Contoh Makalah Tentang Validitas dan Reliabilitas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Evaluasi merupakan komponen terpenting dalam pendidikan. Evaluasi terdiri dari penilaian dan pengukuran. Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka atau karakteristiknya menurut aturan tertentu. Sedangkan penilaian dapat diartikan kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

Tiga macam fungsi pokok, yaitu (1) Mengukur kemajuan, (2) Menunjang penyusunan rencana, dan (3) Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.

Salah satu cara untuk dapat mengevaluasi pembelajaran yaitu dengan mengnlisis hasil nilai dari pengisin soal. Dan untuk mengukur kemampuan siswa, maka akan terdeteksi dalam “analisis soal” 

B. Perumusan Masalah 

1. Bagaimana mengetahui tentang validitas ?

2. Bagaimana mengetahui tentang reabilitas ?

3. Bagaimana cara mengetahui tentang daya pembeda dan tingkat kesukaran ?

4. Bagaimana mengetahui tentang PAP dan PAN ?

5. Bagaimana mengetahui tentang ketuntasan belajar dan daya serap ?

6. Bagaimana menentukan tentang rangking ?

C. Tujuan Perumusan Masalah

1. Untuk mengetahui tentang validitas. 

2. Untuk mengetahui tentang reabilitas.

3. Untuk cara mengetahui tentang daya pembeda dan tingkat kesukaran.

4. Untuk mengetahui tentang PAP dan PAN.

5. Untuk mengetahui tentang ketuntasan belajar dan daya serap.

6. Untuk menentukan tentang rangking. 



BAB II
PEMBAHASAN

A. Validitas

Validitas berasal dari bahasa inggris dari kata validity, artinya ketepatan, kesohihan atau dapat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Tuti Hayati, 2013: 109)

Validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap alat ukur. Apakah suatu skala berguna atau tidak sangat ditentukan oleh tingkat validitasnya. (Saifuddin Azwar, 2013: 10)

Menurut Tuti Hayati ( 2013: 110 ) Penganalisaan tes sebagai totalitas, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu 

1. Analisa logis 

Suatu tes yang telah dilakukan penganalisian secara logika dan ternyata memiliki daya ketetapan mengukur disebut tes yang telah memiliki validitas logis atau validitas rasional. Dengan demikian, suatu tes dapat dikatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas rasional atau validitas logis apabila ternyata tes tersebut secara rasional (logika) memang dengan tepat telah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai dengan pembagiannya untuk menentukan apakah suatu tes sudah memiliki validitas logis atauu belum, dapat dilakukan dengan cara menelusuri isinya (content validity) ; dan menelusuri susunan atau konstuksinya (construck validity.) 

2. Analisa empirik

Validitas empirik adalah ketepataan mengukur yang didasarkan pada analisis yang bersifat empirik atau bersumber pada pengamatan di lapangan. Untuk menentukan suatu tes sudah memiliki validitas empirik atau belum, dapat dilakukan dengan menelusuri daya ketepatan meramalnya, dan ketepatan bandingannya.

Menghitung koefisien korelasi dengan rumus :

rxy =

Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki ole butiran item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur melalui butir item tes tersebut. Angka indeks korelasi diberi lambang rpbi, remusnya:


Keterangan:

Rpbi : koefisien korelasi point biserial

Mp : skor rata – rata yang dimiliki testee untuk butir soal item yang bersangkutan yang telah dijawab dengan benar.

Mt : skor rata – rata dari skor total

SDt : standar deviasi dari standar total.

P : proporsi testee yang menjawab benar terhadap butir soal yang sedang diuji validitas itemnya.

Q : proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitas itemnya.

B. Reabilitas 

Reabilitas dari bahasa Inggris reliable artinya ajeg atau dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan atau daya ajegan yang tinggi apabila tes tersebut dapat diberikan hasil yang sama bila tes tersebut diberikan kepada siswa yang sama pada waktu yang berbeda.

