CONTOH JURNAL PTK

ENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF
DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF  MELALUISTRATEGI DIRECTED READING THINGKING ACTIVITY
( Penelitian Tindak Kelas pada Siswa Kelas IVA MI Sindangraja Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013  )
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul. “ Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dalam Menemukan Kalimat Utama pada Tiap Paragraf  Melalui Strategi Directed Reading Thingking Activity ( Penelitian Tindak Kelas pada Siswa Kelas IVA MI Sindangraja Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2012/2013  )
”. Latar belakang dilakukannya penelitian ini disebabkan membaca intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf pada siswa kelas IV A MI Sindangraja belum memenuhi tuntutan sebagaimana yang telah ditentukan batas minimal ketuntasan belajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak tepatnya strategi yang digunakan dalam pembelajaran tersebut. Strategi DRTA merupakan solusi untuk meningkatkan kompetensi membaca intensif dalam menemukan kalimat utama.
Ada dua rumusan dalam penelitian ini yaitu : (1) Bagaimanakah langkah-langkah penerapan Strategi DRTA pada pembelajaran membaca intensif dalammenemukan kalimat utama ? (2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam membaca intensif untuk menemukan kalimat utama setelah menggunakanstrategi DRTA ? Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab kedua rumusan masalah tersebut.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Langkah-langkah pengembangan kompetensi membaca Intensif dalammenemukan kalimat utama pada tiap paragraf  yang dilakukan dengan menggunakan strategi DRTA dilaksanakan dalam tiga langkah (1) kegiatan awal(2) kegiatan inti; menempuh langkah-langkah sebagai berikut:(a)Eksplorasi (b) Elaborasi (1) peserta didik dibagi teks bacaan oleh guru, (2)peserta didik membuat prediksi tema teks bacaan berdasarkan petunjuk judul, (3) peserta didik membuat prediksi isi teks bacaan berdasarkan petunjuk gambar,  (4 )peserta didik membaca secara intensif teks bacaan yang dibagikan guru, (5)peserta didik menilai ketepatan prediksi, (6) peserta didik menentukan kalimat utama pada tiap paragraf teks bacaan (7) peserta didik menyimpulkan teks bacaan.  (c) Konfirmasi: (1) guru memberikan umpan balik positif terhadap keberhasilan peserta didik, (2) guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. (3) kegiatan akhir.
2. Peningkatan kemampuan membaca intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui strategi DRTA mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II berdasarkan KKM yang telah ditetapkan sebesar 70. pada siklus 1 diperoleh nilai 2016, dengan rata-rata nilai 72. Sedangkan pada siklus kedua akumulasi nilai hasil belajar 2299, yaitu dengan rata-rata nilai 82.  Berdasarkan perolehan nilai dari kedua siklus tersebut adanya peningkatan dan perkembangan kemampuan siswa dari siklus satu ke siklus dua yaitu siklus ke satu rata-rata 71,6 % siklus kedua rata-rata 82%

