POTRET NEGERI-NEGERI YANG DIHANCURKAN YANG DIABADIKAN DALAM ALQURAN



POTRET NEGERI-NEGERI YANG DIHANCURKAN
YANG DIABADIKAN DALAM ALQURAN
(Bagian Ke-3: Kaum Nabi Luth)


Hubungan Nabi Luth dengan Ibrahim

Nabi Luth adalah keponakan dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung Nabi Ibrahim. Ia mendampingi Nabi Ibrahim dalam semua perjalanan, dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik. Binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan. Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan mereka dibagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Ia pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.

Masyarakat Sadum

Masyarakat Sadum hidup antara abad ke-18 dan ke- 17 sebelum masehi. Mereka adalah masyarakat yang rendah akhlaknya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian sehari-hari. Orang yang kuat menjadi berkuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks (liwat) di kalangan laki-laki dan lesbian di kalangan wanita. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela pada masyarakat sehingga sudah menjadi budaya bagi kaum Sadum.

Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji kaum laki-laki dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi kaum wanita.
Penjelasan tentang Keburukan kaum Luth dapat dibaca pada: Q.s. Al-A’raf [7]:80-81, Hud [11]:78-79, al-Hijr [15]:67-70, 72, al-Anbiya [21]:74, asy-Syu’ara [26]:165-166, 168, an-Naml [27]:54-55, al-Ankabut [29]:28-29, al-Qamar [54]:37, al-Haqah [69]:9

Kepada masyarakat yang sudah demikian parah rusaknya moral dan merajalelanya penyakit sosial diutusnya Nabi Luth untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan, kejahilan dan kesesatan. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar, menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang dibisikan oleh iblis.

Akan tetapi karena keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah sangat berakar di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu serta penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth tidak mendapat tempat di hati dan fikiran mereka.

Akhirnya Nabi Luth sudah tidak berharap banyak bahwa masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka. Obat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah penyakit akhlak yang sudah parah itu agar tidak menular kepada kaum tetangga terdekat adalah dengan membasmi mereka juga untuk menjadi ibrah dan pelajaran umat-umat di sekitarnya. Maka beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia.
Penjelasan tentang dakwah Luth dapat dibaca pada: Q.s. Al-A’raf [7]:80-82, asy-Syu’ara [26]:160-164, 168, an-Naml [27]:54-55, al-Ankabut [29]:28-29, al-Qamar [54]:36
Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.

Harapan & doa Nabi Luth dikabulkan oleh Allah swt. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu bahwa mereka adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan itu Nabi Ibrahim memohon agar penurunan azab pada kaum Sadum ditunda, kalau-kalau mereka kembali sedar mau mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan pada kaum Sadum. Permintaan itu diterima oleh para malaikat dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mereka hendak memasuki kota, mereka bertemu dengan seorang gadis cantik yang sedang mengambil air dari sebuah perigi. Lelaki remaja (para malaikat) itu bertanya kepada gadis itu kalau-kalau mereka diterima dirumahnya sebagai tamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis untuk memberitahu ayahnya.

Si ayah, yaitu Nabi Luth setelah mendengar laporan puterinya menjadi binggung jawaban apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, karena menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamu itu dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Nabi Luth bersedia menerima mereka sebagai tamu di rumahnya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia serahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu ia pergi menjemput tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka ke rumahnya pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan orang-orangnya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.

Nabi Luth berpesan kepada isteri dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth punya tamu, para remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.

Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, mereka berdatangan ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan menggunggu tamu-tamu itu yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan. Mereka diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu yang bertentangan dengan fitrah manusia. Nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka diazab Allah.

Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth tidak dihiraukan dan tidak dipedulikan, mereka bahkan mendesak dan akan mendobrak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang itu, maka Nabi Luth secara terus terang berkata kepada para tamu:" Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik untuk menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat dimintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalau gangguan terhadap tamu-tamuku dirumahku sendiri.

Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan menjelaskan identitasnya, bahwa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.

Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang-orang yang haus homoseks itu masuk. Namun ketika pintu dibuka dan para penyerbu menginjakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba pandangan mereka menjadi gelap dan tidak dapat melihat sesuatu. mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.

Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau balau berbenturan antara satu dengan lain, mereka berteriak-teriak bertanya-tanya apa gerangan yang menyebabkan mereka buta secara tiba-tiba. Para malaikat berseru kepada Nabi Luth agar segera meninggalkan perkampungan itu bersama keluarganya, kecuali istrinya, karena waktunya telah tiba akan ditimpakan azab Allah. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar berjalan ke luar kota dab jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.

Dan setelah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu melebihi gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu yang menghancurkan kota Sadum berserta semua pemghuninya.

Peristiwa di atas dijelaskan oleh Alquran:

§    Mengungsi ke tempat terpencil: Hud [11]:80
§    Keselamatan nabi Luth as. dan keluarganya: al-A’raf [7]:83, Hud [11]:81, al-Hijr [15]:59,65, asy-Syu’ara [26]:170, an-Naml [27]:57, al-Ankabut [29]:32-33, as-Shafat [37]:134, az-Dzariat [51]:35-36, , al-Qamar [54]:34
§    Turunnya azab atas kaum Luth: al-A’raf [7]:84, at-Taubah [9]:70, Hud [11]:70,74,76-77,81-83,89, al-Hijr [15]:63-66,73-74, al-Furqan [25]:40, asy-Syu’ara [26]:171-173, an-Naml [27]:58, al-Ankabut [29]:31,34, as-Shafat [37]:135-136, adz-Dzariat [51]:32-34, 36-37, an-Najm [53]:53-54, al-Qamar [54]:34,38, al-Haqqah [69]:10