Contoh Pengajuan Pendirian Yayasan
YAYASAN AL-QOLAM NAGRAK
SK.
Nomor : AHU-08568.50.10.2014
Akta
Notaris : Heri Hendriyana, SH., MH No.
186
Sekretariat : Kp. Nagrak
Rt. 001 Rw. 008 Ds. Sindangraja Kec. Jamanis kab. Tasikmalaya
|
ANGGARAN DASAR (AD)
YAYASAN AL-QOLAM NAGRAK
KP. NAGRAK 001/008
DESA SINDANGRAJA KECAMATAN JAMANIS
KABUPATEN
TASIKMALAYA
BAB
I
NAMA
DAN KEDUDUKAN
Pasal
1
|
|||
(1)
|
Yayasan ini bernama Yayasan
“AL-QOLAM NAGRAK”
|
||
(2)
|
Yayasan AL-QOLAM NAGRAK
berkedudukan di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, dan beralamat di
Kp. Nagrak RT. 001 RW. 008 Ds. Sindangraja Kec. Jamanis
|
||
(3)
|
Yayasan AL-QOLAM NAGRAK
didirikan pada tanggal 29 Oktober 2014
|
||
BAB
II
MAKSUD
DAN TUJUAN
Pasal
2
|
|||
(1)
|
Yayasan “AL-QOLAM NAGRAK “ memmpunyai maksud dan
tujuan di bidang Sosial, Kemanusiaan dan Keagamaan.
|
||
BAB
III
KEGIATAN
Pasal
3
|
|||
Untuk melaksanakan maksud dan
tujuan diatas yayasan “AL-QOLAM NAGRAK” melaksanakan kegiatan sebagai berikut
:
|
|||
(1)
|
Bidang Sosial meliputi :
|
||
a.
|
Mendirikan
dan menyelenggarakan Pendidikan formal , mulai dari Taman Kanak-kanak (TK)
sampai Perguruan Tinggi (PT)
|
||
b.
|
Mendirikan
dan menyelenggarakan pendidikan non formals eperti Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) dan yang sejenisnya.
|
||
c.
|
Mengembangkan
Sumber daya Manusia (SDM) melalui pembinaan dan pelatihan
|
||
d.
|
Mengadakan
kegiatan embin kemasyarakatan, pembinaan generasi muda, melalui kegiatan
pelatihan dan pengajian
|
||
(2)
|
Bidang
Kemanusiaan meliputi :
|
||
a.
|
Memberikan
atau menyalurkan bantuan kepada fakir miskin, jompo dan gelandangan, korban
bencana alam dan lain sebagainya.
|
||
b.
|
Menyelenggarakan
pelayanan jenazah
|
||
c.
|
Pelestarian
lingkungan hidup
|
||
(3)
|
Bidang
Keagamaan meliputi :
|
||
a.
|
Mendirikan
rumah ibadah (mesjid) dan sarana ibadah lainnya
|
||
b.
|
Mendirikan
dan menyelenggarakan pondok pesantren, madrasah diniyah, Majlis Ta’lim dll.
|
||
c.
|
Menerima
dan menyalurkan zakat, infaq shodaqoh
|
||
d.
|
Menyelenggarakan
pusat kajian Islam dan pengembangan da’wah islamiyah dan pengkaderan umat
|
||
BAB
IV
JANGKA
WAKTU
Pasal
4
|
|||
(1)
|
Yayasan didirikan untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan lamanya
|
||
BAB
V
KEKAYAAN
YAYASAN
Pasal
5
|
|||
(1)
|
Yayasan
mempunyai kekayaan awal yang berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan,
dalam bentuk tunai sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah)
|
||
(2)
|
Selain
kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, kekayaan yaysan dapat
diperoleh dari :
|
||
a.
|
Sumbangan
atau bantuan yang tidak mengikat
|
||
b.
|
Wakaf
|
||
c.
|
Hibah
|
||
d.
|
Hibah
wasiat; dan
|
||
e.
|
Perolehan
lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku
|
||
(2)
|
Semua
kekayaan yayasan harus dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan
|
||
BAB
VI
ORGAN
YAYASAN
Pasal
6
|
|||
(1)
|
Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari :
|
||
a.
|
Pembina
|
||
b.
|
Pengurus harian
|
||
c.
|
Pengawas
|
||
BAB
VII
PEMBINA
Pasal
7
|
|||
(1)
|
Kedudukan dan Keanggotaan
Pembina
|
||
a.
|
Pembina adalah organ yayasan
yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas
|
||
b.
|
Pembina terdiri dari satu
orang atau lebih anggota pembina
|
||
c.
|
Dalam hal yayasan karena
sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina maka dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Pembina
berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota pengawas dan anggota pengurus
|
||
d.
|
Seorang anggota Pembina
dapat mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis
maksud tersebut kepada yayasan, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya
|
||
BAB
VIII
MASA
JABATAN PEMBINA
Pasal
8
|
|||
(1)
|
Masa jabatan Pembina tidak
ditentukan lamanya
|
||
(2)
|
Jabatan anggota Pembina akan
berakhir dengan sendirinya, apabila anggota Pembina tersebut :
|
||
a.