A.      PENDAHULUAN
          Membaca  merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting. Keterampilan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar (Farida Rahim, 2008:1). Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Anak-anak yang telah memahami penting dan manfaat membaca tentu saja dalam dirinya akan timbul sugesti bahwa membaca merupakan kebutuhan dalam hidupnya. 
Membaca adalah keterampilan yang  tidak  terpisahkan  dalam  seluruh proses pembelajaran. Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran yang dialami   siswa  selama menuntut   ilmu di  sekolah. Kerampilan membaca, berfungsi sebagai alat untuk meraih keberhasilan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan kompetensi yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran, tidak hanya  pada studi bahasa Indonesia saja melainkan untuk menguasai setiap mata pelajaran. Hal ini membuktikan bahwa keterampilan membaca sangatlah penting pada setiap pembelajaran di sekolah.
          Pembelajaran membaca di kelas IV MI/SD bertujuan agar siswa mampu membaca teks bacaan dan memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, membaca pantun, dapat menemukan kalimat utama pada tiap paragraf, menemukan makna dan informasi secara tepat dalam bacaan melalui membaca memindai. Pembelajaran membaca ini dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, mata pelajaran itu diatur pelaksanaannya menurut kurikulum yang bertolak dari standar kompetensi-kompetensi dasar, dan indikator belajar yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan peneliti yang dilaksanakan di MI Sindangraja ditemukan kemampuan siswa kelas IV A dalam pembelajaran menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif masih rendah. Rendahnya kemampuan tersebut ditandai oleh adanya ketidakmampuan siswa dalam hal (1) menjawab pertanyaan bacaan, (2) menentukan ide pokok setiap paragraf bacaan, (3) meringkas isi bacaan, dan (4) membuat kesimpulan bacaan. Hal ini dapat terlihat dari nilai yang diperoleh dalam  menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif masih masih kurang baik.
Rendahnya keterampilan tersebut dipengaruhi faktor strategi pembelajaran yang digunakan masih belum menunjang. Selama ini guru di dalam pengajaran membaca intensif tidak menerapkan  strategi pembelajaran  yang menarik perhatian siswa.  Strategi  yang  digunakan tidak sesuai  dengan  kondisi  dan  kemampuan  siswa. Guru lebih dominan memberikan pengajaran melalui ceramah yang bisa membuat siswa menjadi jenuh, bahkan bermain-main dalam belajar, siswa kurang termotivasi dalam belajar, siswa tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, sehingga proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif dan kurang berkesan dihati siswa.
Pembelajaran membaca intensif pada dasarnya  siswa  memerlukan strategi membaca yang tepat. Strategi membaca ini menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Ada beberapa model-model strategi membaca diantaranya adalah strategi directed reading thinking activity (DRTA).
Stauffer (Rahim, 2009: 47) menjelaskan bahwa strategi DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Guru bisa memotivasi usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara intelektual serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara. Guru dapat meminta siswanya untuk membuat berbagai prediksi sebelum dan selama kegiatan membaca. Guru memperhatikan  siswanya dengan meminta mereka untuk menilai prediksi mereka menurut logika dan memberikan dukungan terhadap analisis mereka. Guru juga dapat menyuruh  siswanya untuk membuat pertanyaan sendiri dengan prediksi mereka. Rasa keingintahuan terhadap kebenaran jawaban mereka akan meningkatkan motivasi untuk lebih cermat dalam membaca teks tersebut, sehingga mereka dapat memahami isi bacaan dan menemukan kalimat utama dengan mudah. Strategi DRTA, sangatlah tepat jika diterapkan dalam keterampilan membaca intensif. Hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca intensif  dalam menemukan kalimat utama pada setiap paragraf akan meningkat.

B.       METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan ini adalah metode deskriptif. Arikunto (2007:234) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk menyimpulkan informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat peneitian dilakukan”. Selanjutnya Suryana dalam Hidayat, (2010:11) menjelaskan bahwa “Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan ‘apa adnya’ tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Memang adakalanya dalam penelitian ingin membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lakzim.” Melalui metode deskriptif peneliti mencoba untuk mendeskripsikan keefektifan metode DRTA dalam pembelajaran membaca intensif dalam menemukan kaliama utama
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam Muslich (2011:8), “penelitian tindakan kelas adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman, kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan sikap mawas diri.”