Reabilitas mengacu kepada ketercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. (Saifuddin Azwar, 2013: 111)

Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk mengetahui reabilitas, yaitu:

1. Metode ekuivalen / paralel.

2. Metode tes ulang atau resest

3. Metode belah dua atau split half method

Pendekatan reliabilitas yang prosedurnya lebih praktis dan dapat mengatasi beberapa problem yang ditemui pada pendekatan tes- ulang adalah pendekatan single trial administration yang menghasilkan estimasi reabilitas konsistensi internal. (Saifuddin Azwar, 2013: 115)

Teknik analisis reabilitas tes uraian umumnya menggunakan rumus alpa, yaitu:

r11 = () ( 1 - )

Teknik analisis reabilitas tes objektif terdiri dari beberapa nama pembuatnya:

1. Spearman brown

2. Planalaga.

3. Rulon 

4. C.Hoyt

5. kuder richardson

C. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

1. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antar siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Daya pembeda soal dapat diketahui dengan cara melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi soal, yaitu angka atau bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh sebuah butir soal, biasa diberi symbol D.

2. Tingkat kesukaran soal adalah suatu pernyataan tentang butir soal apakah termasuk kategori soal mudah, sedang, atau sukar. Butir soal yang baik adalah apabila butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, butir soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi gampang putus asa dan tidak memeliki semangat untuk mencoba lagi. Butir soal yang terlalu mudah tidak membuat siswa terangsang cara berpikir yang mendalamnya.

Langkah – langkah yang digunakan untuk menganalisis timgkat pembeda dan kesukaran:

a. Menyusun skor tertinggi anak – anak sampai tertinggi.

b. Menghitung indeks daya pembeda dan tingkat kesukaranj soal, 

DP =

TK =

Keterangan ;

DP : daya peembeda soal

TK : tingkt kesukaran soal

BA : jumlh jwaban benar kelompok atas

BB : jumlaah jawaban benar kelompok bawah

n : jumlah kelompok atas atau bawah

c. Kualifikasi daya pembeda soal dengan kriteria :

- 0,40 – keatas = baik

- 0,21 – 0,39 = kurang

- 0,20 – kebwh = jelek

- Indeks negatif= jelek sekali

d. Kualifikasi tingkat kesukaran soal dengan kriteria :

- 0,29 – ke bawah = sukar

- 0,30 – 0,69 = sedang

- 0,70 – keatas = mudah

D. Pengolaan Data Hasil Belajar

Skor adalah hasil yang diperoleh dengan menjumlahkan angka –angka bagi setaip butir item yang dijawab benar. Menurut Tuti Hayati (2013: 142 - 145) Prosedur penilaian terbagi atas dua macam yaitu :

1. Prosedur Penilaian Patokan (PAP)

Penialain berdasarkan acuan patokan digunakan apabila tujuan pengajaran secara khusus diarahkan untuk menguasai seperangkat kemampuan secara tuntas. Patokan yang dipakai sebagai kriteria hasil belajar merupakan standar tertentu yang ditetapkan, bisa berupa ketercapaian tujuan, pengajaran atau prosenstase penguasaan materi yang dinyatakan dengan jelas.

Sedangkan persentase ketercapaian acuan patokan skala seratus (T- score) dengan rumus:

T = 50 + 10z

Dimn z =

2. Prosedur penilaian acuan normal (PAN) digunakan atas asumsi bahwa siswa memiliki kemampuan yang bergm, dan keragaman tersebut akan membentuk distribusi normal. Jadi sebagian besar siswa berada disekitar nilai rata – rata, dan sebagian kecil berada diskor tinggi dan rendah.


E. Ketuntasan Belajar Dan Daya Serap

1. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar adalah kriteria daan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Belajar secara tuntas merupakan suatu upaya belajar dimana siswa dituntut menguasai hampir seluruh bahan ajar. Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar. Seorang peserta didik yang mempelajari satuan pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika peserta didik yang bersangkutan telah mengusasai sekurang – kurangnya 75% dari kompetensi yang telah ditetapkan. (Tuti Hayati, 2013 : 146)

Faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar adalah : 

a. Siswa tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

b. Strategi ajar yang digunakan guru

c. Lingkungan keluarga

d. Lingkungan sekolah.