|
Meninggal dunia
|
||
b.
|
Mengundurkan diri dengan
pemberitahuan secara tertulis sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 3 sesuai
dengan ketentuan pasal ini
|
||
c.
|
Tidak lagi memenuhi
persyartan peraturan perundang-undangan yang berlaku
|
||
d.
|
Diberhetikan berasarkan
keputusan rapat embina
|
||
(3)
|
Anggota
Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus dan atau anggota
pengawas.
|
||
BAB
IX
TUGAS
DAN WEWENANG PEMBINA
Pasal
9
|
|||
(1)
|
Pembina berwenang bertindak
untuk dan atas nama pembina
|
||
(2)
|
Kewenangan Pembina meliputi
:
|
||
a.
|
Keputusan mengenai perubahan
Anggaran Dasar
|
||
b.
|
Pengangkatan dan
pemberhentian anggota pengurus dan atau anggota pengawas
|
||
c.
|
Penetapan kebijakan umum
yayasan berdasarkan Anggaran Dasar
|
||
d.
|
Pengesahan program kerja dan
rancangan anggaran tahunan yayasan
|
||
e.
|
Penetapan keputusan mengenai
penggabungan dan pembubaran yayasan
|
||
f.
|
Pengesahan pelaporan tahunan
|
||
g.
|
Penunjukan indikatr dalam
hal yayasan dibubarkan
|
||
(3)
|
Dalam hal ada seorang anggota Pembina, maka segala tugas
dan wewenang yang diberikan kepada ketua Pembina atau anggota Pembina berlaku
pula baginya.
|
||
BAB X
RAPAT PEMBINA
Pasal 10
|
|||
(1)
|
Rapat Pembina diadakan
paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam waktu 5
(lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan
|
||
(2)
|
Rapat Pembina diadakan di
tempat kedudukan yayasan, atau di tempat kegiatan yayasan, atau di tempat
lain dalam wilayah hokum republic Indonesia
|
||
(3)
|
Rapat Pembina dipimpin oleh
ketua Pembina, dan jika ketua pembina tidak hadir atau berhalangan, maka
rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota
yang hadir
|
||
(4)
|
Seorang anggota Pembina
hanya dapat diwakili oleh anggota Pembina lainnya dalam rapat Pembina
berdasarkan surat kuasa
|
||
Pasal 11
|
|||
(1)
|
Rapat Pembina adalah sah dan
berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
|
||
a.
|
Dihadiri paling sedikit 2/3
(dua per tiga) dari jumlah anggota pembina
|
||
b.
|
Dalam hal korum sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan
rapat Pembina kedua;
|
||
c.
|
Pemanggilan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 huruf b, harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum rapat diselenggarakan dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan
dan tanggal rapat
|
||
d.
|
Rapat Pembina kedua
diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat Pembina pertama;
|
||
e.
|
Rapat Pembina kedua adalah
sah dan berhak mengambil keputusan
yang mengikat apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) jumlah
anggota Pembina.
|
||
(2)
|
Keputusan rapat Pembina
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
|
||
(3)
|
Dalam hal keputusan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua) jumlah suara yang sah
|
||
(4)
|
Dalam hal suara setuju dan
tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
|
||
(5)
|
Tata cara pemungutan suara
dilakukan sebagai berikut :
|
||
a.
|
Setiap anggota Pembina yang
hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara, dan tambahan 1 (satu) suara untuk
setiap anggota Pembina yang diwakilinya
|
||
b.
|
Pemungutan suara mengenai
diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan,
sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka dan
ditandatangani, kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan
dari yang hadir;
|
||
c.
|
Suara yang abstain dan suara
yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
|
||
(6)
|
Setiap rapat Pembina dinuat
berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapatdan sekretaris rapat
|
||
(7)
|
Penandatanganan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (6) tidak disyaratkan apabila berita acara rapat dibuat
dengan akta notaris
|
||
(8)
|
Pembina dapat mengambil
keputusan yang sah tampa mengadakan rapat Pembina, dengan ketentuan semua
anggota Pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Pembina
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta
menandatangani persetujuan tersebut.
|
||
(9)
|
Keputusan yang diambil
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (8), mempunyai kekuatan yang sama dengan
keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat pembina
|
||
(10)
|
Dalam hal hanya ada 1 (satu)
orang Pembina, maka dia dapat mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
|
||
BAB XI
RAPAT TAHUNAN
Pasal 12
|
|||
(1)
|
Pembina wajib
menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 5 (lima) bulan
setelah tahun buku yayasan ditutup.
|
||
(2)
|
Dalam rapat tahunan Pembina
melakukan :
|
||
a.
|
Evaluasi tentang harta
kekayaan, hak dan kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai dasar
pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan yayasan untuk tahun yang
akan datang;
|
||
b.
|
Pengesahan laporan tahunan
yang diajukan pengurus;
|
||
c.
|
Penetapan kebijakan umum
yayasan;
|
||
d.