2.    Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat dan peristiwa yang menjadi data dalam penelitian ini adalah obyek atau tempat yang akan digunakan guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf yang akan berlangsung di lingkungan MI Sindangraja Kecamatan Jamanis, Tasikmalaya. Penelitian dilaksanan pada tanggal 05 Maret 2013 dan 08 Maret 2013.
3.    Subjek Penelitian
Setiap penelitian memerlukan sumber data. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2010:172) bahwa “sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.”
Sumber data dalam penelitian ini adalah seorang guru kelas IV A MI Sindangraja dan siswa kelas IV A MI Sindangraja yang berjumlah 28orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 14 Perempuan.
4.    Prosedur
Kegiatan penelitian tindakan kelas setiap siklusnya melewati beberapa tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan(observing), dan refleksi (reflecting). Penerapan keempat tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Prosedur penelitian dilakukan meliputi 2 tahap, yaitu sebagai berikut.
1)        Tahap Pendahuluan
Tahap pertama pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal yang akan terjadi sebagai bahan perencanaan.  Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian langsung di kelas dengan cara mengamati secara langsung kapada anak tentang bagaimana proses belajar anak ketika anak belajar membaca Intensif menentukan kalimat utama pada setiap paragraf. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan anak dalam menentukan kalimat utama pada setiap paragraf sehingga akan diketahui hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa ketika mereka menentukan kalimat utama pada tiap paragraf.
2)        Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan penelitian tindakan, hal-hal yang harus dilakukan adalah:
1.    Penyusunan Rencana
Hasil kajian pendahuluan yang dipeoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan. Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, siapa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
2.    Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tindakan yang sudah dirumuskan dan direncanakan pada tahap sebelumnya.
3.    Observasi
Tahap observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Peneliti dibantu oleh pengamat, yaitu guru kelas IV A dan kepala sekolah. Keduanya membantu mengamati dan memantau aktivitas peneliti dan siswa. Mitra peneliti tersebut mengisi lembar aktivitas siswa dalam lembar aktivitas peneliti (peneliti bertindak sebagai pengajar)
4.    Refleksi
Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakana tindakan.
5.    Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah hasil observasi aktivitas guru dan siswa, hasli tes siswa, dan dokumentasi berupa catatan lapangan serta fotoyang memuat perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.    Teknik Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan instrumen lembar observasi.
b.    Teknik Tes
Tes dilakukan setiap akhir pembelajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dengan instrumen lembar tes.
c.    Teknik Dokumentasi
Data dokumentasi berupa catatan lapangan dan foto diambil pada awal hingga akhir pembelajaran untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan tindakan.
6.    Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui beberapa instrumen penelitian dari setiap siklus atau pelaksana tindakan yang dianalisis. Data yang dikumpulkan melalui beberapa teknik dan instrumen pengumpulan data, terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif, yaitu berupa informasi dalam bentuk kalimat pernyataan dari observer yang memberi gambaran tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa diolah secara deskriptif dengan cara menjelaskan arti dari data itu agar berarti bagi pokok masalah utama dalam penelitian ini.

C.    LANDASAN TEORETIS
1.    Pengertian Membaca
Menurut Tarigan (1979:10) “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”
Sedangkan Anderson (Tarigan, 2008: 8) menjelaskan bahwa “ membaca dapat diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung  atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Nurhamzah (2010:6)mengungkapkan “ membaca adalah sebuah proses berpikir, yang termasuk didalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide- ide dari lambing.”
Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah “ proses pengolahanbacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperolehpemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaianterhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.”
Terkait dengan pengertian membaca Rahim ( 2009: 2 ) mengemukakan “ membaca merupakan suaru proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimilikinya oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.”
Sejalan dengan pendapat di atas,  Harjasujana (2006) mengemukakan bahwa “membaca adalah suatu aktivitas dimana si pembaca mencoba memahami ide-ide penulis melalui suatu teks”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memperoleh informasi dari bahan tertulis melalui suatu interaksi antara pembaca dengan penulis yang diwakili oleh tulisannya. Interaksi tersebut terjadi kontak antara karakteristik yang dimiliki pembaca dan karakteristik yang diwakili penulis. Kontak antara kedua karakteristik itu akan melahirkan pemahaman pembaca terhadap ide atau gagasan penulis. Hal ini berarti, membaca bukan semata-mata menyuarakan bahasa tulis dan mengikuti baris demi baris tulisan tersebut, tetapi berusaha untuk memperoleh pesan, amanat, dan makna yang disampaikan penulis melalui media bacaan secara utuh dan menyeluruh.
2.    Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan.
Tarigan, (1979:10) mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1.        Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2.        Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3.        Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
4.        Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5.        Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
6.        Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).
7.        Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast)

