuk mengisi kekosongan jabatab tadi dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada tahun 1874, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Di Indonesia, pendidikan akuntansi mulai dirintis dengan dibukanya jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1952. Pembukaan ini kemudian diikuti Institut Ilmu Keuangan (sekarang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) tahun 1960 dan Fakultas-fakultas Ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961), Universitas Sumatera Utara (1964), universitas Airlangga (1962), dan universitas Gadjah Mada (1964).
Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan Indonesia bediri 23 Desember 1957. Organisasi ini diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan pendiri lima orang akuntan Indonesia.profesi akuntan mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1967. Pada tahun itu juga dikeluarjannya undang-undang modal asing yang kemudian disusul dengan undang-undang penanaman modal dalam negeri tahun 1968 yang merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntansi. Setelah krisis ekonomi Indonesia tahun 1997, peran profesi akuntan diakui semakin signifikan mengingat profesi ini memiliki peranan strategis di dalam menciptakan iklim transparansi di Indonesia.
Pada tahun 3200 sebelum masehi telah dikenal dua macam teknik akuntansi secara simultan. Pertama, koin dengan bentuk tertentu disimpan dan ditandai kemudian diasukan dalam amplop. Jenis lainnya, token disimpan dalam bentuk yang lebih besar dengan berbagai variasi yang lebih kompleks. Pemisahan ini menggmbarkan perbedaan transaksi cash (utag, piutang dan lain-lain) dengan transaksi noncash (persediaan, peralatan, tanah dan lain-lain) mattessich, 1787:79).
Pendapat ini diperkuat lagi oleh Richard Mattersich (1987) dalam artikelnya yang berjudul Prehistorycal Accounting and the problem of Representation: on recent archeological evidence of the middle east from 8000 BC to 3000 BC. Abstrak dari artikel ini mengemukakan sebagai berikut:
Penelitian arkeologi akhir-akhir ini menghasilkan pandangan revolusioner tentang penemu perhitungan, gambaran dan ideology tulisan. Penemuan ini adalah sistem pemrosesan data dalam clay tokens (sejenis koin yang terbuat dari bahan tanah liat) yang sederhana dan kompleks dari berbagai bentuk telah terkumpul dalam sebuah amplop tanah liat (clay envlops) untuk mengungkapkan secara simbolis nilai asset dan transaksi ekonomis. Nominal dari koin telah ditemukan oleh arkeolog sepanjang fartley crescent dengan berlapis-lapis yang merupakan benda yang dikeluarkan antara tahun 8000-3100 sebelum masehi. Setelah itu baru ditemukan tablet dari tanah liat.
Penemuan penting ini menimbulkan dampak fisiologi eonomi yang penting yaitu (Mattessich, 187):
a. Peelitian ini menympulkan nahwa akuntansi mendahului perhitugan dan penulisan ;
b. Konsep penyajian laporan keuanga ternyata berkembang secara perlahan;
c. Perhitungan angka muncul setelah melalui berbagai tahapan;
d. Dikenalnya eksistensi abstrack input output principle 10.000 tahun yang lalu dan double entry 5000 tahun yang lalu;
e. Memperkenalkan validitas correspondence theory, dalam teori ii dibahas bagaimana bahasa menggambarkan realitas, kombinasi apa yang digunakan untuk menggambarkan realitas; bagaimana menyususn suatu kalimat untuk menggambarkan ini; dan seterusnya.
1. Sejarah Metode Pencatatan Double Entry
Konsep double entry merupakan konsep dasar didalam dunia akuntansi. “Double entry system” biasa juga dikatakan dalam terminologi yang berbeda – beda tetapi sebenarnya sama saja. “Double entry system” berarti memasukan transaksi dua kali. Maksud dari pernyataan saya ini bukan berarti anda memasukan transaksi didalam dua set buku (Masuk ke buku satu lalu yang lainnya masuk kedalam buku kedua). Maksud dari memasukannya dua kali adalah untuk menunjukan dari mana uang tersebut berasal dan kemana uang tersebut pergi. Konsep dasar ini juga bermaksud untuk menjelaskan bahwa Debet dan Kredit bukan berarti menambah atau mengurangi melainkan memasukan transaksi ke sisi debet dan ke sisi kredit. “ double entry system” semakin berkembang ketika biksu yang berasal dari negara Italia bernama Luca Pacioli memperkenalkan sistem ini pada tahun 1494.