|
Pengesahan program kerja
rencana anggaran tahunan yayasan.
|
||
(3)
|
Pengesahan laporan tahunan
oleh Pembina dalam rapat tahunan, berarti memberikan pelunasan dan pembebasan
tanggungjawab sepenuhnya kepada para anggota pengurus dan pengawas atas
pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu,
sejauh tindakan tersebut tercermin dalam laporan tahunan.
|
||
BAB XII
PENGURUS
Pasal 13
|
|||
(1)
|
Pengurus adalah organ
Yayasan yang melaksanakan kepengurtusan Yayasan yang sekurang kurangnya
terdiri dari :
|
||
a.
|
Seorang Ketua
|
||
b.
|
Seorang Sekretaris
|
||
c.
|
Seorang Bendahara
|
||
(2)
|
Dalam hal diangkat lebih
dari 1 (satu) orang Ketua, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai
Ketua Umum.
|
||
(3)
|
Dalam hal diangkat lebih dari
1 (satu) orang Sekretaris, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat sebagai
Sekretaris Umum.
|
||
(4)
|
Dalam hal diangkat lebih
dari 1 (satu) orang Bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat
sebagai Bendahara Umum.
|
||
Pasal 14
|
|||
(1)
|
Yang dapat diangkat sebagai
anggota pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan
hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan yayasan yang
menyebabkan keruagian bagi yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan
putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
|
||
(2)
|
Pengurus diangkat oleh
Pembina melalui rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali
|
||
(3)
|
Pengurus dapat menerima
gaji, upah atau honorarium, apabila pengurus yayasan :
|
||
a.
|
Bukan pendiri yayasan dan
tidak terafiliasi dengan pendiri, Pembina dan pengawas; dan
|
||
b.
|
Melaksanakan kepengurusan
yayasan secara langsung dan penuh.
|
||
(4)
|
Dalam hal jabatan pengurus
kosong, maka dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya
kekosongan tersebut Pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengisi
kekosongan ini.
|
||
(5)
|
Dalam hal semua jabatan
pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak terjadinya kekosongan tersebut, Pembina harus menyelenggaraka rapat
untuk mengangkat pengurus baru, dan untuk sementara yayasan diurus oleh
pengawas.
|
||
(6)
|
Pengurus berhak mengundurkan
diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya
tersebut kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
|
||
(7)
|
Dalam hal terdapat
penggantian pengurus yayasan, maka dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan pergantian pengurus yayasan,
pengurus yang menggantikan wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Instansi
terkait.
|
||
(8)
|
Pengurus tidak dapat
merangkap sebagai Pembina, pengawas atau pelaksana kegiatan.
|
||
Pasal 15
|
|||
(1)
|
Jabatan pengurus berakhir apabila :
|
||
a.
|
Meninggal dunia
|
||
b.
|
Mengundurkan diri
|
||
c.
|
Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan
pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
|
||
d.
|
Diberuk disahkan pembinahentikan berdasarkan rapat
pembina
|
||
e.
|
Masa jabatan berakhir
|
||
BAB XIII
TUGAS DAN WEWENANG
PENGURUS
Pasal 16
|
|||
(1)
|
Pengurus bertanggungjawab
penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan yayasan
|
||
(2)
|
Pengurus wajib menyusun program
kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan untuk disahkan pembina
|
||
(3)
|
Pengurus wajib memberikan
penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh pengawas
|
||
(4)
|
Pengurus berhak mewakili
yayasan di dalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam kejadian
yang berkaitan dengan yayasan dengan persetujuan dari Pembina.
|
||
BAB XIV
PELAKSANAAN
KEGIATAN
Pasal 17
|
|||
(1)
|
Pengurus berwenang
mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan berdasarkan
keputusan Rapat Pengurus.
|
||
(2)
|
Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana
Kegiatan Yayasan adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan
hukum dan siap menjalankan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh yayasan.
|
||
(3)
|
Pelaksana kegiatan diangkat
oleh pengurus berdasarkan Keputusan Rapat pengurus untuk jangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.
|
||
(4)
|
Pelaksana kegiatan
bertanggungjawab kepada pengurus
|
||
(5)
|
Pelaksana kegiatan menerima
upah atau honorarium yang jumlahnya jumlahnya ditentukan berdasarkan
keputusan Rapat.
|
||
BAB XV
RAPAT PENGURUS
Pasal 18
|
|||
(1)
|
Rapat pengurus dapat
dilaksanakan setiap waktu apabila dipandang perlu atas permintaan tertulis
dari satu orang atau lebih pengurus, pengawas atau Pembina.
|
||
(2)
|
Panggilan rapat pengurus dilakukan
oleh pengurus yang berhak mewakili pengurus
|
||
(3)
|
Panggilan Rapat pengurus
disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara langsung, atau melalui
surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
|
||
(4)
|
Panggilan Rapat pengurus itu
harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
|
||
(5)
|
Rapat pengurus diadakan di
tempat kedudukan yayasan atau di tempat kegiatan yayasan.