          Yunus Abidin (2010:9) berpendapat tujuan membaca adalah sebagai berikut.
Tujuan membaca adalah  : (1) membaca untuk pengetahuan, yakni membaca yang dilakukan intuk menemukan berbagai informasi yang sangat berguna dalam rangka mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan pada diri seseorang; (2) membaca untuk menghasilkan, yakni membaca yang dilakukan untuk dapat mendatangkan keuntungan dari segi financial; (3) membaca untuk hiburan, yakni membaca yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatann kesegaran, dan kesenangan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tentang tujuan dalam membaca, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang diinginkan oleh setiap orang dari kegiatan membaca berbeda-beda. Tanpa tujuan yang jelas, pemahaman kita terhadap apa yang kita baca juga menjadi tidak jelas. Paling tidak, carilah tujuan yang paling mudah dan sederhana sehingga kita dapatmemperoleh dari tujuan minimal kita, sehingga faedah membacapun dapat kitadapatkan. Sehingga kita menjadi tahu dan lebih memahami tentang sesuatu yang kita baca. Maksud dan tujuan seseorang dalam membaca akan menentukan kemampuan pemahaman dan kecepatan membaca dari bacaaan atau materi bacaannya.
3.    Manfaat Membaca
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tercipta masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa yang akan datang.
Burns, dkk. (Rahim, 2007 dalam Herda 2010: 22) mengemukakan bahwa “Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar.”
          Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca  akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Anak-anak yang telah memahami penting dan 18 manfaat membaca tentu saja dalam dirinya akan timbul sugesti bahwa membaca merupakan kebutuhan dalam hidupnya. Berdaskan penjelasan tersebut tak heran jika banyak orang kerap mengatakan bahwa membaca merupakan jembatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang seluas-luasnya, karena dengan membaca seseorang tidak akan merasa tertinggal di zaman yang semakin berkembang seperti sekarang ini.
4.    Jenis-jenis Membaca
       Jenis-jenis membaca menurut Resmini (2006:30 dalam Herda, 2006:21) sebagai berikut.
a.    Membaca pemahaman (Reading For Understanding,), membaca yang bertujuan memahami isi pesan dalam bacaan.
b.    Membaca memindai disebut juga membaca tatap (scanning), kegiatan membaca yang sangat cepat untuk memperoleh info tertentu dari bahan bacaannya.
c.    Membaca layap/membaca sekilas (skimming), adalah membaca yang membuat kita bergerak cepat melihat, memperhatikan  bahan tertulis untuk mengetahui isi umum/bagian dalam suatu bacaan.
d.   Membaca intensif (intensive reading), proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat dan teliti dalam penanganan  terperinci yang dilakukan pada saat membaca.
e.    Membaca nyaring/suara keras, kegiatan membaca yang  dilakukan untuk meningkatkan membaca dan menyimak.
f.     Membaca dalam hati, tujuan membaca dalam hati adalah melatih siswa menangkap arti bacaan dalam waktu singkat dan melatih kesanggupan siswa untuk memusatkan perhatian dan pikiran pada satu soal, serta melatihsiswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibacanya.