Tidak jelas apakah sistem pencatatan yang dikenal pada masa lalu itu menggunakan sistem single entry atau double entry yang terakhir ini lebih praktis dan menjadi sitem dominan lima abad terakhir ini. namun menurut pendapat Mattesich di atas, sistem double entry sudah ada 5000 tahun yang lalu. Sementara itu kita kenal bahwa penemu sistem double entry ini adalah Lucas Pacioli, bagaimana kita memahami persoalan ini? Oleh karena itu, keragu-raguan atas pendapat yang meganggap bahwa lucas pacioli sebagai penemu pertama akuntansi modern (double entry accounting system) semakin
jelas. Buku yang beliau terbitkan selisih dua tahun dengan pendaratan sir Colombus dari Inggris di benua Amerika, sebenarnya bukanlah buku yang membahas tentang akuntansi, tetapi lebih tepat merupakan buku matematika, dimana pembahasan pembukuan berpasangan hanya sedikit disinggung pada bab yang berjudul Particularis de Computis et Scripturis (Adnan, 1997).
a. Littleton’s Antecedent
Menurut Littleton, agar double entry muncul ke permukaan maka persyaratan tertentu harus dipenuhi. Persyaratan itu adalah “materi” dan “bahasa”. Untuk kelompok materi, dimasukkan kekayaan pribadi, modal, perdagangan dan kredit. Untuk kelompok bahasa, dimasukannya tulisan, uang dan perhitungan. Menurut pndapat Littleton, persyaratan ini belum dapat dikenali sebelum Pacioli dan kalaupun ada belum memiliki intensitas sempurna pada masa peradaban kuno, namun setelah hal ini dikenal, inilah yang menyebabkan munculnya double entry accounting di itali pada abad ke-13 disebabkan kondisi tersebut benar-benar ada (Vernon Kam, 1990) dan Khir (Harahap, 1991).
Kendatipun demikian, wajar jika kita berterimakasih kepada Pacioli atas kontribusi yang diberikan karena telah membahas sistem pencatatan double entry book keeping ini ke dalam sebuah buku yang dapat dengan mudah dipelajari oleh masyarakat dan sebagai salah satu refrensi pengembangan awal akuntansi modern.
Versi yang lain pun, seperti Peragallo, menyebutkan bahwa orang yang pertama menulis tata buku berpasangan adalah Benedetto Cotrugli, dengan bukunya yang berjudul Della Mercatua del Merchante perfetto yang selesai ditulis pada tahun 1458 dan diterbitkan pada tahun 1573. Sebanarnya bahan-bahan mengenai sistem pembukuan ini telah ditemukan di Florence pada tahun 1211, 283 tahun sebelum terbitnya buku pacioli. Sejak tahun itu berkembang sistem pembukuan di itali. Menurut Kiyoshi Inoue dari saitaa University (The Accounting Historian Journal< spring 1978) menyebutkan sebagai berikut:
Orang yang pertama-tama “menulis” (bukan menerbitkan seperti pacioli) tentang double entry adalah Benedetto Cotrugli pada tahun 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku pacioli. Namun buku Benedetto Cotrugli ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku pacioli terbit. Dengan penjelasan ini, pertentangan sebenarnya tidak ada.
Dalam bukunya ia menyebutkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi pencatatan pada era perkembangan perdagangan pada abad ke-9, yaitu sebagai berikut:
1. Bahan atau Material (sesuai yang dibutuhkan untuk bekerja) yang terdiri dari:
a. Kekayaan pribadi;
b. Modal;
c. Berdagang;
d. Kredit.
2. Bahasa atau Language (media yang menjelaskan tentang bahan) yang terdiri dari:
a. Tulisan, yang berarti pencatatan;
b. Uang, sebagai media pertukaran yang dominan;
c. Arithmetic, yaitu perhitungan atau akuntansi.