|
||
(6)
|
Rapat pengurus dapat
dilaksanakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
|
||
Pasal 19
|
|||
(1)
|
Rapat pengurus dipimpin oleh
Ketua Umum
|
||
(2)
|
Dalam hal Ketua Umum tidak
dapat hadir atau berhalangan, maka rapat pengurus akan dipimpin oleh seorang
anggota pengurus yang dipilih oleh dan dari anggota yang hadir.
|
||
(3)
|
Rapat pengurus sah dan dapat
mengambil keputusan yang mengikat apabila :
|
||
a.
|
Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua
per tiga) jumlah pengurus;
|
||
b.
|
Dalam hal korum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan pemanggilan rapat
pengurus kedua
|
||
c.
|
Rapat pengurus kedua
diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat pengurus pertama.
|
||
Pasal 20
|
|||
(1)
|
Keputusan rapat pengurus
harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, atau berdasarkan setuju
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah pengurus.
|
||
(2)
|
Setiap rapat pengurus dibuat
berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat, dan 1 (satu) orang
anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
|
||
(3)
|
Pengurus dapat juga
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pengurus, dengan
ketentuan semua anggota pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua
anggota pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
|
||
BAB XVI
PENGAWAS
Pasal 21
|
|||
(1)
|
Pengawas adalah organ
yayasan yang bertugas melakukan pengawasan dan member nasihat kepada pengurus
dalam menjalankan kegiatan yayasan.
|
||
(2)
|
Pengawas terdiri dari 1
(satu) orang atau lebih anggota pengawas.
|
||
(3)
|
Dalam hal diangkat lebih
dari 1 (satu) pengawas, maka 1 (satu) orang pengawas diantaranya dapat
diangkat sebagai Ketua Pengawas.
|
||
Pasal 22
|
|||
(1)
|
Yang dapat diangkat sebagai
pengawas adala orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan
tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan yayasan yang menyebabkan
kerugian bagi yayasan
|
||
(2)
|
Pengawas diangkat oleh
Pembina melalui rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali
|
||
(3)
|
Pengawas berhak mengundurkan
diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya
kepada Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) har sebelum tanggal pengunduran
dirinya.
|
||
(4)
|
Pengawas tidak dapat
merangkap sebagai Pembina, pengurus atau pelaksana kegiatan
|
||
Pasal 23
|
|||
(1)
|
Jabatan Pengawas berakhir apabila :
|
||
a.
|
Meninggal dunia;
|
||
b.
|
Mengundurkan diri;
|
||
c.
|
Bersalah melakukan tindak
pidana berdasarkan purusan pengadilan yang diancam dengan hukuman penjara
paling sedikit 5 (lima) tahun;
|
||
d.
|
Diberhentikan berdasarkan
rapat Pembina;
|
||
e.
|
Masa jabatan berakhir
|
||
BAB XVII
TUGAS DAN
WEWENANG PENGAWAS
Pasal 24
|
|||
(1)
|
Pengawas dengan itikad baik wajib menjalankan tugas
pengawasan untuk kepentingan yayasan
|
||
(2)
|
Ketua pengawas dan satu anggota pengawas berwenang
bertindak untuk dan atas nama pengawas
|
||
(3)
|
Pengawas berwenang :
|
||
a.
|
Memeriksa dokumen
|
||
b.
|
Memeriksa pembukuan dan mengetahui segala tindakan yang
dijalankan oleh pengurus
|
||
c.
|
Memberi peringatan kepada pengurus
|
||
BAB XVIII
RAPAT PENGAWAS
Pasal 25
|
|||
(1)
|
Rapat pengawas dapat
dilaksanakan setiap waktu apabila dipandang perlu atas permintaan tertulis
dari satu orang atau lebih, pengawas atau Pembina.
|
||
(2)
|
Panggilan rapat pengawas
dilakukan oleh pengurus yang berhak mewakili pengawas
|
||
(3)
|
Panggilan Rapat pengawas
disampaikan kepada setiap anggota pengawas secara langsung, atau melalui
surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal
rapat.
|
||
(4)
|
Panggilan Rapat pengawas itu
harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
|
||
(5)
|
Rapat pengawas diadakan di
tempat kedudukan yayasan atau di tempat kegiatan yayasan.
|
||
(6)
|
Rapat pengawas dapat
dilaksanakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
|
||
Pasal 26
|
|||
(1)
|
Rapat pengawas dipimpin oleh
Ketua Umum
|
||
(2)
|
Dalam hal Ketua Umum tidak
dapat hadir atau berhalangan, maka rapat pengawas akan dipimpin oleh seorang
anggota pengawas yang dipilih oleh dan dari anggota yang hadir.
|
||
(3)
|
Rapat pengawas sah dan dapat
mengambil keputusan yang mengikat apabila :
|
||
a.
|
Dihadiri paling sedikit 2/3
(dua per tiga) jumlah pengawas;
|
||
b.
|
Dalam hal korum sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf a tidak tercapai, maka dapat diadakan
pemanggilan rapat pengawas kedua
|
||
c.
|
Rapat pengawas kedua
diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat pengawas pertama.