Sedangkan Tarigan (1986:12-13) mengklasifikasikan jenis-jenis membaca sebagai berikut.
a.        Membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral reading)
b.      Membaca dalam hati (silent reading)
1.   Membaca ekstensif (extensive reading)
Membaca ekstensif ini mencakup pula membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming reading), dan membaca dangkal (superficial reading).
2.   Membaca intensif (intensive reading)
Ø  Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comprehensive reading), dan membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas).
Ø  Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula membaca bahasa asing (foreign language reading), dan membaca sastra (literary reading).
5.    Membaca untuk Menemukan Kalimat Utama pada Setiap Paragraf
Salah satu bahan pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa kelas IV sekolah dasar adalah membaca intensif menemukan kalimat utama pada tiap paragraf. Bahan pembelajaran ini dipelajari siswa pada semester 2. Siswaagar lebih mudah dalam mempelajari materi ini perlu ditunjang oleh pemahaman guru, baik terhadap materi, sumber belajar, dan teknik yang tepat untuk membelajarkannya. Kekurang seriusan dalam mengupayakan hal ini akan berakibat pada siswa sulit mempelajarinya. Atas dasar itu, hal ini harus benar-benar terencanakan dengan matang. Materi ajar yang akan disajikan kepada siswa, sebagaimana terdeskripsikan berikut.
a)        Pengertian Paragraf
Kamus Besar Bahasa Indonesia paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan dan biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimu-lai dengan garis baru (Depdiknas, 2002).
Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:125) “Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.”
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau hanya mengacu pada satu gagasan pokok. Topik dituangkan ke dalam suatu kalimat yang disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama, sedangkan kalimat yang menjelaskan kalimat topik disebut kalimat penjelas.
b)   Pengertian  Kalimat Topik/Utama
Struktur Paragraf Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:134) “Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.” Maka dari itu, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Setiap kalimat penjelas berisi keterangan mengenai kalimat topik. Antara kalimat topik dan kalimat penjelas harus saling mendukung atau dengan kata lain setiap kalimat saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk satu topik tertentu.
 Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:134) “Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang menyampaikan inti maksud pembicarannya pada kalimat topik.” Begitu menentukan pikiran utama dan menuangkannya ke dalam kalimat topik, maka penulis terikat pada kalimat topik tersebut sampai akhir paragraf.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kalimat utama adalah kalimat menyatakan gagasan yang merangkum seluruh isi kalimat dalam paragraf itu. Hanya pada paragraf-paragraf tertentu, kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah.
6.     Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity)
Strategi DRTA  merupakan pengembangan dari strategi  Directed Reading Activity  (DRA).  Strategi DRA dan DRTA pada dasarnya muncul dari pendekatan  Basal Reader yang menekankan pengajaran membaca menurut langkah-langkah pengajaran yang telah ditetapkan. Meski demikian, guru yang menggunakan strategi ini bukanlah satu-satunya pembuat keputusan. Tujuan  dan proses kegiatan pembelajaran ditentukan bersama oleh guru dan siswa.
Strategi DRTA menurut Resmini (2006:84) “Strategi yang digagas  oleh Stauffer  ini  menekankan pentingnya penggunaan prediksi selama pra membaca untuk mengangkat pengawasan siswa mengenai pemahaman mereka selama waktu pengarahan pelajaran.”
Sedangkan Stauffer (Rahim, 2009:47) menjelaskan bahwa strategi membaca sebagai berikut.
DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan umum. Guru bisa memotivasi usaha dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara intelektual serta mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipotesis, memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara. Guru mengamati anak-anak ketika mereka membaca, dalam rangka mendiagnosis kesulitan dan menawarkan bantuan ketika siswa sulit berinteraksi dengan bahan bacaan.



7.    Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Intensif dengan Strategi DRTA
Rahim (2009:48) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran membaca intensif  dengan strategi DRTA secara terperinci sebagai berikut.
1.    Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul.
Guru menuliskan judul cerita atau teks yang dipelajari di papan tulis, kemudian guru meminta seorang siswa membacakannya. Kemudian, guru menanyakan kepada siswa, “Menurutmu cerita ini bercerita tentang apa?” dan memberikan waktu kepada siswa untuk membuat prediksi.

2.    Membuat prediksi dari petunjuk gambar.
Guru meminta siswa memperhatikan gambar dengan seksama. Kemudian menanyakan apa yang siswa lihat dari gambar dan memprediksikan apa yang terjadi pada gambar tersebut.

3.    Membaca bahan bacaan.
Guru meminta siswa untuk membaca dengan membagi teks ke dalam beberapa bagian, dan mulai membaca dari bagian awal. Kemudian siswa diminta untuk menghubungkan bagian-bagian dari cerita itu dengan judul cerita.

4.    Menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi.
Ketika siswa membaca bagian pertama pada teks bacaan, guru mengarahkan suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Siapa yang memprediksi dengan benar apa yang diceritakan pada bagian ini?” Kemudian, guru meminta siswa yang yakin prediksinya benar  untuk membaca nyaring ke depan kelas bagian dari bacaan yang mendukung prediksi mereka. Siswa yang prediksinya salah bisa menceritakan mengapa mereka salah. Kemudian guru meminta siswa menyesuaikan prediksi mereka yang didasarkan pada teks yang baru saja mereka baca.

5.    Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4.
Mengulang kembali prosedur 1 sampai 4, hingga semua bagian pelajaran di atas telah tercakup. Pada setiap tempat berhenti, guru mengulang kembali langkah 4. Terakhir, guru dapat menanyakan nilai-nilai atau kalimat utama pada setiap paragraf  dan meminta siswa membuat ringkasan cerita sesuai pemahaman mereka masing-masing.