Oleh karena itu menurut penulis, apa yang telah dijabarkan baik dalam summa de Arithmatica Geometrica Proportioni et Proportionalita maupun dalam Mercatua e del Mercatua e del Mercante Perfetto nya Cotrugli adalah sama-sama suatu bagian dari proses pengembangan cara pencatatan yang sistematik dari yang sudah ada dan didasarkan pada kondisi masyarakat waktu itu.
b. Beberapa Temuan Double Entry Pre-Pacioli
Temuan mengenai pencatatan dengan sistem buku berpasangan yang merupakan bangunan dasar akuntansi modern tidak terlepas dari berkembangnya ilmu arimatika, yaitu yang dikembangkan dari persamaan aljabar (sebuah ilmu hasil ijtihad pemikir Muslim ternama, yaitu Al-Jabr), arimatika dan temuan angka nol oleh Al-Khawarizmi (logaritma) pada abad ke-9 M. ia menulis tentang Al-Jabr wa’l mughabala atau yang lebih dikenal dengan aljabar atau algebra, yang telah menjadi dasar kesamaan akuntansi. Dari sisi budaya, bangsa arab waktu itu pun sudah memiliki administrasi yang cukup maju praktik pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporam periodic, dan penutupan buku.
Al-Khawarizmilah yang memberikan kontribusi besar bagi pengembangan matematika modern di eropa, akuntansi modern, yang dikembangkan dari persamaan aljabar dengan konsep-konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan-persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada di alquran, perkara hokum (law suit), dan praktik-praktik bisnis perdagangan.
Majunya peradaban social budaya masyarakat Arab waktu itu tidak hanya pada aspek ekonomi atau perdagagan saja, tetapi juga pada proses transformasi ilmu pengetahuan yang berjalan dengan baik.
Transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi ini menarik bagi sejumlah kalangan ilmuan di Eropa. Di antaranya, Leonardo Fibonacci da Pisa melakukan perjalanan ilmiahnya ke timur tengah. Dialah yang mengenalkan angka arab dan aljabar atau metode perhitungan ke benua Eropa pada tahun 1202 melalui bukunya yang berjudul Liber Abacci serta memasyarakatkan penggunaan angka arab tersebut pada kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan.
Maka, jelas sekali selain dari bangsa Eropa yang belajar ke timur tengah, pedagang-pedagang muslim pun tak kalah andilnya di dalam menyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan. Hal ini tidak terlepas dari ajaran Alquran yang menyeruhkan untuk berdakwah.
Sejarah membuktikan beberapa sistem pencatatan perdagangan sebenarnya telah berkembang di madinah al munawarah pada tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun 1 Hijriah (Adnan, 1997), petugas yang melakukan pencatatan dan pemeriksaan serta menjaga pencatatan disebut Diwan (yang mengalami morfologi bahasa menjadi Dewan). Diwan ini telah ada pada zaman Khalifah Umar Ibnu Khattab pada tahun 634 M dengan baitul maalnya. Istilah awal dalam pembukuan saat ini dikenal dengan Jarridah atau berkembang mengjadi istilah di dalam bahasa inggris Journal yang secara harfiah berarti berita. Di Venice, istilah ini dikenal dengan sebutan Zornal (Martinelli, 1977 dalam Adnan, 1997).
Kalau kita kaji sejarah khususnya sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbuhannya mestinya sudah ada sistem akuntansi. Menurut sejarahnya, kegiatan perdagangan ini pun sudah ada pemisahan antara pemilik dengan pedagang (manajer) seperti kisah Muhammad (sebagai pedagang, agen) dengan Khadijah (sebagai pemilik). Kemudian keberadaan ini dapat juga dilihat dari adanya perintah dalam alquran yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 282 yang mewajibkan dibuatnya pencatatan transaksi-transaksi yang belum tuntas seperti adanya utang-piutang. Sayangnya literature belum banyak menganalisis bagaimana bentuk eksistensi akuntansi pada zaman itu (lebih kurang 570 Masehi). Dalam literature akuntansi, ternyata yang jadi asal mula akuntansi selalu disebut di Eropa.
Pada awalnya penerapan akuntansi oleh muslim waktu itu tidak terlepas sistem perdagangan yang dikenal dengan konsep mudharabah, perintah syariah yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 282 yang mewajibkan pencatatan dan pemeriksaan (praktik akuntansi dan audit) dengan baik dan benar, surat Hut ayat 85 yang mewajibkan uslim untuk melakukan proses penakaran atau timbangan dengan benar, yang pada perinsipnya sesuai dengan prinsip-prinsip sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu reliability dan Verifiability, dan untuk tujuan perhitungan zakat.