|
||
Pasal 27
|
|||
(1)
|
Keputusan rapat pengawas
harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, atau berdasarkan setuju
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah pengawas.
|
||
(2)
|
Setiap rapat pengawas dibuat
berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat, dan 1 (satu) orang
anggota pengawas lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
|
||
(3)
|
pengawas dapat juga
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pengawas, dengan
ketentuan semua anggota pengawas telah diberitahu secara tertulis dan semua
anggota pengawas memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
|
||
BAB XIX
RAPAT GABUNGAN
Pasal 28
|
|||
(1)
|
Rapat gabungan adalah rapat
yang diadakan oleh pengurus dan pengawas untuk mengangkat Pembina, apabila
yayasan tidak lagi mempunyai Pembina.
|
||
(2)
|
Rapat gabungan diadakan
paling ambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak yayasan tidak mempunyai
Pembina.
|
||
(3)
|
Panggilan rapat gabungan
dilakukan oleh pengurus, disampaikan kepada setiap pengurus dan pengawas
secara langsung, atau melalui surat dengan memdapat surat terima paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak memperhatikan
tanggal panggilan dan tanggal rapat.
|
||
(4)
|
Panggilan rapat gabungan
harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
|
||
(5)
|
Rapat gabungan diadakan di
tempat kedudukan yayasan atau di tempat kegiatan yayasan.
|
||
(6)
|
Rapat gabungan dipimpin oleh
ketua pengurus
|
||
(7)
|
Dalam hal ketua pengurus
tidak ada atau berhalangan hadir, maka rapat gabungan dipimpin oleh ketua
pengawas
|
||
(8)
|
Dalam hal ketua pengurus dan
ketua pengawas tidak ada atau berhalangan hadir, maka rapat gabungan dipimpin
oleh pengurus atau pengawas yang dipilih oleh dan dari pengurus dan pengawas
yang hadir.
|
||
BAB XX
KORUM DAN
PUTUSAN RAPAT GABUNGAN
Pasal 29
|
|||
(1)
|
Rapat Gabungan adalah sah
apabila diikuti oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota
pengurus dan 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pengawas.
|
||
(2)
|
Keputusan rapat gabungan
ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat
|
||
(3)
|
Setiap rapat gabungan dibuat
Berita Acara Rapat, yang untuk pengesahannya ditanda tangani oleh ketua rapat
dan 1 (satu) orang anggota pengurus atau anggota pengawas.
|
||
(4)
|
Anggota pengurus dan anggota
pengawas dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat
gabungan, dengan ketentuan semua pengurus dan semua pengawas telah diberitahu
secara tertulis dan semua pengurus dan semua pengawas memberikan persetujuan
mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan
tersebut.
|
||
(5)
|
Keputusan yang diambil
sebagaimana cara yang dimaksud pada ayat 4 (empat) mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat gabungan.
|
||
BAB XXI
TAHUN BUKU
Pasal 30
|
|||
(1)
|
Tahun Buku yayasan dimulai
dari tanggal 1(satu) Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga puluh satu)
Desember
|
||
(2)
|
Pada akhir bulan Desember
tiap tahun, buku yayasan ditutup.
|
||
(3)
|
Untuk pertama kalinya buku
yayasan dimulai dari tanggal akta pendirian yayasan , dan ditutup pada
tanggal 31-12-2014 (tiga puluh satu Desember dua ribu empat belas).
|
||
BAB XXI
LAPORAN TAHUNAN
Pasal 30
|
|||
(1)
|
Pengurus wajib menyusun
secara tertullis laporan tahunan paling lambat 5 (lima) bulan setelah
berakhirnya tahun buku Yayasan.
|
||
(2)
|
Laporan tahunan memuat
sekurang-kurangnya :
|
||
a.
|
Laporan keadaan kegiatan
yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai
|
||
b.
|
Laporan keuangan yang terdiri
atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan aktivitas, laporan
arus kas dan catatan laporan keuangan.
|
||
(3)
|
Laporan tahunan wajib
ditandatangani oleh pengurus dan pengawas.
|
||
(4)
|
Dalam hal tredapat anggota
pengurus dan pengawas tidak menandatangani laporan tersebut, maka yang
bersanguktan harus memberikan alasan tertulis.
|
||
(5)
|
Laporan tahunan disahkan
oleh Pembina dalam rapat tahunan.
|
||
BAB XXI
PENGUBAHAN
ANGGARAN DASAR
Pasal 31
|
|||
(1)
|
Perubahan Anggaran Dasar
hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan Rapat Pembina yang dihadiri
paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jummlah pembina
|
||
(2)
|
Keputusan diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat
|
||
(3)
|
Dalam hal keputusan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan keputusan
ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari
seluruh jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili
|
||
(4)
|
Dalam hal korum sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 (satu) tidak tercapai, maka diadakan panggilan rapat
Pembina yang kedua paling cepat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal rapat
Pembina yang pertama.
|
||
(5)
|
Rapat Pembina kedua tersebut
sah, apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) dari seluruh Pembina.