8.    Kelebihan dan Kelemahan Strategi DRTA
Kelebihan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) sebagai berikut.
a.         DRTA ini berisi banyak jenis-jenis strategi membaca sehingga guru dapat menggunakan dan dapat memperhatikan perbedaan yang ada pada peserta didik.
b.        DRTA merupakan suatu aktivitas pemahaman yang meramalkan cerita hingga dapat membantu siswa untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu materi yang sudah dibacanya.
c.         DRTA dapat menarik minat siswa untuk belajar, karena dalam DRTA menggunakan berbagai metode yang tidak hanya melayani siswa secara audio-visual, tetapi juga kinestetis.
d.        Strategi DRTA menunjukkan cara belajar yang  bermakna bagi murid, sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan untuk hidup selanjutnya.
e.         Strategi DRTA dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran baik isi maupun prosedur mengajar.
Selain memiliki banyak kelebihan, strategi DRTA juga memiliki sedikit kelemahan yang sebenarnya dapat diatasi. Berikut merupakan kelemahan strategi DRTA dan cara mengatasinya:
a.         Strategi  DRTA seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak efisien.  Untuk itu, diperlukan manajemen waktu yang baik dari guru agar pembelajaran dapat selesai tepat pada waktunya.
b.        Strategi ini mengharuskan penyediaan buku bacaan dan seringkali diluar kemampuan sekolah dan siswa.  Kekurangan dalam hal fasilitas ini dapat disiasati oleh guru dengan memberikan teks bacaan yang terdapat pada buku paket Bahasa Indonesia yang  sudah dimiliki oleh setiap siswa. Selain itu, guru dapat memberikan selembar teks lengkap dengan gambarnya.
c.         Strategi ini menuntut guru berpengetahuan luas. Kekurangan dalam hal kemampuan guru ini dapat  diatasi dengan semangat guru dalam mempelajari strategi DRTA lebih dalam lagi. Tidak ada ilmu yang terlalu sulit jika seseorang sungguh-sungguh dalam mempelajarinya.
d.        Melalui pemahaman membaca langsung, informasi tak dapat diperoleh dengan cepat, berbeda halnya jika memperoleh abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru. Kekurangan ini menuntut siswa untuk berpikir secara mandiri dan dapat diatasi dengan teknik  drill  atau latihan. Melalui proses latihan, siswa akan terbiasa untuk menangkap informasi dengan membaca secara langsung. Setelah terbiasa, kemampuan untuk menangkap informasi akan menjadi lebih cepat.

D.      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.      Langkah-langkah Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Surat Dinas
a.    Kegiatan Awal
-        Mengecek kehadiran.
-        Mengondisikan kelas.
-        Melakukan apersepsi dan motivasi.
-        Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran.
b.    Kegiatan Inti
1.    Eksplorasi
-        Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai kalimat utama.
-        Peserta didik mencatat hal-hal yang dianggap penting dari penjelasan guru mengenai kalimat utama.
-        Peserta didik diberi contoh untuk menemuka kalimat utama.
2.    Elaborasi
-        Peserta didik dibagi teks bacaan oleh guru.
-        Peserta didik membuat prediksi tema teks bacaan berdasarkan petunjuk judul.
-        Peserta didik membuat prediksi isi teks bacaan berdasarkan petunjuk gambar.
-        Peserta didik membaca secara intensif teks bacaan yang dibagikan guru.
-        Peserta didik menilai ketepatan prediksi.
-        Peserta didik menentukan kalimat utama pada tiap paragraf teks bacaan.
-        Peserta didik menyimpulkan teks bacaan.
3.    Konfirmasi
-        Guru memberikan umpan balik positif terhadap keberhasilan peserta didik.
-        Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik.
c.    Kegiatan akhir
-        Guru memberikan tindak lanjut berupa latihan.
-        Guru dan siswa menutup pelajaran dengan tertib.