Pada peritungan zakat, utang diklasifikasi menjadi tiga berdasarkan kemampuan bayar, yaitu (siswanto, 2000):
1. Arra’e Menal Mal Collectable debts);
2. Al Munkase Menal Mal (uncollectable debts);
3. Al Muta’adher Wal Mutahayyer (complicated atau doubtful debts).
Itulah sejarah perkembangan praktik akuntansi dengan teknik tata buku berpasangan yang banyak diduga oleh ahli akuntansi dewasa ini, sebagai hasil refleksi pelurusan sejarah, lahir dari perdaban bangsa arab yang telah memiliki akidah diennul islamiah.
Meskipun pacioli bkanlah penemu tata buku berpasangan, Pacioli sangat membantu di dalam menyebarkan gagasan mengenai tata buku berpasangan ke seluruh eropa.
c. Sistem Pembukuan
Glautier (1973) membagi perkembangan sejarah akuntansi dalam lima tahap yaitu sebagai berikut:
1. Periode prakapitalis
2. Kapitalis Nascet, sejalan dengan penemuan double entry book keeping system yang berlangsung sekitar abad ke-11 Masehi.
3. Kapitalis Merkantilis yang ditandai dengan perkembangan ekonomi di eropa dan wilayah timur.
4. Revolusi Industri
5. Perkembangan yang demikian cepat di bidang akuntansi secara terus-menerus.
Perkembangan akuntansi seperti yang dianalisis oleh Belkaoui dipengaruhi periembangan sistem, kultur, dan konstruksi social masyarakat. Merujuk pada perubahan sistem global dunia dari Alvin Toffler, Belkaoui, mengklasifikasi perkembangan sistem pembukuan menjadi tiga.
Menurut Yuji Ijri (1996) dalam sistem single-entry transaksi hanya mencatat dalam satu pos atau satu kali yang tidak menimbulkan pengaruh pada pos lain. Metode ini sama seperti pencatatan informasi biasa sehingga tampak seperti laporan. Model ini menggambarkan informasi perusahaan saja (wealth statement). Beberapa keuntungan dari single entry book keeping adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan transaksi dan penyimpanan cukup sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus.
2. Biaya untuk menggunakan sistem ini cukup minimal.
3. Untuk menyususn laporan keuangan yang hanya untuk keperluan perpajakan atau kredit yang sederhana.
Sementara itu, kelemahan single entry book keeping adalah:
1. Terdapat kesulitan di dalam melakukan pengecekan validitas dan akurasi dalam pencatatan dan pembukuan dalam neraca percobaan;
2. Adanya kemungkinan data dan informasi yang hilang sewaktu menyusun laporan keuangan;
3. Dibutuhkan upaya yang rumit dalam melakukan analisis transaksi dalam menyusun laporan keuangan;
4. Tidak dapat memberikan sistem yang baik untuk peningkatan pengawasan intern perusahaan.
Belakangan metode single-emtry berkembang menjadi double-entry dan triple-entry accounting system.
Pengertian akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".[1] Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered Accountant (FCA, CA or ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant (ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public Accountant (CPA), dan Certified General Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan publik yang bersertifikat disebut CPA Indonesia (sebelumnya: BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik).
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".[1] Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Praktisi akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan bersertifikat resmi memiliki gelar tertentu yang berbeda di tiap negara. Contohnya adalah Chartered Accountant (FCA, CA or ACA), Chartered Certified Accountant (ACCA atau FCCA), Management Accountant (ACMA, FCMA atau AICWA), Certified Public Accountant (CPA), dan Certified General Accountant (CGA). Di Indonesia, akuntan publik yang bersertifikat disebut CPA Indonesia (sebelumnya: BAP atau Bersertifikat Akuntan Publik).
2.2 Perkembangan Ilmu Akuntansi
Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 SM. Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka-angka desimal arab dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu.
Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan suatu usaha, karena kehadirannya memerlukan pencatatan sehingga seluruh kegiatan akan tergambar di dalamnya. Pada abad ke-15 seorang ahli Matematika berkebangsaan Italia Luca Paciolo telah menyusun buku tentang akuntansi dengan judul “Tractatus de Cumputis at Scritorio” buku ini berorientasi pada pembukuan berpasangan. Pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) mencatat kedua aspek transaksi sedemikian rupa yang membentuk suatu pemikiran yang berimbang. Praktek pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan dengan bisnis sudah dimulai sejak adanya kejadian dalam double entry bookkeeping.