|
||
(6)
|
Keputusan rapat Pembina
kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara terbanyak dari
jumlah Pembina yang hadir atau yang diwakili.
|
||
Pasal 32
|
|||
(1)
|
Perubahan Anggaran Dasar
dilakukan dengan akta notaries dan dibuat dalam bahasa Indonesia
|
||
(2)
|
Perubahan Anggaran Dasar
tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan yayasan
|
||
(3)
|
Perubahan Anggaran Dasar
yang menyangkut nama dan kegiatan yayasan, harus mendapat persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
|
||
(4)
|
Perubahan Anggaran Dasar
selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) cukup
diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
|
||
(5)
|
Perubahan Anggaran Dasar
tidak dapat dilakukan pada saat yayasan dinyatakan pailit, kecuali atas
persetujuan curator.
|
||
BAB XXII
PENGUBAHAN
ANGGARAN DASAR
Pasal 33
|
|||
(1)
|
Yayasan bubar karena :
|
||
a.
|
Alas an sebagaimana dimaksud
dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;
|
||
b.
|
Tujuan yayasan ditetapkan
dalam Anggaran Yayasan sudah tercapai atau tidak tecapai;
|
||
c.
|
Putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan :
|
||
1)
|
Yayasan melanggar ketertiban
umum dan kesusilaan
|
||
2)
|
Tidak mampu membayar
hutangnya setelah dinyatakan pailit; atau
|
||
3)
|
Harta kekayaan yayasan tidak
cukup untuk melunasi hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut.
|
||
(2)
|
Dalam hal yayasan
bubarsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b Pembina menunjuk
likuidator untuk membereskan kekayaan yayasan
|
||
(3)
|
Dalam hal tidak ditunjuk
likuidator, maka pengurus bertindak sebagai likuidator.
|
||
Pasal 34
|
|||
(1)
|
Dalam hal yayasan bubar,
yayasan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali membereskan kekayaan
dalam proses likuidasi
|
||
(2)
|
Dalam hal yayasan dalam
proses likuidasi, untuk semua surat keluar dicantumkan frasa “dalam
likuidasi” dibelakang nama yayasan.
|
||
(3)
|
Dalam hal yayasan bubar
karena putusan pengadilan, maka pengadilan juga menunjuk likuidator.
|
||
Dalam hal pembubaran yayasan
karena pailit, berlaku perundang-undangan di bidang kepailitan.
|
|||
(4)
|
Likuidator atau kurator yang
ditunjuk untuk membereskan kekayaan yayasan yang bubar atau dibubarkan paling
lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran
yayasan dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia,
dan melaporkan hasilnya kepada Pembina.
|
||
BAB XXIII
PERATURAN
PENUTUP
Pasal 35
|
|||
(1)
|
Hal-hal yang belum diatur
atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diputuskan dalam rapat
Pembina.
|
||
(2)
|
Hal
lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diatur selanjutnya
dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan tersendiri yang disahkan oleh
Pembina
|
Ditetapkan di : Nagrak
Pada Tanggal : 5 Nopember 2014
Ketua Umum Yayasan Al-Qolam
Nagrak
Asep Deni, S.Pd.I
YAYASAN AL-QOLAM NAGRAK
SK.
Nomor : AHU-08568.50.10.2014
Akta
Notaris : Heri Hendriyana, SH., MH No.
186
Sekretariat
: Kp. Nagrak Rt. 001 Rw. 008 Ds. Sindangraja Kec. Jamanis kab. Tasikmalaya
|
ANGGARAN RUMAH
TANGGA (ART)
YAYASAN AL-QOLAM
NAGRAK
Kp. Nagrak 001/008
Ds. Sindangraja Kec. Jamanis Kab. Tasikmalaya
BAB
I
NAMA
DAN KEDUDUKAN
Pasal
1
Kedudukan
dan Lambang
|
||
(1)
|
Yayasan ini
bernama Yayasan “AL-QOLAM NAGRAK” dan
berkedudukan di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat, dan beralamat di
Kp. Nagrak RT. 001 RW. 008 Ds. Sindangraja Kec. Jamanis
|
|
Pasal
2
Lambang/logo
yayasan
|
||
(1)
|
Pola dan unsur-unsurnya
|
|
a.
|
Warna dasar hijau menunjukan warna dasar kehidupan
|
|
b.
|
Buku Al-Qur’an dengan posisi terbuka melambangkan sumber
ilmu pengetahuan
|
|
c.
|
Pena dengan posisi tegak melambangkan pengkajian ilmu
|
|
d.
e.
|
Bulan sabit melambangkan perjuangan islam Islam
Bintang diatas melambangkan cita-cita luhur
|
|
BAB
II
KEANGGOTAAN
Pasal
3
Keanggotaan
Yayasan
|
||
Anggota
YAYASAN “Al-Qolam Nagrak” adalah terdiri dari keluarga pendiri yayasan, dan mereka
yang dengan i’tikad baik menyatakan siap bergabung pada yayasan, yang
keanggotaannya meliputi :
|
||
(1)
|
Anggota
pengurus yaitu :
|
|
a.