2. Daya Serap

Daya serap adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu untuk bertindak dalam menyerap. Daya serap belajar siswa dalam menyerap bahan pelajaran menjadi petunjuk keberhasilan proses belajar seorang peserta didik yang akan mencapai prestasi tinggi baik individual maupun kelompok. Indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan daya serap dilakukan melalui tes prestasi yang digolongkan kedalam jenis penilaian tes formatif, tes sub sumatif, dan tes sumatif. Perbedaan daya serap siswa adalah kemampuan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk bertindak dalam pembelajaran oleh setiap siswa (Tuti Hayati, 2013 : 151).

3. Analisis Ketuntasan Belajar dan Daya Serap

Analisis ketuntasan belajar dan daya serap pada soal uraian :

a. Merekapitulasi jawaban siswa

b. Menghitung presentase setiap nomor soal yang dicapai setiap siswa, dengan rumus :

x 100%

c. Menentukan rata – rata persentasi setiap siswa, dengan rumus :


d. Menentukan kesimpulan untuk setiap siswa, dengan ketentuan :

< 75% = ramedial

≥ 75% = pengayaan

e. Menentukan persentasi setiap butir soal, dengan cara:

1) Jumlah seluruh angka persentase dari setiap nomor soal.

2) Hitung rata – ratanya, dengan rumus :


f. Menentukan kesimpulan untuk setiap butir soal, dengan ketentuan :

< 75% = revisi

≥ 75% = tidak revisi

g. Membuat kesimpulan untuk keseluruhan program, dengan cara :

1) Menjumlahkan siswa yang persentasenya ≥ 75%

2) Menghitung persentase dengan rumus :

x 100%

3) Membuat kesimpulan program dengan ketentuan:

< 85% proses pembelajaran perlu perbaikan dan tidak dianjurkan untuk melanjutkan pada pembelajaran berikutnya.

≥ 85% dapat melanjutkan pada program pembelajaran berikutnya.

Analisis Ketuntasan Belajar dan Daya Serap soal objektif:

a. Merekapitulasi jawaban siswa

b. Menghitung presentase setiap nomor soal yang dicapai setiap siswa, dengan rumus :

x 100% 

c. Menentukan kesimpulan untuk setiap siswa, dengan ketentuan :

< 75% = ramedial

≥ 75% = pengayaan

d. Menghitung jawaban benar setiap butir soal, kemudian tentukan persentasenya, dengan rumus :

x 100%

e. Menentukan kesimpulan untuk setiap butir soal, dengan ketentuan :

< 75% = revisi

≥ 75% = tidak revisi

f. Membuat kesimpulan untuk keseluruhan program, dengan cara :

1) Menjumlahkan siswa yang persentasenya ≥ 75%

2) Menghitung persentase dengan rumus :

x 100%

3) Membuat kesimpulan program dengan ketentuan:

< 85% proses pembelajaran perlu perbaikan dan tidak dianjurkan untuk melanjutkan pada pembelajaran berikutnya.

≥ 85% dapat melanjutkan pada program pembelajaran berikutnya.

F. Merangking

Cara merangking menurut Tuti Hayati (2013: 163 - 165) terdapat dua macam, yaitu: 

1. Merengking dengan Cara Sederhana 

Merangking dengan cara sederhana tau simple rank adalah urutan yang menunjukan kedudukan seorang peserta didik dalam kelompoknya yang ditanyakan dengan nomor atau angka.

2. Merangking dengan z-score

Merangking dengan z- score artinya menentukan kedudukan siswa yang didasarkan atas perbandingan perbedaan nilai seorang siswa dari nilai rata – rata (mean) dan standar deviasinya.