2.      Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dalam Menemukan Kalimat Utama Pada Tiap Paragraf Melalui Strategi Directed Reading Thingking Activity ( DRTA )
Tindakan pada siklus I, hasil penguasaan materi pembelajaran telah menunjukan adanya peningkatan namun, belum semua siswa mencapai KKM.Perolehan hasil dari 28 siswa pada pembelajaran dalam kompetensi membaca intensif untuk menemukan kalimat utama pada pembelajaran tindakan pertama diperoleh nilai 2016, dengan rata-rata nilai 72.
Tindakan pada siklus II, kemampuan siswa lebih meningkat dibandingkan pembelajaran sebelumnya. pada pembelajaran siklus ke II perolehan hasil dari28 siswa terakumulasi nilai hasil belajar 2299, yaitu dengan rata-rata nilai 82. Berdasarkan perolehan nilai dari kedua siklus tersebut adanya peningkatan dan perkembangan kemampuan siswa dari siklus satu ke siklus dua.
E.       SIMPULAN DAN SARAN
1.      Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1)      Langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran Directed Reading Thingking Activity (DRTA) dalam membaca intensif, menempuh tahapan PTK yaitu pelaksanaan berdasarkan siklus yang terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.  Jumlah siklus yang ditempuh adalah dua siklus.  Adapun langkah-langkah pembelajaran membaca intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf dengan menggunakan strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA)  adalah sebagai berikut : Langkah-langkah pengembangan kompetensi membaca Intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf  yang dilakukan dengan menggunakan strategi DRTA dilaksanakan dalam tiga langkah (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti; menempuh langkah-langkah sebagai berikut:(a)Eksplorasi (b) Elaborasi (1) peserta didik dibagi teks bacaan oleh guru, (2) peserta didik membuat prediksi tema teks bacaan berdasarkan petunjuk judul, (3) peserta didik membuat prediksi isi teks bacaan berdasarkan petunjuk gambar,  (4 )peserta didik membaca secara intensif teks bacaan yang dibagikan guru, (5)peserta didik menilai ketepatan prediksi, (6) peserta didik menentukan kalimat utama pada tiap paragraf teks bacaan (7) peserta didik menyimpulkan teks bacaan.  (c) Konfirmasi: (1) guru memberikan umpan balik positif terhadap keberhasilan peserta didik, (2) guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. (3) kegiatan akhir.
2)      Peningkatan kemampuan membaca intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui strategi DRTA mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II berdasarkan KKM yang telah ditetapkan sebesar 70. . pada siklus 1 diperoleh nilai 2016, dengan rata-rata nilai 72. Sedangkan pada siklus kedua akumulasi nilai hasil belajar 2299, yaitu dengan rata-rata nilai 82.  Berdasarkan perolehan nilai dari kedua siklus tersebut adanya peningkatan dan perkembangan kemampuan siswa dari siklus satu ke siklus dua yaitu siklus ke satu rata-rata 71,6 % siklus kedua rata-rata 82,

2.      Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, maka saran dalam penelitain ini adalah sebagai berikut.
Berdasarkan simpulan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.    Bagi kepala sekolah, hasil penelitian tentang penerapan strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) dalam kompetensi membaca intensif dalam menemukan kalimat utama pada tiap paragraf di kelas IVA MI Sindangraja Tasikmalaya, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan keleluasaan pada guru dalam rangka merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran khususnya melalui penggunaan strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA).
2.    Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran untuk mempertimbangkan penggunaan berbagai strategi, khususnya strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, terutama pada kompetensi membaca intensif.
3.    Bagi siswa, melalui penerapan strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) dalam kompetensi membaca intensif diharapkan dapat memberi motivasi, dan meningkatkan aktivitas serta produktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2010. Strategi Membaca Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press

Akhadiah, Sabari. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta: Proyek Pembinaan Sekolah Dasar

Depdiknas. 2006. Kurikulum KTSP Sekolah Dasar Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamzah. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.

Kunandar, 2008. Langkah Model Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers

Lussy. 28 September 2009. Model dan evaluasi pembelajaran. www.lussy.blogspot.

M. Moeliono, Anton. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Nurhamzah. 2009. Penelitian Tindakan Kelas  Teori dan Aplikasi Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Wahana Karya Gravika

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Ruseffendi, dkk (1992). Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD setara Dll.

Sanjaya, Wina (2006).Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suharyanto. 1999.Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta: Depdikbud

Sutawijaya A, & dkk (1992/1993), Pendidikan  Bahasa Indonesia, Dekdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembina Tenaga Kependidikan.

Tampubolon, Fernando. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efesien. Bandung : Angkasa

Tarigan, H. Guntur. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.S

Tarigan, Henry Guntur. 2003. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung : PT. Angkasa.

Winata Putra, Udin.S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuk


IDENTITAS PENULIS