|
Pembina/Penasiha
yayasan
|
|
b.
|
Pengurus
harian yayasan
|
|
c.
|
Pelaksana
kegiatan yayasan
|
|
(2)
|
Anggota
kehormatan yaitu :
|
|
a.
|
Orang atau perseorangan
yang ada disekitar yayasan dan menyatakan siap dan mendukung terhadap
kegiatan yayasan
|
|
b.
|
Orang atau
perseorangan yang mnyatakan siap menjadi donator tetap yayasan
|
|
Pasal
4
Hak
dan kewajiban anggota
|
||
(1)
|
Setiap
anggota yayasan mempunyai hak yang sama dalam :
|
|
a.
|
Mengeluarkan
pendapat, usul dan saran untuk kemajuan yayasan;
|
|
b.
|
Memilih dan
dipilih menjadi badan pengurus atau pelaksana kegiatan yayasan;
|
|
c.
|
Mendapat
pelayanan, perlindungan dan hak-hak lainnya dari yayasan
|
|
(2)
|
Setiap anggota
yayasan mempunyai kewajiban yaitu :
|
|
a.
|
Taat patuh
dan setia kepada yayasan
|
|
b.
|
Mendukung
segala bentuk program yayasan, baik secara moral maupun secara material
|
|
c.
|
Menjaga
serta menjunjung tinggi nilai-nilai yang amanatkan oleh yayasan
|
|
Pasal
5
Disiplin
Anggota
|
||
(1)
|
Setiap
anggota yayasan wajib melaksanakan dan menjunjung tinggi segala program yang
telah ditetapkan oleh yayasan
|
|
(2)
|
Setiap
anggota yayasan tidak dibenarkan melakukan tindakan :
|
|
a.
|
Melakukan
tindakan yang bertentangan dengan syari’at Islam
|
|
b.
|
Melakukan
tindakan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945
|
|
c.
|
Melakukan
tindakan yang dapatmengganngu kelancaran kegiatan yayasan
|
|
d.
|
Melakukan
tindakan yang mencemarkan nama baik yayasan
|
|
BAB
III
BADAN/ORGAN
YAYASAN
Pasal
6
|
||
(1)
|
Yayasan mempunyai organ yang terdiri dari :
|
|
a.
|
Pembina
|
|
b.
|
Pengurus harian
|
|
c.
|
Pengawas
|
|
(2)
|
Pembina terdiri dari 1 (satu)
orang sebagai pendiri yayasan
|
|
Badan pengurus terdiri dari
pengurus harian, bidang-bidang khusus yang dibentuk oleh pengurus
|
||
(3)
|
Pengurus harian terdiri dari
ketua umum, sekretaris umum, sekretaris, bendahara umum, bendahara dan
anggota dan bagian-bagian
|
|
(4)
|
Untuk pertama kalinya
bidang-bidang yang dibentuk yaitu : bidang pendidikan dan pengajaran meliputi
pendidikan pondok pesantren dan pendidikan formal (SMP-IT), bidang usaha dan
sarana prasarana, dan bidang sosial kemasyarakatan.
|
|
BAB
IV
KEDUDUKAN
DAN FUNGSI
Pasal
7
|
||
(1)
|
Kedudukan dan Fungsi Pembina
|
|
Pembina berwenang bertindak
untuk dan atas nama Pembina yang kewenangannya meliputi :
|
||
a.
|
Keputusan mengenai perubahan
Anggaran Dasar
|
|
b.
|
Pengangkatan dan
pemberhentian anggota pengurus dan atau anggota pengawas
|
|
c.
|
Penetapan kebijakan umum
yayasan berdasarkan Anggaran Dasar
|
|
d.
|
Pengesahan program kerja dan
rancangan anggaran tahunan yayasan
|
|
e.
|
Pengesahan pelaporan tahunan
|
|
(2)
|
Kedudukan dan Fungsi
pengurus
|
|
a.
|
Pengurus bertanggungjawab
penuh atas kepengurusan Yayasan untuk kepentingan yayasan
|
|
b.
|
Pengurus wajib menyusun
program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan untuk disahkan pembina
|
|
d.
|
Pengurus berhak mewakili
yayasan di dalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam kejadian
yang berkaitan dengan yayasan dengan persetujuan dari Pembina.
|
|
e
|
Dalam hal melaksanakan tugas
yayasan, pengurus mempunyai kewenangan :
|
|
1.
Mengangkat dan memberhentikan pelaksana
kegiatan yayasan berdasarkan keputusan Rapat Pengurus.
|
||
2.
Yang dapat diangkat sebagai Pelaksana Kegiatan
Yayasan adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan
siap menjalankan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
yayasan.
|
||
3.
Pelaksana kegiatan diangkat oleh pengurus berdasarkan
Keputusan Rapat pengurus untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali.
|
||
4.
Pelaksana kegiatan bertanggungjawab kepada
pengurus
|
||
5.