Menurut pendapat Mattessich (dalam Harahap, 1997) bahwa double entry sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu. Sedangkan selama ini kita kenal bahwa penemu sistem tata buku berpasangan ini maka dapat dikemukakan sebagai berikut. Double entry accounting system telah disepakati para ahli mula-mula diterbitkan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berisi 36 bab yang terbit pada tahun 1949 di Florence, Italia dengan judul “Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang berisi tentang palajaran ilmu pasti.
Inoue (dalam Harahap, 1997) menyebutkan “Orang yang pertama-tama “menulis” (bukan menerbitkan seperti Pacioli) tentang double entry bookkeeping system adalah Bonedetto Cotrugli pada 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun buku Benedetto Cotrugli ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku Pacioli terbit. Dengan demikian penjelasan ini maka pertentangan sebenarnya tidak ada.”
Jika kita kaji sejarah terutama sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbuhannya sudah ada sistem akuntansi. Akan tetapi, sayangnya literatur belum banyak menganalisis bagaimana rupa eksistensi akuntansi pada zaman itu (± 570 Masehi). Seperti yang dikemukakan oleh Russel (dalam Rosjidi, 1999) “Sebenarnya orang-orang Italia dalam abad ke-14 baru menerapkan sistem pembukuan berpasangan lengkap setelah terlebih dahulu digunakan oleh saudagar-saudagar Moslem (Moslem Merchants).”
Revolusi indusrti di Inggris pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap perkembangan akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang perusahaan yang pertama di Inggris dikeluarkan untuk mengatur tentang organisasi dan status perusahaan. Dalam undang-undang tersebut, diatur tentang kemungkinan perusahaan meminjam uang, mengeluarkan saham, membayar hutang, dan dapat bertindak sebagaimana halnya perorangan. Keadaaan-keadaaan inilah yang menimbulkan perlunya laporan baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.
Dalam artikelnya, Herbert (dalam Harahap, 1997) menjelaskan perkembangan akuntansi sebagai berikut.
Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry maupun double entry.
Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam perusahaan.
Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).
Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap lebih penting.
Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui ujian yang dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925 : banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:
- Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan, akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
- Laporan keuangan mulai diseragamkan;
- Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
- Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya “punch card record”.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi, yaitu sebagai berikut.
- Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan data.
- Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
- Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
- Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai ditawarkan profesi akuntan.
- Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan manajemen mulai dikenal dan berkembang cepat.
- Muncul jasa-jasa manajemen seperti system perencanaan dan pengawasan.
- Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.
Tahun 1975 : mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang lainnya, perkembangan itu antara lain:
- Timbulnya management science yang mencakup analisis proses manajemen dan usaha-usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya;
- Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan model-model organisasi, perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan analisis cost benefit;
- Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics;
- Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal; dan
- Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.
2.3 Sejarah Akuntansi di Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan-memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanmkan modalnya di Indonesia. Peningkatan kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990). Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn-yang sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar-dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “casino” menjadi model yang dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan. Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998, kebangkrutan konglomarat, collapsenya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency). Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di Indonesia
Pada era globalisasi ini, akuntansi juga terpengaruh kemajuan teknologi komunikasi dan komputer, semakin meluasnya pasar global menyebabkan akuntansi juga sudah memerlukan standar universal yang berlaku global. Globalisasi menimbulkan global market, dimana investor sudah borderless sudah tidak memikirkan tempat atau negara lagi yang akhirnya mempengaruhi sifat akuntansi yang mereka butuhkan.
Disamping itu semua profesi dihadapkan pada perubahan ekonomi sosial yang sangat cepat. Ada kecenderungan dan tekanan perlunya profesi memiliki standar akuntansi dunia yang berlaku untuk semua. Adanya perubahan struktur industri dari basis manufaktur ke basis informasi teknologi yang tentu memerlukan standar-standar baru seperti dalam penilaian, dan pelaporan intellectual emotional capital, spiritual capital, social capital.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa orang yang pertama kali menulis buku tentang double entry bookkeeping system adalah Bonedetto Cotrugli dan orang yang pertama kali menerbitkan buku tentang double entry bookkeeping system adalah Luca Pacioli pada tahun 1949. Sedangkan di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747.
Akuntansi sangat berhubungan dengan bidang-bidang lain meskipun hal itu tidak selalu berhubungan, terutama di zaman modern ini yang pertarungan bisnis dan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat menuntut semua kegiatan menggunakan ilmu akuntansi meskipun terkadang tidak dilakukan persis sesuai dengan aturan.