Pelaksana kegiatan menerima upah atau
honorarium yang jumlahnya jumlahnya ditentukan berdasarkan keputusan Rapat.
|
||
(3)
|
Kedudukan dan Fungsi
Pengawas
|
|
a.
|
Pengawas dengan itikad baik
wajib menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan yayasan
|
|
b.
|
Ketua pengawas dan satu
anggota pengawas berwenang bertindak untuk dan atas nama pengawas
|
|
c.
|
Pengawas berwenang :
|
|
1.
Memeriksa dokumen
|
||
2.
Memeriksa pembukuan dan mengetahui segala
tindakan yang dijalankan oleh pengurus
|
||
3.
Memberi peringatan kepada pengurus
|
||
BAB VI
RAPAT RAPAT
Pasal 8
|
||
(1)
|
Rapat Pembina
|
|
a.
|
Rapat Pembina diadakan
paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam waktu 5
(lima) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan
|
|
b.
|
Rapat Pembina diadakan di
tempat kedudukan yayasan, atau di tempat kegiatan yayasan, atau di tempat
lain dalam wilayah hokum republic Indonesia
|
|
c.
|
Rapat Pembina dipimpin oleh
ketua Pembina, dan jika ketua pembina tidak hadir atau berhalangan, maka
rapat Pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota
yang hadir
|
|
d.
|
Keputusan rapat Pembina
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
|
|
(2)
|
Rapat Pengurus
|
|
a.
|
Rapat pengurus dapat
dilaksanakan setiap waktu apabila dipandang perlu atas permintaan tertulis
dari satu orang atau lebih pengurus, pengawas atau Pembina.
|
|
b.
|
Panggilan rapat pengurus
dilakukan oleh pengurus yang berhak mewakili pengurus
|
|
c.
|
Panggilan Rapat pengurus itu
harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
|
|
d.
|
Rapat pengurus diadakan di
tempat kedudukan yayasan atau di tempat kegiatan yayasan.
|
|
e.
|
Rapat pengurus dapat
dilaksanakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
|
|
f.
|
Rapat pengurus dipimpin oleh
Ketua Umum
|
|
g.
|
Dalam hal Ketua Umum tidak
dapat hadir atau berhalangan, maka rapat pengurus akan dipimpin oleh seorang
anggota pengurus yang dipilih oleh dan dari anggota yang hadir.
|
|
h.
|
Rapat pengurus sah dan dapat
mengambil keputusan yang mengikat apabila :
|
|
j.
|
Keputusan rapat pengurus
harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, atau berdasarkan setuju
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah pengurus.
|
|
k.
|
Setiap rapat pengurus dibuat
berita acara rapat yang ditandatangani oleh ketua rapat, dan 1 (satu) orang
anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
|
|
l.
|
Pengurus dapat juga
mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pengurus, dengan
ketentuan semua anggota pengurus telah diberitahu secara tertulis dan semua
anggota pengurus memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis serta menandatangani persetujuan tersebut.
|
|
(3)
|
Rapat Pengawas
|
|
a.
|
Rapat pengawas dapat
dilaksanakan setiap waktu apabila dipandang perlu atas permintaan tertulis
dari satu orang atau lebih, pengawas atau Pembina.
|
|
b.
|
Panggilan rapat pengawas
dilakukan oleh pengurus yang berhak mewakili pengawas
|
|
d.
|
Panggilan Rapat pengawas itu
harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
|
|
e.
|
Rapat pengawas diadakan di
tempat kedudukan yayasan atau di tempat kegiatan yayasan.
|
|
f.
|
Rapat pengawas dapat
dilaksanakan di tempat lain dalam wilayah Republik Indonesia dengan
persetujuan Pembina.
|
|
g.
|
Rapat pengawas dipimpin oleh
Ketua Umum
|
|
h.
|
Dalam hal Ketua Umum tidak
dapat hadir atau berhalangan, maka rapat pengawas akan dipimpin oleh seorang
anggota pengawas yang dipilih oleh dan dari anggota yang hadir.
|
|
i.
|
Keputusan rapat pengawas
harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, atau berdasarkan setuju
lebih dari ½ (satu per dua) jumlah pengawas.
|
|
BAB VII
ANGGARAN
BIAYA
Pasal 9
|
||
(1)
|
Rencana Anggaran Belanja
Yayasan disusun secara periodik melalui rapat atau musyawarah tahunan yayasan
|
|
(2)
|
Rancangan anggaran tersebut
selanjutnya dibahas dalam rapat gabungan
untuk mendapatkan persetujuan
|
|
BAB VIII
PERATURAN
PENUTUP
Pasal 10
|
||
(1)
|
Hal-hal yang tidak atau
belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yayasan ini
akan diatur tersendiri
|
|
(2)
|
Anggaran rumah Tanga ini
dapat diubah apabila dipandang perlu, melalui rapat badan pengurus yayasan
yang disahkan oleh pembina
|
|
(3)
|
Anggaran Rumah Tangga ini
mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
|
|
Ditetapkan di : Nagrak
Pada tanggal : Nopember 2015
Ketua Umum
Yayasan Al-Qolam Nagrak
ASEP DENI, S.PD.I